10.

16.9K 1K 39
                                    

Ari berjalan pelan keluar dari kamarnya antara ingin dan tidak ingin keluar.

Dasar si Alif kutu monyet!

Dalam hati, Ari terus menyumpahi sahabatnya itu. Berawal dari video bayi lucu yang dikirim Alif, yang ternyata ujung-ujungnya malah penampakan tuyul, berhasil membuat bulu kuduknya meremang seketika.

Ari bukan seorang penakut, dia itu pemberani, tapi kalau sudah berurusan dengan hal yang berbau mistis dia memang merasa sedikit segan. Apalagi jika sudah berhubungan dengan penampakan-penampakan mahluk halus seperti itu.

Ari bergidik. Jika saja teko air yang selalu disediakan di kamarnya tidak habis mungkin dia tidak akan keluar kamar sampai besok pagi.

Keadaan di ruang keluarga sudah sangat sepi.
Mama-papanya sudah mengurung diri di kamar sedari tadi, padahal ini baru jam 10. Sedangkan oma, Ari tidak tahu mungkin beliau sudah tidur.

Disaat-saat seperti ini terkadang Ari merasa membutuhkan Mbak Sumi, tapi sayang ART-nya itu memilih pulang ke rumahnya sendiri, tidak menetap di sini. Mbak sumi hanya datang saat subuh dan pulang jam delapan malam.

"Kamu belum tidur?"'

"Allahu akbar." Ari sedikit terlonjak saat mendengar seseorang menyapanya dari arah kamar. "Oma?"

"kenapa?" tanya Sukma, aneh melihat Ari mengusap dada.

"Nggak, tadi aku kira mama," bohong Ari.

Merasa suasana berubah menjadi canggung, Ari pun langsung meneruskan niatnya untuk mengambil air. Tapi ternyata sukma juga mempunyai niat yang sama dan mengekori Ari ke dapur.

"Oma, kenapa belum tidur?" tanya Ari. Dia tidak langsung kembali ke kamarnya memilih duduk di kursi dekat counter dapur sambil meminum air dalam gelasnya.

"Belum ngantuk," jawab Sukma, dingin seperti biasa.

"Oh," Ari bingung,  tidak tahu apalagi yang harus dibicarakan ataupun ditanyakan. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dengan sedikit ragu pun memberanikan diri, berharap ini bisa mencairkan suasana.

"Mama cerita ...." Ari mendadak gugup, ditambah posisi duduk Sukma yang sangat dekat tepat di sampingnya.

"Cerita apa?" balas Sukma.

Ari memainkan gelas yang sedang dipegangnya. "Itu... mama cerita soal ... Genta."

Tidak langsung ada jawaban, suasana pun berubah menjadi sangat hening.

"Udah malam. Kamu harus istirahat." Sukma berdiri dari duduknya, tapi tangan Ari lebih dulu mencekalnya.

"Aku bisa bantu kalau Oma mau."

"Gak ada yang harus kamu bantu." Sukma berusaha menepis tangan Ari, tapi sayang genggaman itu terlalu kuat.

"Aku tau, aku bukan siapa-siapa di sini. Tapi kalau Oma mau, aku bisa sedikit membantu." tawar Ari dengan penuh ketulusan. Tapi yang didapatnya hanya suara dengusan.

"Kamu gak tau apa - apa, ini masalah keluarga. Jadi, kamu gak perlu bantu apa-apa." Tangan kanan Sukma kini benar-benar menepis kasar genggaman tangan Ari lalu meninggalkan anak itu sendiri.

Ari tertawa miris. Keluarga? Kenapa dia bisa lupa kalau ini masalah keluarga? Dia bukan siapa-siapa. Tidak punya hak sedikitpun untuk tahu masalah keluarga angkatnya ini.

"Kenapa?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja meluncur dari bibir Ari. Entah ditujukan kepada siapa. Tapi Ari bisa melihat omanya seketika berhenti berjalan.

"Aku gak pernah benar-benar tau apa alasan Oma berubah sikap seperti ini."

Sukma diam.

"Apa karena masalah aku sama Genta dulu? Jadi, Oma sampai sebenci ini? Atau karena Aku hanya orang lain di sini?" Ari menjeda ucapannya. "Oma, bukan aku yang menginginkan hadir di tengah keluarga ini dan bukan aku juga yang meminta mama dan papa jadi orang tua aku."

What's Wrong? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang