Pertemuan Singkat

191 23 0
                                    

Dengan langkah pelan, aku menuruni anak tangga. Berniat mencari makan, karena sejak semalam perut ku tidak terisi penuh membuatku meringis terus.

"Eh, Tante Tamara." Aku terperanjat begitu melihat Tante Tamara celingak-celinguk di ruang tamu rumahku.

Tante Tamara tidak kalah kagetnya saat mengetahui kehadiranku. "Aduh, maaf yah Tante langsung masuk kayak gini."

Aku terkekeh. Melihat penampilanku sekarang, aku sangat malu. Tante Tamara itu adalah ibunya Arya, sekaligus teman dari orang tuaku.

"Ini, Tante dari tadi berteriak di luar. Tapi gak ada orang, terus pintunya juga gak terkunci, jadi yah Tente langsung masuk aja," jelasnya.

"Ohiya Tan, Bang Geral sama ayah lagi keluar, dan Fei baru aja bangun."

"Duh jadi kamu sendirian? Ohiya, Tante tuh kesini karena mau ngajak kamu ke rumah."

Air wajahku berubah seketika. "Ada apa yah, Tan?"

"Itu si Sesil katanya mau dibantuin buat milih-milih baju."

"Ta--"

"Tante tunggu di rumah yah." Tante Tamara langsung berbalik arah, kemudian menutup pintu rumahku dan menghilang dari hadapanku.

Aku mematung. Sejak putus dari lelaki itu, aku sudah tidak pernah bermain bersama Sesil-- adik perempuannya yang selalu histeris ketika melihatku.

Pikiranku terus berlarian. Saat ini aku hanya menggunakan waktuku untuk menimbang-nimbang, apakah harus pergi atau tetap disini.

Cermin di hadapanku sepertinya sudah bosan dengan tingkahku yang terus-terusan mengunjunginya. Aku merasa tidak puas dengan penampilanku, lebih tepatnya, aku tidak begitu percaya diri untuk bertemu dengan Arya.

"Assalamualaikum, Om," sapaku kepada lelaki yang sedang asik dengan koran di tangannya.

"Waalaikumsalam, Nak Fei. Kamu lagi nyari Arya? Wah sayang sekali, Arya lagi pergi."

Saat itu juga aku langsung membuang napas kasar. Jauh di dalam hatiku sedang merasa lega.

"Hai, Kak." Telingaku nyaris tuli ketika mendengar suara cempreng itu.

"Ayo masuk," ajaknya.

Aku menundukkan badanku sedikit sebagai tanda permisi kepada Om Rendo, kemudian masuk ke dalam rumah bernuansa klasik itu.

"Ayo sini, kita sarapan dulu," ucap Tante Tamara yang sedang sibuk menyiapkan makanan di atas meja.

Jika sudah seperti ini, aku bagaikan di penjara. Pasalnya, dalam keluarga Om Rendo, penolakan untuk makan bersama sangat susah dilakukan.

Aku duduk di kursi yang berada tepat di samping Sesil. Keluarga ini benar-benar hangat. Aku sempat berharap menjadi bagian dari mereka.

"Assalamualaikum."

Kepalaku mendongak ke sumber suara yang baru saja ku dengar. Aku berhenti mengunyah ketika melihat siapa dihadapanku. Kedua bola mata kami saling bertemu.

"Ngapain lo kesini?" Sarkasnya.

Aku hendak pergi namun tangan Sesil lebih dulu mencekalku.

●●●

Kita Yang Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang