Aku menjabat tangan besar milik Mr, Gerry. Dia tersenyum lebar ke arah ku, mungkin senang karena dia bisa meluluhkan hati boss ku yang terkenal arogan.
Aku Bella Andreas, usiaku sekarang menginjak 28 tahun. Aku bekerja di salah satu perusahaan yang terkenal di dunia, menjadi seorang secretaris seorang direktur utama. Itu cita-cita ku sejak aku menginjak masa SMA.Mr, Danny menatapku tajam, lalu memalingkan wajahnya saat aku menatapnya heran. Ya, Mr, Danny adalah bosku. Dia bukan direktur tampan yang ramah, tapi dia atasan yang memiliki kulit coklat kehitaman, dengan bola mata tajam berwarna cokelat dan memiliki tubuh atletis.
Pertama kali aku interview dengannya, aku di buat pusing dengan segala pertanyaan yang dirinya lontarkan. Tapi dengan keteguhan hati, ku jawab semuanya dan tanpa tendang aling. Aku di terima olehnya sebagai secretaris utama.
"Terimakasih atas kerja samanya, saya sangat senang bisa bekerja sama dengan perusahaan anda, Mr, Danny." ucap Mr, Gerry panjang lebar, seakan meluapkan kesenangannya.
Aku memandangnya kagum.
Di usianya yang masih muda ini, Mr, Gerry sangat pekerja keras. Di lihat sudah berapa kali, bossku menolak kerja sama dengan perusahaan yang didirikan Mr, Gerry. Tetapi, pria itu tetap bersemangat untuk meluluhkan boss arogan ku, dan sekarang keinginan untuk bekerja sama pun terlaksanakan.
Mr, Danny berdehem cuek. Lalu berjalan pergi mendahului ku.
Aku tersenyum manis untuk terakhir kalinya. Sepertinya Mr, Danny tengah kesal. Mungkin.
***
Mr, Danny menekan nomor di dalam lift, lift ini akan membawa aku dan dengannya ke lantai paling atas. Lantai dimana ruangan kerja Mr, Danny berada.
Mr, Danny berdehem, cukup keras. Aku hanya cuek saja, di dalam lift hanya ada kita berdua.
Suasananya sangat hening, hanya ada suara ketikan keyboard iphone yang ku ketik.
Ada pesan baru dari pembantuku dan aku membalasnya. Ya tentu, kali saja itu hal penting tentang anak ku.Saat aku menaikkan pandangan dari layar, yang pertama ku lihat dari bayangan cermin lift adalah tatapan tajam Mr, Danny. Aku menarik kedua sudut bibirku, hingga akhirnya pintu lift terbuka.
Dengan tergesa-gesa, Mr, Danny masuk ke dalam ruanganya. Pintu jati yang harganya jutaan rupiah itu dia banting keras. Sekesal itukah?
Aku menghembuskan napas berlebih. Ini akan semakin runyam.
Aku menaruh tas bermerekku, di atas meja kerja. Lalu melangkah masuk ke dalam ruangan, tanpa harus mengetuknya. Aku tahu ini tidak sopan. Tapi, bila ku ketuk tidak akan ada sautan dari dalam karena, Mr, Danny tengah kesal.
Saat pintu ku dorong, Mr, Danny menatapku tapi selanjutnya dia berlaga bodo amat atas kehadiranku. Dasi berwarna merah yang tadi dirinya pakai di tarik kasar, membuat dasi tersebut tak berbentuk lagi. Tangannya mengusap cepat wajahnya yang cemberut, dia duduk di sofa yang tersedia di ruangan tersebut.
Setelah mengunci pintu jati tersebut, aku berjalan ke arahnya dengan wajah berseri.
Tanpa mau di suruh, aku duduk tepat di atas pahanya. Ia sedikit menegang, tapi kembali ke sifat semulanya.
Aku mengusap rahangnya yang tegas, lalu mengecup permukaan kulit hitamnya yang menurutku sangat eksotis. "Ada apa? Mhmm..." aku tanya dengan suara serak. Mr, Danny selalu memuji suaraku yang menurutnya seksi.
Dia mengeram pelan. Aku semakin tersenyum lebar, kali ini ku kecup bibirnya sekali, membuatnya semakin menggeram.
"Kau menyukainya? Aku tahu." ketusnya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.
Aku terkekeh, membuatnya langsung menatapku tajam.
"Dugaan ku benar." ucapnya, terdengar tak suka.
Mataku berkedip cepat. "Hey, aku tidak menjawab ataupun mengiyakan apa yang kau tuduhkan." aku menjawab, dengan kekehan kecil.
Mr, Danny menatapku, napasnya sudah tidak beraturan. Aku tahu dia sedang dalam keadaan darurat. Di antara rasa kesalnya, dia terangsang.
"Aku tahu saat kau tatap wajah tampannya... Aku tau saat kau tersenyum ke arahnya. Kau menyukai pria berkulit putih itu." aku mendesah, ada kilat cemburu di dalam manik matanya.
"Tidak, aku tidak menyukainya. Lagi pula hidupku sudah sempurna." aku mengedikkan bahu, seakan berkata what ever.
"Aku tau Mrs, Bella." tekannya, seakan tak mau kalah. Nah, ini adalah salah satu sifat arogan miliknya.
"Dan juga, aku tau kau tengah menahan sesuatu di bahwa sana!" Aku menurunkan pandangan mataku, ke arah selangkangan Mr, Danny yang bergelembung. Itu lucu.
Mr, Danny meringis saat aku menyentuhnya, dia menahan tangan ku supaya tidak bertindak lebih jauh. Bibirnya mencium bibirku brutal, dengan menahan leher belakang ku dengan satu tangan lainnya. Jari jempolnya terasa mengusap-usap leher depanku, membuatku meringis geli.
"Katakan kau tidak menyukainya?!" katanya penuh perintah, di depan bibir merahku yang membengkak.
"Aku tidak menyukainya, Mr, Arogan." Dia kembali mengerang saat tak sengaja ku tekan pahaku di atas gundukan selangkangannya.
"Kau nakal!"
"Aku tak sengaja. Sir." ucapku serak. "Dan, aku siap menerima hukumannya." lanjutku mendesah pelan.
"Baiklah, Mrs, Andreas." jawabnya dengan menyeringai nakal.
Aku Bella Andreas, melakukannya untuk menyalurkan gairah ku dengannya di ruangan suami tercinta ku, Mr, Danny Andreas. Suamiku sekaligus, direktur utama di perusahaan aku berkerja.
end
***
Beberapa Part di private ya, siap-siap follow...
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RandomWARNING!!! ADULT CONTENT DILARANG PLAGIAT... INFO : Cerita ini belum sepenuhnya sempurna dalam penempatan tanda baca, dan lain-lain. Mohon bila ada kesalahan harap maklum. Terima kasih... JANGAN LUPA VOTE, SHARE, DAN COMMENT🌹 @copyright2018