Hujan yang kecewa.
Hujan tak turun pagi ini. Bulan desember sedikit lagi akan berakhir. Matahari cerah, tapi tak secerah senyum Mala yang memang sudah manis dari lahir. Setiap langkah menuju apartemenku, Mala selalu menanyakan rencana kencan kami nanti. Padahal, bukan dia saja yang tidak sabar menantikannya.“sebenarnya Mala pingin ke kebun binatang, tapi takut ketemu uler piton.” Ucapnya setelah mengambil susu kotak di dalam lemari pendingin.
Aku duduk di meja makan. Mala menuangkan susu kegelas dan menyodorkan kepadaku.
“jadi kita kencan di taman hiburan aja.” dia duduk dan kemudian menuangkan susu kegelasku lagi lalu meminumnya. “terus setelah itu kemana ?”
“lo maunya kemana ?” tanyaku.
Berfikir sejenak. “Mala enggak suka belanja di Mall, tapi kalau ke Mall.. Mala suka beli novel.”
“di kamar gue banyak novel.”
Mala berbinar. “beneran ?” dia langsung berlari ke kamarku, namun kemudian berhenti sejenak dan menoleh. “kita enggak jadi kencan, ya Har. Kita di rumah aja.”Setelah pintu tertutup dengan keras, aku hanya bisa menghela napas. Padahal aku menantikan kencan ini, ya, kencan yang manis seperti remaja lainnya.
Saat masuk kedalam kamar, aku menemukan Mala duduk manis di di sofa samping jendela yang terbuka. Kakinya ditekuk dan tangan mungilnya bergerak membuka lembar novel. Sungguh manis.
Saat ku mendekat, Mala mendongak dan tersenyum.
“Harry, ambilin cemilan dong.” Pintanya.
Entah kenapa, aku merasa menjadi bucin. Budak cinta. Ini seperti bukan Harry yang biasanya. Harry yang dingin dan cuek hilang Cuma karena cewek manis satu ini.
Kubawakan dia keripik kentang dan jus jeruk, tapi saat kembali aku malah menemukan dia bergelung nikmat di atas ranjangku. Beberapa buku berserakan di sampingnya dan.. kenapa kepalanya harus tertutup bantal ?
Kuletakkan cemilan itu di nakas dan kemudian mengembalikan beberapa novel ke tempatnya. Setelah itu aku ikutan berbaring di sampingnya. Dengan perlahan membuka bantal yang menutupi kepalanya. Apa yang kudapatkan setelahnya adalah wajah konyol Mala yang mengejek. Dia mengerjaiku.
“muka Harry lucu!” Mala menarik hidungku sampai rasanya mau copot.
Setelah melepaskan hidungku, Mala mencomot camilan di nakas dan kemudian menjejalkan kemulutku. Mala makin terbahak saat melihatku tersedak. Ini penyiksaan. Tapi aku menyukainya.
Tiba-tiba dari luar kamarku terdapat suara cempreng tak diinginkan. Ya, suara Aldam-brengsek yang kebetulan sahabatku dari SMP.
“Harry-kuh sayang!! Yuhu!!”
“bebeb mau numpang sarapan nih!”
“Harry-Jerk keluar dong !”
Dan kemudian pintu kamar terbuka dengan penampakan Aldam yang penuh roti tawar di mulutnya. Lalu roti itu jatuh ke lantai dengan dramatis. Mata Aldam melotot. Dia seperti memergoki pacaranya selingkuh.
Tapi ekspresinya langsung datar kembali. “oh, jadi ini alasan elo ngilang tiba-tiba tadi malam ?”
Aku dan Mala diam.
Aldam mengambil rotinya yang jatuh lalu melemparkan ke arahku. Untungnya tak kena.
“sialan lo! gue khawatir setengah mati mikirin elo kesasar di sawah belakang sekolah!”
Aldam menerjangku. Memukul dan menggelitiki. Oh, menggelitiki ?.
Lama-lama adegan ini menggelikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Hujan - [END]
Conto[Young-Adult] Semua seperti sebuah kebetulan, biasanya orang menyebutnya Takdir. Dari sebuah dentingan lalu ke rintik hujan. Benar-benar sendu. Hujan terus turun disetiap langkahnya. Yah, hem, begini. Mala, dia gadis yang baik, manis. Tentu. Dan sun...