****
Jani berlari menuju gerbang sekolah barunya. Karena pasalnya, ini adalah hari pertama dia memakai baju putih abu-abu.
Sayangnya, dia terlambat di hari pertamanya ini. Ini gara-gara tadi malam dia malah asyik membaca cerita di Wattpad, hingga lupa kalau waktu sudah menunjukan pukul 1.35 dini hari. Alhasil, sekarang dia terlambat.
Untung saja, pak Ade -penjaga sekolah belum menutup pintu gerbangnya. Kalau dia telat sedikit lagi saja, mungkin sekarang dia sudah upacara di luar gerbang.
Tapi walaupun masih dibuka, tetap saja dia terlambat. Alhasil, dia juga harus baris dibarisan yang diistimewakan. Yaitu sebelah barat menghadap ke timur, khususon siswa dan siswi yang terlambat dan tidak memakai atribut lengkap.
Tapi dia merasa bersyukur, karena bukan dia saja perempuan yang terlambat. Kalau laki-laki mungkin sudah biasa, nah kalau perempuan? Setidaknya dia tidak terlalu mencolok, karena bukan perempuan satu-satunya. Banyak juga yang sama terlambat dan banyak juga kakak kelasnya yang tidak memakai atribut lengkap atau rok yang takut sama cacing.
Mereka beralibi, "nanggung pak, udah mau keluar."
Jani masih belum bisa mengatur nafasnya setelah berlari tadi. Namun hasilnya nihil, tetap saja dia terlambat.
"Telat juga?"suara anak laki-laki tanpa berniat melirik kearahnya. Alias tatapannya itu datar sekali. Dia mengeluarkan suara yang sangat pelan, mengingat keadaan sedang tidak gaduh.
Merasa diajak bicara, Jani menoleh kepada lelaki itu. Alangkah kagetnya dia, siapa yang mengajak biacaranya tadi. Dan dia tidak sadar bahwa lelaki itu terus memperhatikannya hingga berani untuk bertanya.
"I..iya."singkatnya.
"Kenapa?"
"Kesiangan."
"Baca wattpad lagi?"tembaknya tepat pada sasaran. Mengapa dia tahu semuanya? Padahal, semalam dia tidak merasa curhat pada siapapun tentang aktivitasnya.
"Iya."singkat Jani lagi.
Mendengar jawaban singkat yang keluar dari mulutnya, Jani jadi merasa bahwa dia sedang mengikuti acara eat bulaga. Secara jawabannya, iya iya terus.
"Apa kabar?"kini giliran Jani yang membuka suara.
"Nanti aja ngobrolnya, ini lagi upacara."
Lha perasaan, dia yang ajak gue ngomong duluan, Jani membatin dengan perasaan herannya.
Gue gerek juga lu ditiang bendera, kini batinnya mengatakan dengan perasaan dongkolnya.
****
Upacara akhirnya selesai. Mereka merasa pegal, setelah dijemur ria dibawah sinar matahari.
"Ada pengumuman untuk siswa kelas sepuluh, kelas sudah di bagi dan nama-namanya sudah ditempel di papan pengumuman didepan kelasnya masing-masing. Mengerti?"suara bariton lelaki paruh baya membuat suasana menjadi senyap sesaat. Ditambah kumis lebatnya yang hampir menutupi mulut yang memperlihatkan dia bersifat sangar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A N J A N I
Teen FictionAku selalu merasa, bahwa aku hidup dititik dimana orang lain tak bisa merasa apa yang ku rasa. Hingga aku bertemu dengan Dia, si kekasih masa laluku. Kita dipertemukan dalam waktu yang berbeda, perasaan yang berbeda, namun sakitku yang masih sama. S...