Sekolah,
dan rasanya masih sama tidak enaknya seperti kemarin...
Dia membuatku membeku.Langkah ku gontai menuju ruang kelas. Tanpa ku hiraukan siswa-siswa lain yang ramai disekelilingku.
Ku tatap ruang kelas itu nanar.Dia, si pembuat hidupku susah berdiri di depan kelas.
Nampak kesal, menungguku.Dan aku hanya tersenyum sinis melihatnya.
Lantas dia menghampiriku.Ali : Lama banget!!! Mau masuk nih!
Rain : gak usah ngomel
Ali : Nih
Dia menyodorkan bekal makanan untuk ku.
Rain: apa itu?
Ali : yaelah, pake nanya lagi
Rain: gak usah repot-repot
Ali : kalau kamu mati aku juga mati.
Rain : basi
Ali : kenapa sih jadi ngomel
Rain : kamu berdiri di depan kelas daritadi?
Ali : iya
Rain : pantes pada ngeliatin
Ali : Siapa?
Rain : Temen kelas
Ali : Udah biasa. Udah dulu ya. Sampai ketemu nanti
Rain : iya.
Aku yang masih berdiri di depan kelas melihatnya berbalik arah dan pergi.
Tanganku memegang kotak bekal makanan yang ia berikan barusan.
Aku menghela napas panjang.Anak itu, aku tidak mengerti.
Apa yang sebenarnya mengikat kami, sehingga dia begitu baik dan peduli padaku.
Ku lanjutkan langkah ku.
Di ruang kelas, ku dapati satu dua teman menyapaku mengucapkan selamat pagi.
Ku balas sapa mereka seriang mungkin yang ku bisa saat ini.
Karena bibirku entah kenapa menjadi kelu saat kudapati dia sedang memerhatikanku dan seketika berjalan ke arah mejaku.Aku beranjak duduk tanpa menengok ke arahnya, dan Sela, teman semejaku terlihat tersenyum menyapaku.
Sela : Kamu udah ngerjain pr Ra?
Rain : Udah.
Jawabku singkat
Sela : Tumben haha
Rain : Aih, memangnya aku semalas itu apa?! Haha biasa, Ali membantuku.
Sela : unccc selalu ya?Aku mengangguk mantap.
Dia, walaupun seringkali membuat hidupku tampak susah, namun ia selalu ada untuk membantuku.
Tak lama, Reza menghampiriku.
Aku setengah mati menghindari tatapan Reza sedari masuk kelas tadi.
Namun, rasanya jadi percuma saja. Dia tetap menghampiriku.Reza : Udah ngerjain pr Ra?
Aku menganguk santai. Terlihat supaya biasa-biasa saja.
Reza : Gak lagi sibuk kan?
Aku diam.
Reza : Mau pulang bareng nanti?
Rain : Aku sudah punya janji.
Reza : oh, dikira hari ini kosong. Semalem kamu tidur lebih cepat Ra?
Aku diam
Reza : Kayanya kamu lagi kecapean
Aku diam
Aku beranjak dari tempak duduk ku dan meninggalkan reza yang terpaku di hadapanku.
Dia tak bergeming.
Melihatku berjalan menjauh.Hari ini disekolah, rasanya sangat membosankan.
datang-belajar-pergi.
Jenuh sekali.Ali menungguku di gerbang sekolah saat waktu pulang tiba.
Hari ini dia harus check up ke rumah sakit, mengontrol kondisi ginjalnya.Dua bulan sekali tepatnya.
Dia harus tau kondisi ginjal semata wayangnya yang di donorkan olehku.Saat ini, kami masing-masing hanya memiliki satu ginjal.
Tapi kondisi ia yang paling rentan.
Ginjalku harus beradaptasi di dalam tubuhnya.
Membuat ia harus ekstra hati-hati dalam beraktivitas ataupun memilih makanan.Semenjak setahun kebelakang ia memakai ginjal donor untuk bertahan hidup, sehingga membuat kondisinya rentan.
Bagi Ali, kecelakaan satu tahun yang lalu adalah tamparan hebat dari Tuhan untuk-Nya.
Ia hampir kehilangan segalanya, bahkan nyawanya sendiri.Tapi Tuhan lebih tahu, masih terlalu banyak kebaikan di dalam hatinya yang belum ia wujudkan.
Setiap mimpinya adalah bagian dari rasa pedulinya terhadap orang lain.Dia tidak pernah mementingkan diri sendiri, sangat peduli dan.....
juga sangat menyebalkan.Tapi terlepas dari se-menyebalkan apapun dirinya, aku tetap menyukainya.
Namun, kurasa bukan perasaan suka seperti sepasang kekasih, bahkan kurasa lebih dari itu.
Aku tidak pernah ingin dia terluka, lagi.
"Ra?"
"Ra?"
"Ra?"Dia membangunkanku yang sejak tadi tertidur di ruang tunggu pasien.
Sebenarnya bukan benar-benar tertidur, aku hanya sedang memikirkannya sambil menutup mataku.
Dan membawa setiap ingatan-ingatan tentangnya mengalir di setiap aliran nadiku.Dia membangunkan ku, seusai urusannya check upnya selesai.
"Mau makan dulu?"
"iya" jawabku singkat.Sebelum pulang, kami beranjak dari rumah sakit dan pergi mencari rumah makan terdekat.
Ali bilang dia ingin makan masakan padang.
Aku menganguk mengiyakan.Setelah selesai menyantap semua makanan, aku memulai pembicaraaan.
"Li?"
"Ya?"
"Tadi gimana kata dokter?"
"Baik"
"Yakin?"
"Iyalah."Aku menganguk lega.
Aku berharap ginjalku tidak membuat masalah di tubuhnya.
"Ra?"
"hmm?"
"Baca deh."Ali memperlihatkan secarik kertas kepadaku.