MENGHILANG

959 56 13
                                    

Nafi sibuk bersenandung dengan lagu kesayangannya saat ini.

Yaitu, Tenda - L.O BAND

Tenda dengarkan curhatku
Tentang rasaku
Berdebar hati tak menentu
siang menjadi fikiran malam menjadi impian
.
.
Berharap dia mengerti isyarat hatiku
Aku ... / ..- / -.- /.-
Sama kamu
.
.
Tenda tapi aku malu
tuk ungkapkan rasaku
makan tak enak tidurpun ku tak nyenyak
memikirkan kamu
.
.
Berharap dia mengerti isyarat hatiku
Aku ... / ..- / -.- /.-
Sama kamu
.
.
Tenda tahukah engkau kini badanku
panas dingin tak menentu
menahan rasa ingin jumpa
kepadanya
.
.
Tenda apa yang harus aku lakukan
tuk obati rasa rinduku pada dirinya...
oh pada dirinya... oh pada dirinya...
.
.
Berharap dia mengerti isyarat hatiku
Aku ... / ..- / -.- /.-
Sama kamu
.
.
Berharap dia mengerti isyarat hatiku
Aku ... / ..- / -.- /.-
Sama kamu.

Gue hanya melirik Nafi, kemudian kembali menunduk. Begitu seterusnya, mengulang berkali kali. Biasanya, Jika gue atau Amazia memutar lagu tadi, Kami langsung bernyanyi bersama dengan raut wajah super bahagia. Tapi, ntah mengapa saat ini terasa hampa.

Nafi memicikan matanya, menatap Shafa yang tidak semangat seperti biasanya. Tentu saja, itu menganggu matanya.

Nafi sudah membuat janji dengan Shafa, untuk sekedar berkunjung ke rumahnya dan bermain bersama. Karena belakangan ini, ibunya sibuk dengan jahitan dan Nafi merasa di abaikan begitu saja.

Nafi menggeletakan ponselnya dan mengintip aktivitas Shafa yang sibuk dengan aplikasi chat BBM kala itu.

"Percuma berjuang, kalau yang di perjuangin ngga paham. Percuma berharap kalau yang di harapkan tidak peka. Percuma menunggu, kalau yang ditunggu tidak peduli." Tulis Shafa di akunnya.

Karena penasaran, Nafi lekas mengambil ponselnya dan melihat tulisan Shafa yang baru ia kirim.

Nafi memencet ikon ibu jari, sebagai tanda ia ingin ada bahan obrolan dengan Shafa yang saat ini sibuk dengan patah hatinya.

Shafa menegakan kepalanya dan menarik nafas. Saat itu juga, Nafi tersenyum lebar. Setelah ini, Shafa pasti akan mengajaknya berbicara.
Tapi, nyatanya tidak.

Shafa kembali asik dengan ponselnya. Kembali asik mengetik.

Nafi menunggu hasil tulisan Shafa di BBM miliknya.

"Capek juga kalau harus berjuang sendirian mah. Ini baru dua hari, lama kelamaan juga berdebu." Tulis Shafa

Membaca itu, Nafi semakin geram dengan sikap Shafa yang mengabaikan dirinya. Untuk apa curhat di sosial media, sementara Nafi hadir disini untuk dirinya.

"Ish!" Ketus Shafa yang membuat Nafi terkejut

Nafi melihat jemari Shafa seperti mengetik sesuatu, "Ngetik apaan lagi nih bocah." Besit Nafi pelan

"Yaudah, terserah." Tulis Shafa

Kini, Shafa kembali mengangkat kepalanya. Melempar ponsel jauh dari dirinya. Nafasnya terdengar jelas sedang kesal.

Nafi tersentak dan lekas mengambil ponsel itu, "Kalau ngga butuh, dikasih ke yang lebih membutuhkan. Jangan dibuang gitu aja."

Gue mengabaikan Nafi.

"Heh! Disini ada gue, kenapa harus curhat di sosial media sih?" Nafi gemas

Gue melirik Nafi sebentar, "Bukan curhat, tapi kasih kode ke Kak Reyhan."

"Kode apaan?"

"Gue kangen." Balas Gue cepat, "Udah dua hari ngga chattan coba."

Nafi mengangguk paham, berusaha memahami perasaan sahabatnya.

Berawal Dari Kemah⛺ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang