Ngomongin soal hujan. Selama ini hidupku selalu berkutat dengan hujan. Kalau enggak bisa pulang karena hujan, kadang malah demam karena kehujanan. Apalagi bulan desember ini masuk dalam musim hujan. Aku Cuma bisa pasrah menerima hujan.
Seperti sekarang, Setelah bangun aku kelimpungan karena air hujan yang masuk ke dalam apartemenku. Itu semua murni salahku, lupa tak menutup pintu balkon. Sungguh ceroboh. Dan terpaksa aku meminta bantuan Mala untuk mengepel lantai. Niatnya mau ngepel berdua biar romantis, tapi Mala malah kepleset dan kakinya terkilir. Entah kenapa ini menggelikan.
"Harry.. kaki Mala sakit. Enggak bisa digerakin." Keluhnya sembari bersandar di sofa.
Aku yang mengepel lantai sendirian hanya bisa tersenyum dan memberikan kalimat penenang yang mungkin bisa menenangkan cewek binal ini.
"nanti kita enggak bisa main ranjang kalau kaki Mala sakit." Ujarnya dengan wajah ditekuk dan mata bulat yang siap menumpahkan air bening yang membuatku lemah.
Kuletakan alat pel dan menghampiri Mala. Dengan lembut kuelus punggungnya. "tadi kan Mala udah main sofa. Kenapa masih ngebet main ranjang ? emang Harry enggak bisa muasin Mala selama ini ?"
Mala membulatkan matanya kaget dengan ucapanku. Menggeleng dengan kuat dan memasang wajah menggemaskan dengan pipi gembil yang ingin ku makan.
"bukan gitu! Mala selalu puas kok sama Harry." katanya dengan yakin. "tapi Mala enggak bisa nahan kalau dekat sama Harry. Pinginnya, Harry Cuma buat Mala seorang."
Kusentuh pipi yang bersemu merah itu dengan lembut. Mala menikmati sentuhanku sembari memejamkan matanya. "Mala nggak usah khawatir. Gue emang Cuma buat Mala."
Mala tersenyum bahagia.
"Tapi kita nggak boleh sering-sering main begituan."
Matanya membulat tak terima dengan ucapanku. "Enggak! Nanti Harry nyari cewek lain dan Mala ditinggal."
"gue nggak bakalan ninggalin Mala." Ucapku tulus.
Mala mencoba menyelami ucapanku. Bibirnya manyun dan kedua alisnya saling bertautan. "tapi Cuma itu aja yang bisa Mala kasih ke Harry." katanya sendu.
Tersenyum. "Mala bisa kasih waktu dan hati Mala buat Harry." balasku.
"Tubuh Mala juga !" ujarnya dengan antusias.
Aku hanya bisa memutar bola mata dengan heran. Memang pacarku ini binal. Mau diapain juga bakalan tetap kembali ke binal lagi. Yah, gimana lagi, aku harus menikmatinya.
"Mala duduk aja disini sambil nonton tv. Gue mau balik nyepel." Ucapku yang kemudian kembali bergelut dengan alat pel.
Kulirik Mala bukannya nonon tv malahan memperhatikanku dengan senyum mengembang. Matanya yang bulat dan cerah menatapku seorang. Mala seolah memuja apapun yang ada dalam diriku.
"Harry kok ganteng banget sih ?" ujarnya dengan senyum lebar.
"dari lahir." Jawabku dengan senyum geli.
"pasti pas SMP dulu Harry populer."
Hem, kayaknya sih iya. Aku memang populer karena suka membuat onar. "enggak juga." Ucapku pada akhirnya.
Mala menggeleng tak percaya. "Kak Naya bilang Harry itu populer waktu SMP."
"lo kenal Naya ?"
Mala mengangguk. "Kak Naya sahabatnya Kak Elios dari kecil."
Ohh.. ternyata bisa punya sahabat cewek juga itu si Elios. Aku memang mengenal Naya, dia pernah satu club renang dengan ku saat SMP. Dan sekarang dia malah jadi kakak kelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Hujan - [END]
Historia Corta[Young-Adult] Semua seperti sebuah kebetulan, biasanya orang menyebutnya Takdir. Dari sebuah dentingan lalu ke rintik hujan. Benar-benar sendu. Hujan terus turun disetiap langkahnya. Yah, hem, begini. Mala, dia gadis yang baik, manis. Tentu. Dan sun...