Yogya, Oktober 2009
Ia tidak pernah menduga kalau ia akan kembali secepat ini, setelah upaya kerasnya untuk menghilang dari kehidupan Abi dan Hana. Kini siapa sangka kalau ia harus kembali berhadapan dengan masa lalunya, Abimanyu, pria yang menjabat sebagai manager area Yogya night's hotel. Kemuning sebenarnya telah menguatkan tekadnya sebelum mereka berangkat ke tempat ini, saat Pras memberitahu tempat tujuan mereka. Ia benar-benar tidak tahu kalau tempat Abimanyu bekerja adalah salah satu hotel yang tergabung dalam grup perusahan pak Edwin.
Abimanyu, menatap Kemuning dengan terkejut. Tidak menyangka bahwa ia akan kembali melihat wanita yang dicintainya. Kemuning tampak berbeda sekarang, rambutnya dipotong sebahu. Ia mengenakan terusan berwarna coklat susu hingga selutut, kaki jenjangnya terbalut stoking cokelat, bibirnya merah ranum dengan make up tipis. Wanita itu terus menunduk menolak bertatap langsung dengan Abimanyu.
"Selamat pagi," suara Pras, membuat Abimanyu tersadar. Ia mengalihkan tatapannya kepada Pras seraya mengulurkan tanganya sebagai bentuk hormat. "Pagi, Pak." Balas Abimanyu, mempersilahkan Pras untuk masuk ke dalam ruangan meeting yang telah dipersiapkan "Silahkan,"
Kemuning, duduk di samping Pras menyiapkan agenda meeting mereka pagi ini. Membuka notebooks nya, sebagai seorang serkertaris dia harus sigap mencatat segala macam hasil meeting sebagai laporan. Abimanyu, duduk di sisi satunya dan beberapa bagian staff terkait duduk di kursi lain, melingkari meja berbentuk oval itu. "Soal pembebasan lahan daerah Kaliurang waktu itu sudah ada kabar?" Pras, membuka percakapan. Perusahaan grup kami kali ini memang ingin merambah ke penginapan dalam bentuk homestay.
"Masih dalam pengurusan Pak, kendala di masalah keluarga mereka mengenai pembagian warisnya." Abimanyu, menjawab. Pras, mengangguk melihat foto denah, dan laporan terkini. Kini Pras, beralih ke laptopnya, menekan layar proyektor dan bersiap dengan persentasi hasil laporan hotel Yogya night's.
***
Hampir 4 jam meeting pagi itu berlangsung, menjelang siang barulah Pras menutup agenda meetingnya dengan hasil persentasi pendapatan naik hingga 10% dari laporan tahun lalu juga membahas segala hal mengenai operational hotel, mendapatkan laporan-laporan dari manager yang bertanggung jawab dan menjelaskan bagaimana standar operational perusahaan mengalami perubahan. Ia ingin semua berjalan sesuai yang ia inginkan dan meninggalkan beberapa peraturan lama.
"Ning, kamu naiklah lebih dulu taruh barang-barangmu ke kamar atas. Bapak Abi, yang akan menunjukkan kamarmu." Kata Pras, sontak Kemuning menatap Abimanyu lalu kembali mengangguk pelan. Abimanyu berjalan di depan Kemuning yang terlihat menjaga jarak. Berada di dalam lift berdua membuatnya sangat risih, terlebih tatapan Abimanyu yang terus saja menatapnya tanpa berpaling. "Ning, kamu sudah tidak sudi kah melihat wajahku lagi?" kata Abi, dengan suara lirih membuat Kemuning semakin membuang wajahnya ke sudut lain dan berharap lif ini segera sampai.
Denting lift berbunyi, mereka sampai di lantai 5. Ia melangkah lebih dulu keluar diikuti oleh Abimanyu. Lorong hotel terlihat sepi, dengan gemas Abimanyu menarik pergelangan tangan Kemuning hingga tas yang dibawanya terlepas begitu saja. "Sebegitu besarnya kamu membenciku, Ning? Hingga tidak sudi lagi kamu melihat wajahku? Begitukah?!" Abimanyu, terlihat putus asa dengan tingkah Kemuning. Tubuhnya juga terlihat sedikit lebih kurus dibandingkan terakhir kali mereka bertemu untuk mengucapkan kata perpisahan.
"Lepas, Mas! Tidak enak kalau nanti ada yang melihat, semua pegawai hotel pasti sudah tahu kalau Mas sudah berkeluarga kan!" Kemuning mencoba melepaskan cengkraman pada tangannya, namun Abimanyu menolak melepaskannya dengan mudah.
"Pernikahanku dan Hana, tidak berjalan baik-baik saja seperti doamu waktu itu. Aku bahkan belum bisa menyentuh wanita itu sebagai istriku, Ning. Aku,... aku hanya merindukanmu!" tuturnya dengan jujur.
Mata Kemuning membelalak kaget, lalu tanpa aba-aba, Abimanyu membawanya ke dalam pelukan. Kemuning yang begitu kaget tidak dapat menolaknya, sebenarnya ia juga merindukan Abimanyu, merindukan pria yang pertama kali ia cintai dalam hidupnya. Wajah Hana, terlintas secara tiba-tiba. Dengan kuat ia mendorong dada Abimanyu, menghapus jejak airmatanya "Tolong jangan seperti ini, Mas!" hardiknya, "Hargai, Hana dan juga diriku. Hargai pernikahan kalian Mas, tolong lupakanlah saja diriku ini seperti aku yang berusaha terus mencoba melupakan kalian berdua."
"Tidak, Ning,.."
Kemuning menggeleng keras, "Serahkan kunci kamarku, tolong." Pintanya, dengan bibir bergetar. Abimanyu masih bersikeras, hingga terdengar suara langkah pria dari belakang dan itu adalah Pras. Kemuning lekas kembali meminta kuncinya, Abimanyu pun tidak punya pilihan selain memberikan kunci kamar Kemuning. Wanita itu segera masuk ke dalam kamarnya dan mengunci dengan rapat.
Tubuhnya merapat pada balik pintu, tangannya menahan getaran di dadanya. Sungguh ia sudah tidak ingin menangis lagi, tapi rasanya begitu pilu mendengar semua penuturan dari Abimanyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMUNING - SUDAH TERBIT YA!! https://play.google.com/store/books/details?id=eqYJ
General FictionSudah terbit secara E-book melalui Eternity Publishing yah.. bisa kalian dapatkan di app playstore 😘😘. Mulai besok, per part sedikit demi sedikit akan di hapus 🙏😎😊😘 Link e-book ada di Bio profil yah.. 🌹🌹🌹 Kehidupan Kemuning berubah menjad...