Waktu berjalan terasa lama, tidak seperti biasanya.
Aku mencoret tanggal di hari ini. Tepat tanggal 20, itu berarti aku sudah 3 bulan merayakan hari jadi tanpa Arya di sampingku.
Kemarin, aku sempat bertemu dengan dia. Saat hendak mengeluarkan mobilnya dari garasi, dan aku sedang menyiram bunga. Tidak ada yang berubah dari air wajah lelaki yang bernama Arya. Dia masih sama seperti sebulan yang lalu saat tatapan kita bertemu di taman kota.
Barangkali, sejak dia merajut kasih dengan Dena. Ia juga sedang puasa senyum padaku. Dari matanya sangat jelas kalau dia sudah tidak tertarik lagi. Aku bisa merasakannya saat tak sengaja bertemu.
"Mau gue anter gak?" Bang Geral sudah berdiri di hadapanku. Dengan mengenakan helm berwarna hitam yang siap membelah jalanan.
"Udah gak usah. Fei bisa naik angkot kok," balasku seraya tersenyum simpul.
Bang Geral mengangguk pelan kemudian pamit untuk pergi ke kantor.
"Hati-hati, Bang." Teriakku.
Aku berbalik hendak menutup pintu rumahku. Seketika itu pula aku mendapati Arya yang sedang membersihkan motornya. Kedua bola mata kami saling bertemu, dan itu membuatku canggung.
■■■
Setelah mata kuliah pertama usai, aku bangkit dari kursi yang membuatku nyaman sejak dua jam terakhir.
"Fei?"
Aku memalingkan wajahku ke luar kelas, tepat dimana sumber suara itu berada.
Di luar sana, lelaki yang tidak asing lagi bagiku melambai-lambaikan tangannya. Sepertinya dia memberikan isyarat kepadaku agar keluar kelas lebih dulu.
"Eh, Renal? Ada apa?" Tanyaku.
Renal terseyum, "Gue mau bicara bentar sama lo. Bisa?"
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Telah Usai
Short StoryDia bergegas pergi setelah menemuiku, dan aku masih terdiam begitu kaku. Apakah ada seseorang yang hatinya terasa biasa-biasa saja setelah dipatahkan?