KAK REYHAN

1.7K 55 20
                                    

Gue berjalan mengendap-endap keluar dari kerumunan angkatan gue yang sedang asyik berselfi ria dengan ponsel baru yang gue miliki. Melirik kanan kiri untuk memastikan mereka masih asyik dengan kegiatan tersebut.

Sesampainya di ujung koridor dekat gerbang sekolah, Gue menyapu bersih pandangan ke segala arah. Hingga, mendapati sosok yang sejak tadi gue tunggu.

Gue memetik jari gue dan menunjuknya dengan telunjuk. Tidak lupa, senyuman yang terlukis jelas di wajah gue.

"Akhirnya, bisa ketemu tanpa harus ketahuan mereka." Gumam Gue puas

Kemudian, pandangan gue teralihkan dengan arloji yang melingkar cantik di lengan Gue. Waktu sudah menunjukkan sore, tapi kami belum juga pulang. Hari ini, kami latihan dan pulang ke rumah adalah hal yang paling kami benci.

Gue mendekat ke arah gerbang dengan gaya jalan yang cukup centil lantaran malu dan gugup. Ini, pertama kalinya gue melihat Kak Reyhan secara langsung dan dekat setelah beberapa bulan perkemahan itu selesai.

Mata gue berbinar, mendapati pria itu sedang tersenyum lepas melihat gue. Gue adalah manusia beruntung saat itu.

"Sudah lama kak?" Tanya Gue gugup

Kak Reyhan menggeleng, "Belum bosen tunggu, berarti belum lama."

Gue pun sedikit terkekeh

Kak Reyhan membuka helm nya. Pria berjaket abu abu dengan perpaduan biru itu berhasil membuat gue luluh.

Sementara kami asyik mengobrol. Diam diam, angkatan gue muncuk dari balik gerbang sekolah. Mereka tersenyum seraya menggelengkan kepala, beberapa dari mereka ada yang memasang badan dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Mereka berdehem, membuat Gue membeku seketika. Mungkin, ini yang dinamakan ada yang membeku tapi bukan es batu.

Beberapa dari mereka tidak juga pergi, seperti bahagia melihat kondisi salah tingkah gue saat ini. Gue hanya mengerjap, rasanya dirinya seperti maling yang sudah tertangkap basah.

"Pantesan saja tiba tiba menghilang. Kirain beli es, ngga tahunya?!" Nafi berceloteh dan membuat semua yang berada disana tertawa pecah

Gue hanya menghela napas pelan, diam dan tidak menjawab.

"Ganggu saja." Besit batin gue kala itu

Setelah beberapa saat sibuk merapihkan rambut di depan kaca spion miliknya, Kak Reyhan menoleh ke arah Gue, "Kok diam saja?"

Gue tersenyum malu, tidak tahu harus berbuat apa.

Kak Reyhan meraih tangan Gue, "Ngga bisa lama lama."

"Zina itu!" Seru Nafi jahil melihat Kak Reyhan mendekap pergelangan gue

Gue pun mengerjapkan mata, menatap wajah Nafi dan yang lainnya sedang asyik sibuk bercanda.

Kak Reyhan melepas genggamannya, "Maaf ya ngga bisa lama lama."

"Ngga papa." Balas gue cepat, "Bisa ketemu lagi, juga sudah sangat senang."

Kak Reyhan kembali meraih helmnya, "Permisi, saya ingin menutup ketampanan saya."

Gue terkekeh, "Apaan banget sudah."

"Kamu percaya, teman kamu ada yang suka dengan saya?" Tanya Kak Reyhan seraya mengaitkan besi di helmnya

Gue melirik beberapa teman gue yang berada di sana, lalu mengangguk.

"Kenapa? Seharusnya kamu menggeleng."

"Ada satu manusia yang baru hadir hari ini, dia tidak tahu semua hal. Saya rasa dia."

Berawal Dari Kemah⛺ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang