7

70 4 1
                                    

Bahagia itu sesederhana ini ternyata

- Areeq F -

****

Areeq mengangguk dan tersenyum. Kemudian keduanya kembali ke suasana semula. Pak Faridz sudah siap untuk memberi materi. Namun selalu saja ada hal-hal kecil yang mengundang gelak tawa para muridnya. Mungkin itu cara dia mengajar, learn and laugh.

Pak Faridz mengajar tentang pelajaran Kimia. Dimana para siswa tidak terlepas dengan unsur periodik, karena memang itulah dasarnya.

Sesekali siswa itu tepuk tangan dengan guyonan yang renyah, bukan garing. Sesekali juga siswa tak mengerti karena harus terus bergelut dengan senyawa-senyawa kimia, seperti NaCl, H20, C6H12O6, NH4, CH3COOH, BaOH, dan masih banyak lagi.

Setelah 80 menit menikmati indahnya pelajaran Kimia, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa bernapas lega karena terbebas dari lelahnya berfikir.

Alya dan Zulfa membuka bekal mereka masing-masing. Tetapi Jani lupa hari ini tidak membawa bekal, alhasil dia hanya Jani seksi penonton.

"Jan, ada kak Regan nyariin lo tuh."seru Miftah yang berada di ambang pintu. Terlihat samar-samar suara Regan dan keempat temannya. Rama, Ucup, Rizky, dan Asep. Yang sedang menggoda adik-adik kelasnya yang sedang berlalu lalang maupun yang sedang nongkrong di depan pintu kelas mereka.

Jani yang merasa dipanggilpun menoleh ke sumber suara. Dia menyipitkan pandangannya, kemudian berjalan kearah pintu. Disana terlihat Regan sudah melambaikan tangan diikuti dengan senyuman manisnya.

"Kenapa, kak?"Ujar Jani to the point dengan maksud kedatangan Regan ke kelasnya. Dia tidak tahu apa, kalau kedatangannya mampu membuat efek samping yang sangat fatal. Seorang Ketos mendatangi kelasnya, membuat para siswi menatapnya kagum bahkan sampai ada yang berteriak histeris.

Dia memberikan sebuah kotak makanan, entah apa itu isinya. "Ini."dia menyerahkan kotak makanan itu.

"Buat aku?"

"Buat pak Faridz."

"Kenapa ngasihnya ke aku kalo buat pak Faridz. Langsung aja ke kantor kak. Masa lupa jalan buat ke ruangan Guru?." ucap Jani dengan polosnya.

Regan terkekeh mendengar jawaban Jani.

"Ya buat kamu lah, masih nanya lagi. Ngapain juga aku capek-capek bawain makanan buat pak Faridz. Emang aku istrinya apa."Regan tergelak.

Jani menggaruk tengkuknya dengan malu. Betapa polosnya dia menjawab pertanyaan Regan.

"O-oh, buat aku ya."Jani mengambil kotak makanan itu.

Regan mengangguk dan tersenyum. "Karena aku tahu kamu pasti gak bawa bekal."

Jani dibuat speechless dengan ucapan Regan seolah mempunyai telepati.

"Makasih, kak."

"Iya. Tapi maaf ya, aku cuma bisa bawa itu. Abisnya aku gak tahu kamu suka makan apa. Lagian juga aku gak bisa masak. Kalo aku yang masak, besok kamu gak sekolah lagi."Regan berterus terang.

"Iya gak papa kak. Sekali lagi makasih ya. Aku masuk dulu kalo gitu."pamit Jani.

"Aku juga mau ke kelas. Gak bisa lama-lama. Takut curut-curut itu makin menjadi."ucapnya sambil menunjuk kepada keempat temannya.

Mereka berjalan kepada tujuan masing-masing. Jani masuk kedalam kelasnya, Regan menjewer teman-temanya untuk berhenti menggoda siswi.

"Kak Regan gimana sih, pas Mos ngasih senyumnya ke gue. Sekarang ngasih makanannya ke Jani. Dedeq diphp-in."dramatis Alya. Jani dan Zulfa hanya tertawa melihat kelakuan Alya yang baperan.

