(8) Perang dingin '2

5 0 0
                                    

------

Naya baru ingat kalau sekarang hari sabtu, semua orang pasti akan berkumpul di rumah.

Ditambah ia pagi ini harus ikut sarapan bersama. Aksi Naya yang tidak ingin keluar kamar hingga Devan pergi 'gagal' karna pagi-pagi sekali Neina sudah heboh menggedor pintu kamar Naya menyuruhnya bangun dan sarapan bersama. Mau tidak mau, Naya akhirnya bangun bergegas mandi dan turun kebawah.

Suasana di bawah sudah cukup riuh karena Neina yang sibuk memasak di temani Bi Sum. Naya kira ia turun ke bawah makanan sudah selesai dan ia sudah bisa langsung makan, ternyata Neina sengaja membangunkannya untuk menyuruhnya membantu memasak di dapur.

Naya menghela napas lemah.

Setelah selesai membantu Mamanya dan Bi Sum masak, Naya bergegas berjalan ke arah meja makan untuk segera melahap menu sarapan pagi ini. Naya sudah lapar dan butuh mengisi tenaga tentunya. Ia segera duduk dikursi dan mengambil piringnya dengan semangat.

"Nay ih, Papa kamu sama Devan juga belum disini udah maen nyosor aja." ucap Neina marah.

"Kamu panggil kakakmu di atas cepet, Mama mau panggil Papamu dulu"

"Mama aja deh sekalian aku males naik tangga capek Ma" Naya berusaha mencari alasan, kenapa juga ia harus cape-cape panggil Devan untuk sarapan. Dan apa kata Mama tadi? Kakakmu? Mendengarnya dari mulut Mama saja Naya sudah ngeri apalagi kalau dipaksa harus Naya sendiri yang menyebutnya, jangan harap.

"Ga ada alesan, semakin lama kamu panggil semakin lama loh kamu makan." Ucap Mama mengancam. Neina tau aja kelemahan Naya. Kalau untuk makan, tentu saja apapun akan Naya lakukan, karena untuk melanjutkan hidup Naya perlu makan. ckckck

Akhirnya dengan malas Naya sampai juga di depan kamar Devan, mengetuk pintu beberapa kali dan tidak kunjung di saut oleh pemilik kamar, bahkan Naya sudah berteriak.

Nih orang tidur atau mati?

Naya akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Devan yang ternyata tidak dikunci. Namun ia tidak melihat Devan sedang tidur, mungkin sedang mandi pikir Naya. Tapi Naya tidak juga bergerak dari kamar Devan, ia masih berdiri di depan pintu sambil menahan pintu menunggu Devan keluar dari kamar mandi.

Sumpah hampir saja mata Naya copot. Devan keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya dan tampak longgar, ditekankan sekali lagi, TAMPAK LONGGAR! Kalaulah sebentar lagi handuk itu lepas sudah dipastikan Naya akan pingsan di tempat. ckck

Dada bidangnya juga masih terdapat beberapa titisan air, dan rambutnya terlihat acak-acakan seperti habis di keringkan dengan handuk.

Naya menelan liur, masih terdiam kaku di depan pintu kamar Devan dengan mulut yang sedikit ternganga.

Sedangkan Devan awalnya tampak kaget namun ekpresinya kembali datar setelah itu. Tampak biasa saja bahkan tidak terlihat terganggu dengan keberadaan Naya.

"Are you here to rape me?" Devan memecahkan keheningan.

Dengan santai ia menyilangkan tangannya di dada.

"What? please deh ngapain." Ucap Naya namun tatapannya masih tidak lepas dari dada bidang Devan. Mungkin Naya masih menikmati indahnya ciptaan Tuhan.

Sungguh nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan? Batin Naya.

"Ya kalo gitu please take your eyes off my body, shuhhhh!" Balas Devan sambil mengarahkan tangan kanannya ke arah kiri dan kanan. Lantas Naya tersadar bahwa ia masih lekat memandang badan Devan dengan pandangan takjub, dan dengan cepat mengalihkan pandangannya.

Bodoh lo Nay, udah jelas dia lagi mandi ngapain ditunggu di depan pintu?! Trus pake acara ngelitain kaya gitu lagi. Malu deh lo malu!

"mau ngapain?" Devan bertanya.

"Cari kucing berkepala hitam!" Naya menjawab ngasal.

"Jelas lah gue nyari lo! lo mandi kek anak perawan ya, lama. Cepet deh turun udah ditungguin sarapan sama Mama Papa" Ucap Naya lagi, ia menghela nafas kasar.

"Kalo mau sarapan duluan aja, ngapain harus panggil saya? Apa emang sengaja mau ngintip saya?" Balas Devan dengan tampang yang menahan tawa melihat ekspresi Naya yang kaget mendengar penyataannya.

"Sembarangan lo ngomong, ngapain gue ngintipin lo! kalo ga karna Mama yang nyuruh gue juga ga sudi manggil lo."

"Yaudah terserah lo!" Ucao Naya lagi lalu segera membanting pintu kamar meninggalkan Devan yang masih tersenyum menang karena berhasil membuat Naya kesal.

*****

Selesai sarapan bersama, Naya kembali ke kamarnya dengan alasan mau mengerjakan revisian. Padahal yang ia lakukan hanya tiduran santai-santai leyeh-leyeh di kasur sambil ngescroll timeline instagram dan sesekali menstalk akun gebetannya.

Naya memang jomblo, tapi ia punya gebetan. Namanya Vicko, kakak kelasnya waktu SMP yang dulu nerd tapi setelah kuliah malah jadi cowo populer di kampusnya. Naya juga bingung kenapa bisa ia malah dekat dengan lelaki itu. Cowo yang bahkan dulu ga pernah ia pandang tapi sekarang malah Naya yang klepek-klepek. Ya namanya juga cinta, bisa membutakan, dan sudah terjadi pada Naya.

Tapi sayangnya, sudah hampir 5 bulan mereka dekat tapi tidak juga ada tanda-tanda bahwa Vicko akan menyatakan perasaan kepada Naya, kadang itu yang membuat Naya galau.

Sarah Cemong

Lu ga malem mingguan sama Aak Vicko? wkwk

Kanaya

Ya jelas dong malmingan, emang elo jomblo :p

Sarah Cemong

Yeee kampret emg lu, belom jg sah jadian ahahaha

Kanaya

Bisa jadikan nanti malem dia mau nembak gue ahaha yakali dah 5 bulan ga ada perkembangan

Sarah Cemong

idih kepedean lu wkwk yaudah gue doain lancar ya sukses ehem ehemnya

Naya me-lock off hapenya sambil dengan sisa senyum dipipinya, lalu bergegas membuka lemari untuk mencari pakaian apa yang akan dia gunakan untuk kencan nanti malam.

Naya mengambil salah satu pakaian berwarna pink yang dibelikan Mamanya beberapa bulan yang lalu dan belum pernah ia pakai.

"pake baju pink bukan gue banget, gausah ah" Naya mengembalikan baju pink itu ke dalam lemari dan mengambil dress potongan diatas lutut berwarna hitam bermotif. Sepertinya Naya akan menggunakan dress itu untuk kencan dengan Vicko nanti malam.

******

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YES : You Can Hold My HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang