Malam.
Dan hujan.Semua itu membuatku termenung di balik jendela kamar.
Pikiran ku kosong. Aku terdiam bisu semenjak tadi siang di sekolah.Saat ini musim hujan, jadi memang wajar jika dari tadi siang hujan turun terus menerus di kota ini.
Di kota hujan.
Dan aku menyukai kota ini.Tapi terkadang hujan membuatku patah hati. Seperti tadi siang.
Saat aku hendak pergi ke kantin,
Entah sengaja atau tidak,
aku melihat mereka berdua menerobos derasnya hujan.
Saling berdampingan menyeka wajah yang terbasuh dinginnya hujan.Aku membeku tepat di belakang mereka.
Kelu bibirku.
Tiba-tiba menjadi dingin dan beku.Sampai urusan itu benar-benar membuatku merasa tidak enak hati, merasa jengkel sampai malam ini.
Tak lama, seberkas pesan masuk.
Ali : lagi apa?
Rain : baca novel
Aku bohong.
Ali : belajar oon!
Rain : berisik!
Ali : kenapa sih?
Rain : patah hati
Ali : alay
Rain : bodo
Ali : kenapa
Rain : liat seseorang berjalan berdampingan dengan orang lain di tengah hujan
Ali : Masalahnya dimana?
Rain : gatau, gak enak hati
Ali : Jangan di pikirin
Rain : kepikiran
Ali : idih, lupain aja
Rain : Hooh
Ali : Besok kita ketemu
Rain : Gak usah
Ali : emang perlu ijin?
Tidak ku balas pesannya lagi.
Semua urusan itu benar-benar membuat malam ini nampak menyebalkan.
Oke.
Berpikir positif, mereka cuma gak sengaja jalan bareng di tengah hujan, dan mungkin gak sengaja pulakan aku di tepat di belakang mereka.Semua itu cuma kebetulan!!!!!!!
Dia sukanya sama aku!! Titik.
Bukan sama diaaa!
Ih.
Kesel.
Ah!Namanya Reza, dan aku punya seribu pertanyaaan tentangnya.
Bukan Ali yang berjalan berdampingan dengan wanita lain saat hujan siang tadi.
Tapi Reza.Dia teman sekelasku. Terkenal, pintar, ramah dan tampan.
Tapi, terlalu banyak gadis yang menyukainya.Sampai aku sendiri saja bingung bagaimana mungkin aku bisa ada di hatinya.
Akhir-akhir ini kami dekat, tapi aku sendiri pun tidak mengerti apa arti kedekatan itu, saat ia masih selalu dekat dengan wanita-wanita lain.
Dia bukan playboy, dia hanya benar-benar baik pada semua orang. Dan itu membuat semua orang selalu ingin ada di sisinya.
Bahkan jika dia tidak sempat meluangkan waktunya untuk mengobrol denganku, maka kami tidak akan mempunyai percakapan.Bukannya aku tidak ingin mengajak ia mengobrol duluan, tapi baru berada di dekatnya saja aku sudah dilirik tajam oleh gadis gadis itu.
Yaaaah bisa apa aku.
Seorang rain yang bodoh berharap ada di hatinya sang pangeran kelas.Aku menghembuskan napas panjang.
Saatnya menulis.
Dia akan menjadi tema puisi ku kali ini.Aku berpikir banyak tentangnya semenjak tadi.
Seperti apa dia sebenarnya, dan apakah gosip-gosip dikelas itu benar tentangnya.
Bahwa dia sedang dekat dengan seorang temanku.
Teman yang baik. Cantik.... Dan terlalu sempurna jika dibandingkan denganku.Aku sempat pernah menyerah akan mundur menjauh dari dia. Tapi seketika senyumannya itu memberikan seribu harapan padaku.
Ali tau soal ini. Tapi dia tidak terlalu peduli.
Setiap aku berbica tentang Reza padanya, dia hanya berdehem pelan.Aku tau Ali bukan tipe orang yang suka membahas masalah seperti itu, dan itupun karena suatu hal.
Kami lebih banyak bergurau di setiap percakapan.
Ali, dia temanku.
Temanku yang berharga.
Dia pernah jatuh cinta.
Jatuh cinta yang tulus.Tapi
Diapun pernah patah hati.
Patah hati yang hebat.
Dikhianati oleh seorang sahabat.
Itu membuatnya jatuh.
Membuatnya berantakan.Sampai kecelakaan itu tejadi
Kecelakaan maut yang hampir saja membahayakan nyawanya.Ia kehialangan dua ginjalnya.
Dan itu lebih membuatnya sakit hebat.Dan sekarang,
Kami berbagi ginjal.
Namanya Ali, dia sakit.