"Terima aja nasib korban tikungan mah."ledek Zulfa.

"Sialan lo, peh."

Jani tak menghiraukan perdebatan kecil sahabatnya. Dia melihat kotak makanan yang dia pegang sekarang. Jantung nya tidak bisa dinetralisir begitu saja karena telah memompa tiga kali lebih cepat dari biasanya. Bisa-bisanya Regan membuat Jani Spot jantung karena sikap manisnya itu.

Jani membuka tutup kotak makanan itu. Dilihatnya nasi goreng yang harum, dengan toping telur mata sapi yang berbentuk hati. Serta taburan bawang goreng diatas telur tersebut. Namun, sesaat kemudian Jani bergidik meneguk salivanya. Padahal belum juga ia mencobanya.

Dia mencoba mengambil sendok, dan mengambil nasi goreng tersebut. Dia hampir memakannya, namun tiba-tiba sebuah tangan kekar menahan tangan jani lembut.

"Gak usah dipaksain, cuma gara-gara dikasih sama orang yang special, ini efeknya bakal fatal."ujar seseorang itu, dan ternyata adalah - Areeq.

Sejak kapan Areeq berdiri disamping mejanya? Dan sejak kapan juga Alya dan Zulfa meninggalkan dia sendiri?

"Bukan urusan lo. Lagian ini pemberian orang, masa gak gue makan? Mubadzir."jawabnya. Jani memutar bola matanya malas. Selalu saja Areeq ikut campur urusan dia.

"Makan punya gue aja. Lebih sehat buat lo."dia menyerahkan sebuah kotak berbentuk bulat berwarna hijau kepada Jani.

"Gak usah, biar gue makan yang ini aja. Lo makan aja punya lo."jawab Jani masih bersikeras menolak tawaran Areeq untuk mengambil kotak makan miliknya.

"Ya udah. Jangan salahin gue kalo nanti terjadi apa-apa sama lo!"Areeq berlalu setelah berkata seperti itu, dan membawa kotak makanannya tadi. Mungkin maksud dia itu baik, namun Jani merasa tidak enak kalau tidak memakan yang diberi Regan.

Areeq meninggalkan Jani yang sedang menatap makanan yang diberi Regan. Perlahan dia mulai memasukan satu suap kedalam mulutnya. Namun baru juga satu kunyahan, dia memuntahkannya lagi.

"Makannya kalo dibilangin itu jangan ngeyel."Areeq kembali membantu Jani. "Nih minum."dia menyerahkan satu botol air mineral. Jani pun langsung meminumnya.

"Makasih."gumamnya.

"Ini makan aja. Gak terima penolakan."lagi-lagi dia menyerahkan kotak makanan yang tadi. Namun kali ini dengan paksaan. Dengan ragu, Jani pun mengambilnya.

"Lain kali, jangan kayak gini lagi. Gue gak mau lo kena alergi lagi."ucapnya datar, namun terselip sedikit perhatian yang mampu menghangatkan perasaan.

"Iya."

Areeq berlalu, dan kembali ke mejanya yang berada kedua dari belakang.

Satu fakta lagi tentang Jani. Dia sangat alergi dengan Telur ayam. Bahkan pernah dia memakan karena paksaan dari temannya yang sedang ulang tahun, dia memakan nasi tumpeng dan iris telur. Keesokan harinya dia malah bentol-bentol.

Jani membuka kotak makanan yang Areeq berikan. Dia tersenyum.

Masih inget aja lo, batinnya.

Isi kotak itu adalah sebuah sandwich dengan salad yang banyak, mayonase, daging tidak dipotong, tidak pakai saus tomat, selalu pakai saus pedas, dan dipotong segitiga. Ya ampun, banyak sekali keinginannya. Dan itu adalah makanan kesukaannya.

Dia langsung menyantapnya dengan lahap. Areeq yang sedang memperhatikannya tersenyum kecil.

Bahagia itu sesederhana ini ternyata.

*****

Assalamualaikum readers💋

Maaf banget, telat terus updatenya. Jangan lupa vote ya.

Makasihhh😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A N J A N ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang