Tiga hari berlalu, sejak dia bertekad untuk mengabaikanku. Aku berusaha tenang, mencoba mengendalikan diriku yang terus di bayangi kenangan.
"Kenapa, Fei?"
Aku menggigit bibir bawahku, sebagai tanda kalau aku sendiri bingung untuk menjawab pertanyaannya itu.
"Lo masih susah lupain Arya? Gue tau kok, itu emang susah dan berat!" cerocosnya membuatku sempat beberapa kali meneguk ludahku sendiri.
"Udah susah, berat lagi," sambungnya.
Gadis berambut sebahu yang kini di hadapanku, bukan seseorang yang hidupnya bahagia terus. Dia juga pernah jatuh dan terluka karena pacarnya yang begitu keras. Keras dalam artian sikap yah.
"Susah sama berat, bedanya apa sih?" Tanyaku gugup.
"Susah itu hidup elo! Berat itu badan gue," balasnya seraya tertawa pelan.
Tanganku memukul kepalanya dengan buku tulis yang dari tadi kugunakan untuk mengipas badanku yang gerah. "Ah! Rese!"
"Fei, balik yuk!" Aku dan sahabatku itu segera melenggang pergi meninggalkan ruang terbuka hijau di area kampusku ini.
"Gue anterin lo pulang deh," lanjutnya.
"Gak! Gak usah. Kan rumah kita gak searah, Bil."
"Yaudah deh, padahal gue kan lagi berhati baik hari ini."
Setelah berpamitan, Bilan mengendarai motornya hingga tidak nampak lagi di hadapanku. Sedangkan aku, masih betah menunggu bus menjemputku.
Aku mengambil jarak yang cukup dekat dari area fakultas MIPA yang merupakan tempat mantanku itu menuntut ilmu. Walaupun ada ketakutan yang membayangiku apabila bertemu dengannya lagi.
Iris mataku masih betah memandangi bangunan di hadapanku, walaupun aku sedikit ragu. Entah mengapa aku begitu ingin tahu. Apakah saat ini dia sedang bersama kekasih barunya? Dan tepat sekali! Dugaanku betul.
Mataku begitu lincah ternyata. Aku mendapati Arya yang sedang berjalan keluar dari fakultasnya dan di belakangnya wanita itu mengikutinya tanpa canggung. Oh Tuhan, biar ku akui, mereka berdua tampak serasi sekali. Membuat dadaku sakit lagi.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Telah Usai
ContoDia bergegas pergi setelah menemuiku, dan aku masih terdiam begitu kaku. Apakah ada seseorang yang hatinya terasa biasa-biasa saja setelah dipatahkan?