Saat Hujan
Hujan di bulan desember. Sebentar lagi liburan semester satu di tahun pertamaku. Tak ada yang spesial, seperti biasa, aku mendapatkan peringkat pertama di kelas.
Bukan sok. Tapi kenyataannya memang begitu.
Kembali lagi, sekarang hujan. Aku menunggu bus di depan halte. Biasanya aku pulang dengan sahabatku, tapi dia tidak masuk sekolah. Hilanglah ojek gratisku.
Rintik hujan seperti dentingan piano. Melaju pelan menabrak tanah lalu bersatu dan melebur. Baunya aneh, tapi aku suka hujan.
Mereka menyediakan banyak misteri.
Seperti sekarang. Seorang cewek sedang mengulurkan tangannya merasakan tetesan hujan. Dia tersenyum kemudian menutup matanya. Menghayati setiap rasa rintik hujan di tangan.
Aku hanya melirik. Aku bukanlah orang yang terlalu banyak mencampuri urusan orang lain. Nama lainnya, Cuek. Orang bilang begitu padaku. Bodo amat, aku tak peduli. Mereka bukanlah yang memiliki kehidupanku.
"Benarkah ?"
Hah? Cewek itu bicara dengan siapa? Bukan aku tentunya kan?
"Ya. Gue ngomong sama lo"
Kan! Dugaanku benar, ini cewek rada sinting.
"cuma ada lo di halte ini," dia melangkah mendekat " gue ngomong sama lo."
Nggak jelas banget.
Untungnya bus datang. Aku naik tanpa menoleh dan melirik cewek itu. Aku memilih duduk di samping kanan jendela.
Cewek itu juga naik, kemudian memilih kursi di kiri jendela.
Tak ada percakapan lagi. Dia diam, Memperhatikan rintik hujan dari balik kaca jendela bus.
Oke. Lupakan dia.
Setelah kejadian sore itu, aku sedikit was-was saat melihat halte ataupun hanya melewatinya. Sahabatku --panggil saja Aldam-- yang menjadi ojek pribadi mengomel karena aku selalu meminta jalur memutar untuk menghindari halte.
Jujur. apakah aku terlalu berlebihan? Lebay?
Nggak juga kan?
Sekarang aku di perpustakaan. Pembina club pencinta Alam memberi rekomendasi buku tentang Camp yang akan diadakan liburan ini.
Aku menyusuri rak yang menjulang tinggi. Sendirian. Tadinya dengan Aldam, tapi dia hilang entah kemana.
Akhirnya aku menemukan buku itu. Eh buset. Tebal amat.
Aku membolak-balikkan kemudian menepuk debu yang menempel.
"Harry..? Yuhu~ dimana lo?"
Mendengar panggilan alay Aldam aku berbalik mencarinya. Ehm, yang kudapatkan malah seorang cewek yang mencoba mengambil buku di rak atas, namun karena tubuhnya yang mungil menyulitkan usaha mengambilnya.
Dasar pendek.
Aku melewatinya, tapi sebelum itu ada yang mendorongku dari belakang. Sialnya aku terdorong ke cewek itu dan membuat kami berdua tersungkur bersama dengan posisi yang tak bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Hujan - [END]
Short Story[Young-Adult] Semua seperti sebuah kebetulan, biasanya orang menyebutnya Takdir. Dari sebuah dentingan lalu ke rintik hujan. Benar-benar sendu. Hujan terus turun disetiap langkahnya. Yah, hem, begini. Mala, dia gadis yang baik, manis. Tentu. Dan sun...