Part 5

12 1 0
                                    

Reza menatapku lekat.
Dia masih menungguku bicara, terlihat sorot matanya redup, yang entah mengapa membuat ku merasa menjadi tidak enak, tidak bisa ku jelaskan.

"Za, gini aja. Anggap saja aku salah. Jadi karena aku salah, aku minta maaf, dan kayanya kita gak bisa jalan lebih jauh lagi. Kamu ngertikan maksudnya?"

"Enggak."

"Za!!!!!"

"Aku gak ngerti, dan kita gak usah ngelanjutin percakapan ini lagi."

"Za kamu harus denger, aku gak bisa!!"

"Tapi aku bisa dan kamu tinggal berusaha untuk bisa."

"Kamu maksa."

"Kamu yang maksa untuk mundur."

"Kamu ga ngerti!!!!" suara ku mulai naik

"karena kamu gak pernah bilang apa masalahnya."

"AKU CEMBURU!!"
Jawab ku spontan mengejutkannya.

Reza terhentak.

Aku keceplosan!!

Yaa, Igemwoya??!!!!

Aku menghela napas dan terdiam salah tingkah, malu bercampur kesal, dan kemudian langsung menundukan wajah ku.
Kulihat samar Reza tersenyum seketika.

"Rain...."
Sahut Reza pelan

Aku masih menunduk, tidak menghiraukan.

"Kita bicara besok lagi ya, kayanya sekarang mood kamu lagi gak enak. Pastinya gak baik kalau dilanjutin sekarang. "

Aku menghela napas lagi,  sebenernya aku ingin masalah ku dengan Reza cepat cepat selesai. Aku tidak mau terlalu lama patah hati.
Reza tersenyum ke arahku dan bilang untuk pamit. Dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang, namun aku menolak dengan jelas menggeleng cepat. 
Aku tau Reza terlihat kecewa namun mencoba tak menghiraukan perasaannya. Dia tahu aku sedang marah maka dari itu dia memutuskan untuk berbalik badan, dan pergi.

Seketika

"Za.."
Sahutku pelan
Reza menoleh

"Siapa yang menempati hatimu?"

Deg
Entah kenapa,
Reza tersenyum. 

"Kita bicarakan nanti ya, kamu pulang dan istirahat. Bye Rain."

Tanpa melanjutkan perkataannya lagi Reza langsung pergi meninggalkanku dengan pikiran mumet sekaligus malu. 

Aku terdiam sejenak kemudian menyesal. 

Apa yang telah ku bicarakan barusan tadi?!!!
Bukankah itu memalukan?!! 
Aaaah!!!! 
Ali akan menggantungku langsung jika ia mendengar percakapan kami tadi.

Memangnya aku siapa dia hingga berhak berkata seperti tadi?!

Aku berbalik malas dan memutuskan kembali pulang ke rumah. 

Menyelusuri ruang kelas sekolah dan kulihat kelas ali kosong.
kurasa Ali sudah pulang sejak tadi. 

-----------------@@@@@----------------------

Rumah. 

"Assalamualaikum,  ma."
Sahut ke pelan sambil melangkahlan kakiku berjalan masuk ke rumah. 

Namun,
Gerakan ku terhenti melihat sesosok remaja berseragam sekolah yang sedang asik bergelut dengan stik PS. 

"Li, disini? "
Tanyaku yang kemudian menghampirinya. 

"Hm. "
Jawabnya pelan tanpa menoreh sedikitpun kearahku. Matanya tetap terfokus ke arah game yang ia miankan. 

"Ngapain? Gak bimbel?  " tanyaku penasaran. Karena ia jarang kerumah ku saat hari-hari sekolah karena ia harus mengikuti jadwal bimbel yang bejibun untuk menghadapi ujian nasional dan ujian masuk ke perguruan tinggi. 

"Bolos." 

"Udah pinter? "

"Enggak. "

"Terus"

"Enggak salah lagi."

Glek.
Dasar Kecoa!

Aku mengambil gelas dan duduk di sampingnya. Sambil meminum segelas air ku perhatikan ia sangat fokus pada game yang dia mainkan.
Dia melirik ku sekilas yang masih menatapnya tak bicara.
Kemudian tiba-tiba ia meletakkan stik ps nya dan menoleh ke arahku. 
Aku mengerjap kaget dan langsung memperbaiki posisi duduk ku.

"Baru pulang?"
"Hm." anggukan ku singkat
"Dari mana?"
Aku menoleh, menatapnya yang jelas-jelas menunggu jawabanku.
"Ya sekolah lah."

Ali mengangguk, ia menoleh memberiku sebuah selembar kertas. 
Aku menelan ludah, apa ini?!

Surat kedua?

Ku baca, perlahan. 

Tertera sebuah tanggal.

Dan aku mendengus mengeluh.

SAJAK-SAJAK MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang