"Kenapa sih kalo Fei kesini? Ada masalah emangnya?" Om Rendo yang sedang mengoleskan selai di rotinya tiba-tiba berhenti.
"Enggak," jawabnya cepat. Seolah tidak terjadi apa-apa, Arya tersenyum lebar padaku. Bahkan aku sendiri bingung harus bagaimana.
"Pah, Arya tuh lagi bahagia."
"Ohya? Kenapa?" Tanya Om Rendo.
"Itu, Arya mau ngenalin pacar baru Arya, orangnya ada di luar."
Aku merasa ingin berlari meninggalkan ruang makan ini, namun aku mencoba menahannya.
"Lo bilang apa sih, Bang! Ini kan pacar lo lagi di sebelah gue." Mata Sesil menatapku sekilas.
"Aduh, udah nggak," katanya dengan santai.
Jiwaku seolah meronta-ronta. Sejumlah pertanyaan ingin ku ucapkan penuh drama. Tapi apalah daya, aku tidak bisa melakukannya.
Dena hadir di tengah-tengah keluarga Arya. Dengan sesekali menyelipkan rambutnya di samping telinga. Ia tersenyum penuh kemenangan, dan aku bisa merasakannya.
"Ini Dena, Mah, pacar baru Arya," ungkap Arya penuh penekanan.
Aku memperhatikan keadaan sekitar. Tante Tamara dan Om Rendo nampaknya masih tidak percaya.
"Bentar..." gumam Sesil. "Lo bukannya temen Kak Fei, yah?"
"Hah?" Mulutku yang sejak tadi diam membisu kini angkat suara.
Sesil berdiri dari tempat duduknya.
"Oh, jadi elo nikung? Wah hebat yah pacarnya Bang Arya sekarang."Aku meremas tangan kanan Sesil, sedangkan Tante Tamara meletakkan jari telunjuknya di bibir.
"Apaan sih, Dek?! Emang lo kenal siapa dia?" Tanya Arya ketus.
"Kenal lah, gak mungkin gue ngomong asal! Dia itu sahabatnya Kak Fei, gue juga sering liat foto-foto mereka di hp Kak Fei." Penjelasan Sesil sepertinya membuat bingung Tante Tamara dan Om Rendo.
"Udah lo diem aja! Kasian nih cewek gue udah kelamaan berdiri," sahut Arya.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Telah Usai
Short StoryDia bergegas pergi setelah menemuiku, dan aku masih terdiam begitu kaku. Apakah ada seseorang yang hatinya terasa biasa-biasa saja setelah dipatahkan?