Serial-Rembulan Biru-6. Gara-Gara Saya
Penulis : @isnaiyah
Dipublikasikan : 24 Agustus 2017
***
Tadi, pagi-pagi sekali Biru mendapat telfon mendadak dari Pak Kris selaku pembina HIMA. Beliau mengajaknya bertemu di ruang dosen sebelum jam menginjak angka sebelas. Pak Kris ingin membicarakan hal yang sama yaitu masalah rencana yang tadi sempat diperbincangkannya dengan Arma sepanjang koridor kampus.
"Ru, Ru sini!" Pak kris memanggil Biru dari kursinya, beliau tengah sibuk berkutat dengan buku-buku tebal yang mungkin jika dilempar sanggup membuat korbannya pingsan di tempat.
Biru berjalan mendekat, lantas menyambut tangan Pak Kris.
"Maaf pak saya lama."
"Ah enggak, ini juga baru selesai bimbingan sama anak semester akhir."
Biru menanggapinya dengan senyuman saja.
"Duduk Ru," Pak Kris menunjuk kursi kosong di depannya, mempersilahkan Biru untuk duduk dan berbincang.
"Bagaiamana rencana kegiatan bulan depan? sudah ada planning sama anak-anak yang lain?"
"Sudah pak, rencana kegiatan saya berikan kepada Arma, masih berupa planning kotor. Besok saya presentasikan bersama anak-anak yang lain kalau sudah tertata rapi."
Pak Kris mengangguk mengerti, beliau sudah sepenuhnya percaya dengan apa saja yang baru dikatakan Biru. Selanjutnya mereka melanjutkan perbincangan seputar rencana kegiatan HIMA sampai rencana pernikahan salah satu dosen muda di kampus yang santer menjadi buah bibir seluruh mahasiswa.
Sesekali Pak Kris juga ikut memberi saran kepada anak didik yang menjadi favoritnya itu bagaimana cara membuat planning matang agar acara yang dibuat bisa berjalan sesuai rencana, disertai solusi jitu untuk meminimalisir terjadinya problem yang mungkin akan muncul secara tiba-tiba.
Pak Kris ini sangat mendambakan sosok Biru, dalam hatinya dia ingin menjadikan Biru bagian dalam keluarganya. Entah saudara, sepupu bahkan menantu. Beliau pernah berniat menjodohkan salah satu anaknya dengan Biru. Sayang seribu sayang niat baik tersebut tidak mampu terlaksana, alasannya cukup jelas. Semua anak Pak Kris berjenis kelamin laki-laki.
"Terima kasih banyak Pak Kris, saya belajar banyak hari ini" Biru menjabat tangan Pak Kris, menampilkan lesung pipinya yang tidak begitu kentara. Yang disambut dengan senyum yang sama hangatnya oleh pria paruh baya bergelar bapak sejuta mahasiswa tersebut.
Biru keluar ruangan dosen dengan pikiran yang tenang. Satu amanah sudah terlaksana beberapa menit yang lalu, sekarang tinggal memberitahu Arma mengenai hasil diskusi hari ini. Lebih cepat lebih baik bukan?
Sambil berjalan dia mencoba untuk mendial nomor sahabatnya itu, hingga tiba-tiba.
"Aduh!"
Pletakkkk....
"Aaaaaaaa." seperti adegan syuting sinetron, ada banyak kertas berhamburan di udara. Membelai lembut kedua insan yang saling bertubrukan, jangan lupa tambahkan adegan slow motion sebagai penyokong suasana.
Orang yang menabrak Biru itu nampak syok berlanjut dengan gelisah, raut wajahnya sudah campur aduk tidak karuan. Bahkan dia mencampakan bawaannya sendiri yang sudah berhamburan di lantai bak sampah. Biru sendiri hanya terdiam dan memilih segera memungut ponselnya yang terpental beberapa langkah dari tempatnya berdiri sekarang.
Sedikit miris, berapa bagian dari layarnya tergores. Hal itu bukan masalah ada tempered glasses yang melindunginya. Baterainya tidak berhamburan, hanya saja ponselnya itu sudah mati ketika dia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Biru
Spiritual-Rembulan Biru- Kalau penasaran silahkan dilihat, Kalau mau kasih saran silahkan ditulis di kolom komentar, Kalau menghormati silahkan kasih voment, Kalau cuma mau menggunjing mending nggak usah mampir. Terima kasih, udah kenyang. Buat kamu! -Selama...