Ucapan Hujan
Hujan terus turun. Bulan desember masih basah. Sinar matahari jarang nampak cerah. Setiap saat langit merenung kelabu. Aku di sini masih penasaran. Cewek itu sebenarnya aku kasihan.
“sepertinya lo juga ahli dalam balap karung.”
Ku senggol Mala yang sedang meminum air mineral. Airnya tumpah ke lehernya. Mala melototiku kesal.
“maaf. Sengaja !” ujarku sambil mengangkat tangan tak merasa bersalah.
Sambil mengusap lehernya dengan sapu tangan “gue pasti menang.” ucapnya percaya diri.
“biasa lompat-lompat emang,”
“emang gue katak ?”
“berudu ?” ujarku asal.
Dia malah memukul-mukul lenganku dengan gemas, kemudian tertawa sendiri. Hem, padahal kurasa nggak ada yang lucu. Berudu emang lucu ?
“lo lucu juga ya” serunya masih tertawa memegangi bahuku.
“gue nggak lucu!” kutepis tangannya.
Aku melirik jam tangan. Hem, sudah jam 7 malam. Sebentar lagi akan diadakan lomba mencari harta karun. Setiap tim akan di bagi di beberapa wilayah di belakang sekolah yang kebetulan memang area persawahan.
Setiap tim harus mengumpulkan harta karun sebanyak-banyaknya. Sayangnya harta karun tersebut tak ada yang tahu berbentuk apa. Mungkin seperti bendera, bola, ataupun sendal.. yang pasti hanya panitia yang tahu.
“lomba selanjutnya gue sama lo ya. Satu tim!” Ucap Mala cepat.
Aku menggeleng.
“Harry. please.. gue janji nggak cerewet deh!”
Cerewet? Aku malah suka kau yang cerewet. Maksdunya..
Eh? Apa yang kupikirkan?
“ini udah malem. Lombanya diadakan jam 8 nanti,” aku berputar arah ingin meninggalkan dia, “mending lo tidur duluan.”
Mala mengekoriku “mau ikut ! hadiah lomba kali ini besar.” sambil merentangkan kedua tangannya.
Aku berhenti. Berbalik kearahnya. “apa hadiahnya ?”
“Carier dan beberapa barang merk consina,” serunya dengan bersemangat “keren kan?”
i-iya.. keren. Barang mahal noh.
“kita kudu menang.” kataku berubah.
Mala melototkan matanya senang.
“yeah! Kita pasti menang.”
Mala mengangkat tangannya tanda mengajak ber-tos-ria.
Aku menepuk tanganya diudara.
Tiba-tiba dia merangkul lenganku.
“gue lapar. Ada makanan apa di tenda ?”
Aku tersenyum tipis melihat tingkah manja Mala. Tapi kemudian aku sadar sesuatu. Aku melepas rangkulan Mala.
“tunggu.”
“kenapa ?”
“lo masih belum pake BH ?”
Mala nyengir tak merasa malu.
Oy! Emang lo nyaman nggak pake BH ? gue sih nggak masalah lo pake apa nggak, tapi gue bakal masalah kalo itu menggoda gue.
“cepetan pake sana!” suruhku dengan datar.
Mala mengerucutkan bibirnya.
“iya-iya.. bawel ah! Kakak Elios aja biasa kalo gue nggak pake BH”
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Hujan - [END]
Short Story[Young-Adult] Semua seperti sebuah kebetulan, biasanya orang menyebutnya Takdir. Dari sebuah dentingan lalu ke rintik hujan. Benar-benar sendu. Hujan terus turun disetiap langkahnya. Yah, hem, begini. Mala, dia gadis yang baik, manis. Tentu. Dan sun...