(1) First Impression

37 3 5
                                    


------

Naya berjalan lunglai di halaman depan rumah nya sambil menenteng clutch berwarna cream. Ia terlihat sangat cantik mengenakan kebaya sabrina berwarna peach dengan rok batik span yang tampak terbelah hingga ke atas lutut.
High heels 7cm berwarna senada dengan kebayanya semakin mempercantik penampilannya sekarang.

Namun, entah apa yang sedang ia fikirkan. Mimik wajahnya tampak bingung dan sedikit murung.

Naya memperhatikan sekeliling, halaman depan rumahnya tampak luas dengan rerumputan hijau dan terdapat beberapa meja makan bundar lengkap dengan kursi dan aksesoris lainnya yang sengaja di sediakan untuk undangan yang hadir hari ini. Halaman depan rumahnya juga sudah di desain bernuansa putih ala pernikahan.
Undangan yang datang sudah cukup ramai mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB lebih.

Terdapat beberapa undangan memberikan selamat kepada kedua mempelai pengantin yang tengah berkeliling untuk sekedar menyapa undangannya. Sedangkan para undangan yang lain juga sudah mulai menyantap hidangan yang telah di suguhkan. Suasana di sana benar benar terlihat hangat, apalagi saat Naya memandang kearah kedua mempelai yang sedang tersenyum bahagia dengan beberapa orang, tentu saja Naya ikut bahagia.

Naya membuka handphone nya mengecek jam sambil menoleh lagi ke arah kedua mempelai, mumpung tidak ada yang memperhatikannya, ia lalu berjalan cepat keluar perkarangan rumah.
Sepertinya ia benar benar harus pergi ketempat favorite nya sekarang.

*****

Naya melangkah turun dari mobil yang baru saja mengantar nya ke tempat yang cukup sepi sesiang ini.

Pasalnya sekarang sudah menunjukkan hampir pukul 1 siang. Jalanan jakarta cukup ramai mengingat saat ia pergi tadi sudah hampir pukul 12 siang.
Naya berjalan pelan kearah gapura tempat itu, suasananya sangat sepi sekarang, namun Naya tetap cuek berjalan kearah yang ingin ia kunjungi.

Untuk sampai kesana, ia tidak perlu berjalan terlalu jauh karena tempat yang akan dikunjunginya berada di sebelah kiri setelah memasuki gapura.

Naya mendudukan diri nya tepat di sebelah makam bernisankan "Doni Iskandar".

"Assalamualaikum Pa, Naya dateng." ucapnya tersenyum sambil mengusap lembut nisan ayahnya.

Ia sedikit membersihkan makam tersebut dari beberapa dedaunan yang gugur.

Makam ayah Naya sangat terawat dengan rumput hijau yang menutupi keseluruhan makam. Di atasnya terdapat dua bouqet bunga yang sudah mulai kering.
Kemarin lusa Naya memang sempat ke sini untuk sekedar melepas rindu pada ayahnya.

"Naya tau, papa pasti bahagia kan ngeliat mama bahagia?

"Naya juga kok pa," ucapnya tersenyum, namun bulir air matanya mulai turun perlahan.
Sepertinya ia memang harus menangis untuk melegakan hatinya. Ia sedikit menghela nafas, sambil berusaha menyeka air mata nya.

"Naya kesini bukan karna Naya ga suka sama pernikahan mama dan om Ferry pa, Naya tau papa pasti ngerti kan? Naya cuma ngerasa sedih, dan tentu aja Naya juga bahagia,"

"Tapi Naya takut pa! Naya takut kalo nanti om Ferry malah ga buat mama bahagia. Naya cuma pengen mama bahagia, udah lama mama sendiri, bahkan dari Naya masih SMP.

YES : You Can Hold My HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang