Soal hujan—sumpah aku bosan mengatakan ini—yang turun pagi ini. Lagi-lagi aku lupa menutup pintu balkon dan hal yang lalu terulang lagi, lantai apartemenku basah dan barang-barang berantakan terkena angin. Untuk sekarang akan kuabaikan, nanti setelah pulang sekolah akan ku bersihkan. Oh tidak juga, mungkin aku akan memanggil petugas kebersihan.
"sudah ?" aku berdiri setelah melihat Mala keluar dari kantor guru. "apa katanya ?"
Mala menghela napas dengan berat. "Mala dapat tugas tambahan lagi buat liburan." Meniup rambut atasnya kesal. "padahal juga Mala bakalan naik kelas dan nggak ketemu guru itu lagi, tapi kenapa dia ngasih tugas tambahan???"
Aku menepuk kepalanya dengan lembut. "mungkin guru itu pingin lo belajar dari kesalahan."
Sembari menampilkan senyum kecut, Mala melangkah lunglai meninggalkanku namun sesaat kemudian berhenti dan berbalik. "Harry kok diem aja ? nggak mau kekantin ?"
Aku tersentak dari lamunanku dan berjalan menghampiri Mala. "hari terakhir sekolah sebelum liburan. Gue mau makan nasi gorengnya Bang Mamat."
"Mala lebih suka nasi gorengnya Bu Mamat."
Ku ketuk kepalanya. "sama aja dodol!"
"Beda!" kilahnya. "Bang Mamat kalau bikin nasi goreng pedes, tapi kalau Bu Mamat enggak."
"kan bisa pesen yang enggak pedes."
"No! Pokoknya Mala beli nasi gorengnya Bu Mamat."
Pertengkaran ini tak berhenti sampai di kantin. Bahkan sampai Bang Mamat marah-marah karena Mala ngeyel minta dibuatin nasi goreng Bu Mamat, sedangkan hari ini Bu Mamat sedang tidak ikut jualan.
"gini aja deh Bang. Buatin seporsi nasi goreng nggak pedes buat ini anak, dan satu porsi pedes buat saya." Ucap finalku.
Mala cemberut dengan pipi gembilnya. Ku colek pipinya saat baru duduk dan Mala malah melengos.
"Mala liburan kemana ?" tanyaku lebih halus biar nggak makin marah ini anak.
Mala melirik dan kemudian membuang muka. "kerumah kakek di Malang. Harry ?"
"ke Jogja bareng Aldam dan Alex."
Wajah Mala berubah cerah. "Wah! Mala ikut!"
Aku menggeleng. "nggak boleh. Ini acara para cowok."
"Mala ikut yaa..." mengeluarkan jurus muka imutnya, "Kan ada Harry, pasti Mala baik-baik aja."
"nggak bisa Mala. Ini me time bareng sahabat gue. Harusnya elo ngerti itu." ku elus rambutnya, "nanti setelah liburan kita bisa jalan-jalan "
"Janji ?" sembari memajukan kelingkingnya.
Kutautkan kelingkingku. "janji. Kalau kita masih bersama."
Mala menabok lenganku keras. "ih.. Harry kok ngomong gitu sih. Berharap kita nggak bareng gitu ?"
Kuelus lenganku dengan sayang. "di masa depan kita nggak tau kemungkinan apa aja yang bakalan terjadi."
"tapi Mala enggak mau pisah sama Harry." ucapnya dengan lesu sebelum nasi goreng mendarat dengan nikmat didepannya.
Bang Mamat melirik Mala dengan jengkel. "ini yang buat Non Mala enggak pedes." Ucapnya.
Kuucapkan terimakasih dan Bang Mamat kembali ke warungnya. Kuperhatikan Mala melahap nasi gorengnya dengan lesu kemudian mengangkat kepalanya untuk melihatku.
"Harry kok nggak makan ?"
Aku menggeleng. "ini baru mau di makan."
Mala ber-oh panjang dan kemudian meletakkan sendoknya. "Harry kapan berangkat ke Jogja ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Hujan - [END]
Short Story[Young-Adult] Semua seperti sebuah kebetulan, biasanya orang menyebutnya Takdir. Dari sebuah dentingan lalu ke rintik hujan. Benar-benar sendu. Hujan terus turun disetiap langkahnya. Yah, hem, begini. Mala, dia gadis yang baik, manis. Tentu. Dan sun...