CHAPTER 14

6.8K 785 60
                                    

                                             

"Kamu tidak ingin mengucapkan terima kasih, padaku sudah berhasil menyelamatkanmu dari pria yang sudah beristri itu? Ataukah malah kecewa?" sindir Pras, ketika mereka berada di dalam mobil.

"Tidak keduanya," jawabnya dingin, "Kita kemana Pak? Saya tahu tadi hanyalah alasan, kan! Karena Ci Lina sudah menyiapakan hadiah untuk Pak Surya."

"Kamu masih menyukainya? Pria beristri itu?" Pras, tidak mengindahkan pertanyaannya. Kemuning memutar bola mata dengan kesal, "Bisa tidak untuk tidak membahas masalah pribadi?"

Pras, tertawa mengejek "Kita mampir ke Hy-mart sebentar, temani aku berbelanja bahan makanan." Kemuning melemparkan tatapan kesal padanya, sejak kejadian di Yogya waktu itu, wanita itu jadi hilang rasa hormat pada Pras. Ia leluasa menunjukkan kekesalannya selepas jam kerja usai. Itu karena Pras sendiri yang bersikap seringkali merendahkannya.

Kemuning, mendorong trolley, Pras, yang memasukkan barang-barang. Sesekali pria itu seolah sengaja berdiri di samping Kemuning, membantu mendorong trolley hingga jari jemari mereka bersentuhan tanpa sengaja. Atau di kesempatan lain, Pras, terlihat sengaja berdiri di belakang wanita itu ketika Kemuning sedang memilih-milih barang, dan ketika wanita itu berbalik maka ia tepat menabrak dada bidang Pras, membuat wanita itu terlihat semakin canggung.

Terkadang dia sendiri merasa kesulitan mengartikan sikap Pras yang terlihat berubah-ubah, pria itu dapat seketika membencinya dan meluapkan amarahnya kapan pun. Tapi di waktu yang lain sikap Pras begitu hangat dan tenang, sempat terbersit di pikiran Kemuning apakah mungkin Pras memiliki perasaan khusus untuknya? Mengingat seringkali pria itu memberikan perhatian yang berbeda.

"Kenapa kamu memilih tinggal seorang diri dibandingkan tinggal di rumah kakakmu yang besar itu? Aku bertaruh Hartomo tidak mungkin menempatkan Annisa di rumah yang kecil, benar kan!"

"Aku tidak suka merepotkan orang lain, apalagi terlibat dalam kehidupan rumah tangga saudariku," jawab Kemuning acuh, berjalan tanpa sedikitpun menoleh ke arah Pras.

"Mengapa kalian tidak jadi menikah? Kamu dan pria bernama Abimanyu itu?"

Langkah Kemuning terhenti, mencoba mengatur emosinya mendengar masa lalunya diungkit "Haruskah saya menjawabnya, Pak?"

Pras mengangkat bahu santai, "Kenapa tidak? Kamu bisa menganggapku sebagai teman, kita berada di luar kantor dan di luar pekerjaan saat ini. Mungkin dengan begitu dapat mengurangi luka hatimu karena pengkhianatan Abimanyu,"

Kemuning tertawa hambar, ia menghentika trolley dan menatap Prasetyo dengan lekat, "Karena Annisa dan Mas Hartomo menikah! Annisa merebut suami orang di Jakarta dan dalam semalam pertunangan kami batal begitu saja," jawab Kemuning datar, "Apa bapak puas sekarang?" ada Kristal bening di mata Kemuning yang tertangkap oleh lensa mata Pras. Namun sebuah benda bergerak di atas kepala Kemuning membuat fokus Pras terpecah dan tubuhnya reflex begitu saja mendekat kearah Kemuning dan melindungi kepala Kemuning dengan memeluknya, sebelah tangannya lagi menahan kardus besar yang hampis saja terjatuh menimpanya.

Kemuning tidak bergeming, tubuhnya membeku seketika saat aroma parfum Pras masuk ke dalam panca indera penciumannya, ia terpejam, sedikit terpekik ketika mendengar suara barang bergeser namun berhasil tertahan oleh Pras, jantungnya berpacu dalam sepersekian detik hingga akhirnya Pras sedikit menjauh dan menatap Kemuning setelah berhasil meletakkan barang itu di posisinya dengan benar.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Pras, sedikit khawatir namun terdengar bodoh di telinga Kemuning, ya, tentu saja dia tidak apa-apa karena pria itu barusan melindunginya kan? Sadar kalau tangan Pras masih menyentuh lengannya, Kemuning spontan menjauh membuat Pras tersinggung, "Sikapmu seolah aku adalah pria yang berpenyakitan, Ning. Padahal aku yakin kamu sendiri bukanlah wanita yang minim pengalaman dalam hal hubungan asmara." Pras, tersinggung dengan sikapnya.

Kemuning, kembali berjalan dan menatapnya sebal "Setelah mendapat perlakuan kurang ajar dari Bapak waktu itu, Bapak berharap saya masih bisa bersikap biasa saja?" ujarnya. Pras menarik lengan Kemuning pelan, menyudutkan wanita itu pada rak barang ttubuh Pras hampir merapat ke tubuhnya, "Pak, ini tempat umum!" bisik Kemuning tertahan. Pras, menyeringai tajam. Tangannya terjulur ke atas mengambil sesuatu, dan melemparkkannya ke dalam trolley. "Kamu pikir aku sudi, menyentuhmu lagi?" dan pria itu berjalan menjauh mendorong trolley, meninggalkan Kemuning dengan rona merah karena malu.

Pras, membayar semua belanjaan mereka termasuk beberapa barang milik Kemuning. Kemuning menyerahkan lembaran dua ratus ribu kearah Pras, namun pria itu tidak menggubrisnya. "Anggap saja tebusan kesalahanku atas ciuman waktu itu di Yogya," kata pria itu remeh, namun telak menyakiti hati Kemuning. Wanita itu diam sepanjang perjalanan mereka, bagaimanapun bersikerasnya ia menolak diantar tapi tetap saja Pras lebih keras lagi menawarkan tumpangan.

"Bapak pikir mungkin hal itu bisa digantikan oleh uang, tapi itu pertama kali buat saya." Gumam wanita itu sedih mengenangnya, meskipun pelan namun dapat ditanggap oleh Pras, pria itu sedikit terkejut namun dapat mengatasi keterkejutannya.

"Oh ya! Kalau begitu aku begitu beruntung,...." Secuil rasa bersalah terbit di hatinya namun segera ia tepis. Pras, menarik tangan Kemuning saat wanita itu hendak turun, namun begitu saja ditepis oleh Kemuning, tidak lupa ia letakkan uang dua ratus ribu ke atas dashboard mobil. Ia merasa jijik saat Pras menyentuhnya dan Pras tersinggung. Kata maaf yang hendak ia ucapkan kembali tertelan karena keangkuhan Kemuning. Terbit di dalam hatinya niat mempermainkan wanita itu, ia tidak percaya kalau ia adalah pria pertama yang berhasil menyentuh bibir ranum itu. 

KEMUNING - SUDAH TERBIT YA!! https://play.google.com/store/books/details?id=eqYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang