(4) Kondangan

41 1 0
                                    


------

Naya mematut dirinya di cermin, sambil menata rambut yang sengaja ia gerai. Ia tetap terlihat cantik walaupun dress hitam yang ia kenakan malam ini sedikit terlihat 'kurang normal' jika dikenakan untuk menghadiri undangan resepsi pernikahan, apalagi ia akan pergi ke resepsi pernikahan anak teman Neina, Mamanya.

Naya mengoles sekali lagi liptint dibibirnya. Setelah merasa penampilan nya cukup oke ia segera menyambar handbag kecil berwarna hitamnya lalu segera meninggalkan kamarnya yang sedikit berantakan.

Malam ini, seperti biasa jika Neina ingin menghadiri undangan pernikahan, maka Naya selalu di jadikan tumbal untuk menemaninya. Sebenarnya Naya bukan tipe orang yang suka pergi ke resepsi pernikahan seperti ini. Apalagi, acara tersebut adalah acara teman Mamanya, disana Neina pasti asik mengobrol dengan teman-teman nya sedangkan Naya hanya berkeliling sambil menyicipi hidangan.
Jika sudah kenyang ia akan kebosanan, duduk dimanapun yang menurutnya bisa di jadikan tempat menunggu Neina selesai dan mengajak nya pulang. Tidak jarang pula terkadang Neina memperkenalkan Naya pada teman-temannya, namun karna sudah keseringan maka Naya sudah kenal bahkan hapal nama teman Neina satu persatu.

"Aduh Nay kok pake baju kaya gini sih, ga ada anggun-anggunnya Mama liat. Pake yangg lain dong sayang kan baju kamu banyak, ini acara temen Mama loh jangan malu-maluin. Lagian siapa tau ada anak temen Mama yg ikutan trus ngeliat kamu begini malah ga minat."

Baru saja Naya turun tangga, Neina sudah mengomeli.
Naya nyengir, memperlihatkan deretan giginya yang putih

"Biarin ah Ma, udah enak pake baju ini. Lagian cantik kok, Naya mah diapain juga cantik, Mama tenang aja ya." balas Naya sambil terkekeh.

"Ah udahlah terserah kamu. Dikasi tau ada aja jawabnya ni anak. Ayo berangkat nanti ke maleman." Neina  berdiri dari duduknya sambil menggelengkam kepalanya heran, lalu berjalan keluar pintu rumah.

*****

Naya berdiri di sisi meja hidangan yang terdapat di sudut ruangan resepsi pernikahan itu.
Baru saja ia dan Mamanya tiba lima menit yang lalu, dan Naya sudah berada di meja hidangan untuk menyicipinya satu persatu.

Ia mengedarkan pandangan nya keseluruh penjuru ruangan, memperhatikan beberapa hidangan yang sudah tampak menggiurkan.
Naya mengusap kedua tangannya dengan bersemangat, sambil menetapkan hidangan apa saja yang akan ia makan.

Naya belum terlihat kenyang walaupun entah sudah berapa banyak makanan yang ia cicipi. Ia juga tampak tak peduli dengan orang sekitar yang beberapa melihat nya dengan tampang takjub. Bodo amat dengan acara resepsi pernikahan ini dan orang orang yang memandangnya itu, toh dia kesini hanya untuk menemani Mama nya dan melahap hidangan yang disediakan.

Semakin malam, gedung yang dijadikan tempat untuk menggelar resepsi pernikahan ini tampak semakin ramai.
Bahkan sudah mulai terdengar alunan musik yang mulai dimainkan setelah beberapa saat tadi kedua mempelai keluar dan duduk di kursi pelaminan.

Salah satu band terkenal Maliq & d'essentials tengah mengalunkan lagu Pilihanku sebagai pelangkap dari acara resepsi ini.

Mendengar alunan lagu tersebut Naya refleks menggoyang goyangkan kepala dan badannya sambil ikut mengalunkan lagu, padahal sekarang ia sedang asik mencicipi dessert  yang disediakan.
Janji Naya ini adalah hidangan terakhir yang akan di cicipinya.

Namun saat tengah asik melahap dessert tersebut sambil bersenandung, Naya merasa seperti ada yang memperhatikan nya dari jauh.
Tatapan yang diarahkan padanya terasa begitu tajam dan membuatnya tidak nyaman. Dengan jengah Naya mengarahkan pandangannya ke orang yang ia yakin sedang memperhatikannya.

YES : You Can Hold My HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang