Setelah Hujan
Hujan masih turun. Bulan desember kali ini sangat basah. Setiap keluar rumah, aku selalu mendapati air dari langit menyerang. Entah salahku apa dengannya, yang pasti aku tak pernah balik menyerang air tersebut. Tapi aku suka hujan.
Mereka menyediakan banyak misteri.
Seperti sekarang. Seorang cewek aneh yang dua hari lalu menyatakan perasaannya kepadaku -- sedang memasang tenda. Hem.
Aku tak tahu jika cewek itu ikut jelajah alam yang merupakan salah satu lomba class meeting akhir semester ini.
Aku melewatinya. Tanpa melirik, dan tanpa menganggapnya ada.
Harga diriku telah di renggutnya paksa. Saat dia melumat bibirku dan saat dia menyatakan ketertarikannya dengan permainan di atas ranjangku. Sungguh edan!
Aku cowok yang gentle. Nggak boleh di rendahkan.
"Harry !"
Duh. Suara manis itu.
Terpaksa aku menoleh.
Dia tersenyum kearahku. Memberikan tatapan teduh dengan mata lebarnya.
"gue nggak bisa masang pasak tenda ini." ujarnya sambil mengusap peluh.
Ku lemparkan buku panduan memasang tenda kepadanya. Hap! Tepat sasaran.
"baca!"
Kemudian aku pergi.
Berbagai kegiatan telah usai di sore hari. Aku menyalakan kompor untuk memasak air. Mungkin segelas kopi panas bisa menemani sore yang basah ini. Yah, hujan masih setia mengguyur.
Untungnya aku membuat parit kecil di sekitar tendaku, jadi tak akan ada air menggenang di dalam tendaku.
Aku memperhatikan beberapa anak lain yang sedang membersihkan tendanya yang basah. Beberapa menggerutu dan mendengus kesal. Ada juga yang malah memanfaatkan kondisi tak stabil ini untuk bergurau. Menyiramkan air ke temannya, lalu lari-lari di bawah hujan.
Sampai mataku menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Tenda cewek itu roboh. Sudah rata dengan tanah. Cewek itu -- yang ku bicarakan tadi-- menatap nanar tendanya.
Aku berbalik menutup tenda untuk beristirahat, namun detik kemudian malah berubah menghampiri cewek itu.
"kenapa ?" shit dah! Pertanyaanku. Padahal sudah jelas tendanya roboh.
Dia menoleh "Tenda gue.." sambil menunjuk tendanya.
Kulihat beberapa air meleleh di pipinya. Yang tentunya bukan air hujan. Aku menarik penyangga tenda. Eh! Kok patah?
Cewek itu makin menangis histeris. Beberapa orang di sekitar tendanya menatap ku dengan pandangan menuduh.
Woy! Bukan gue pelakunya !
Ku usap wajahku kasar. Ku lirik, cewek itu masih menangis.
"gimana gue tidurnya? Hujan juga.." rancaunya.
Hujan yang semula rintik-rintik berganti agak besar buliranya. Aku menatap keatas langit. Awan hitam mendekat dari arah selatan.
"sekarang ke tenda gue dulu. Nanti pas hujan reda lo tidur di pos jaga bareng panitia." saranku.
Dia mengangguk.
"siapa nama lo ?"
Mengusap air mata yang bercampur air hujan.
"Mala Gasol."
Aku mengangguk.
"ayo!" ajakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Hujan - [END]
Short Story[Young-Adult] Semua seperti sebuah kebetulan, biasanya orang menyebutnya Takdir. Dari sebuah dentingan lalu ke rintik hujan. Benar-benar sendu. Hujan terus turun disetiap langkahnya. Yah, hem, begini. Mala, dia gadis yang baik, manis. Tentu. Dan sun...