"Ga bisa taun barunan deh. Huhh..."
"Coba aku nanya Via ah..." kataku.Kuambil handphone ku, segera ku cari kontak Via.
Me : Vi, di rumah ga?
Via : aku lagi maen sama temen, dit
Me : oh yaudah, eh, taun baru maen kemana Vi?
Via : kemaren aku diajakin Edo, katanya sebagian temen karang taruna mau muter-muter liat kembang api.
Me : wah boleh tuh, ikut ga?
Via : ikut, tapi ijinin ke papa ku ya Dit.. Hehe..
Me : oke lah ntar aku ke rumah mu...
Ayah Via sangat percaya apabila bermain dan hangout denganku. Maklumlah Via anak tunggal, jadi keluarganya agak protektif. Berbeda denganku, orang tua ku tidak begitu peduli karena sangat sibuk bekerja. aku dan adik-adik ku di rawat oleh Simbah Putri kami.
"Om mau ijin buat tahun baru an besok, sama anak-anak karang Taruna boleh ga?" kataku.
"Mau kemana Dit?" tanya Ayah Via.
"Lihat kembang api di Manahan, om..." kataku.
"Iya pah, tetangga-tetangga banyak yang ikut kok pah, boleh ya pah" sahut Via.
"Yaudah boleh, tapi pulangnya jangan kepagian" kata Ayah Via.
"Yess" seru Via sambil mengepalkan tangannya.
***
"Aku sama Tio lagi aja..." kata Via sebelum kami berangkat.
Sepertinya kali ini akan seperti turing, tapi di dalam kota. Kulihat semua sudah punya partner. mas Seto sudah berpartner dengan Nita. Andi juga sudah berpartner dengan pacarnya. Yasudah aku sendiri gapapa... Malam-malam gini kan ga ada razia.
"Sorry, aku telat cah..." seru Ari.
"Sama Dita ya, ri..." kata Edo.
Ari menghampiriku memakai helmnya.
"Mboncengin aku bisa ga mas?" candaku.
"Bisa lah, tapi pelan-pelan aja ya" kata Ari.
Aku yang tadinya duduk di depan, memundurkan posisi dudukku di motor matic ku ini. Lalu, Ari naik dan duduk di depan memegang kemudi.
"Yok berangkat, mampir bensin dulu ya" teriak Edo.
Lagi-lagi aku sudah mengisi bensinku full tank. Aku menunggu mereka di jalur lambat setelah POM bensin.
Ari menyandarkan motor, namun kami tetap duduk.
"Bagus ya, langit ada bintangnya, walo dikit" kata Ari.
"Iya bagus mas..." kataku.
"Aku pengen deh punya rumah, yang ada atap terbukanya, jadi aku bisa liat bintang sambil tiduran" kata Ari.
"Wah pasti asik ya" kataku.
Kami tinggal di perkampungan sederhana, dengan rumah yang tidak begitu luas dan saling berdempetan. Impian untuk memiliki suasana tempat tinggal yang lebih nyaman itu pasti ada. Akupun memiliki impian serupa, walaupun aku tak tau, kapan aku bisa menggapainya.
Tiba-tiba suasana sunyi. Aku berusaha memecah keheningan. Aku mencari-cari bahan obrolan apa yang akan aku lontarkan. Aku melihat sosoknya dari belakang. Saat itu, ia menengok ke samping ke arah pintu keluar SPBU. Tak sengaja kulihat pipinya yang 'kempot', mungkin karena ia perokok, sehingga membuat pipinya sangat tirus.
"Kamu jarang makan ya mas?" tanyaku dengan bodohnya.
"Enggak juga tuh... Kenapa?" jawabnya.
"Kok kamu kurus banget itu?" tanyaku sambil kedua tanganku memegang pipi. Walaupun aku tau ia tidak akan bisa melihat ekspresi dan gesturku karna ia tidak menghadap ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Saat itu...
Romanceaku bertemu dengannya lagi di sebuah acara... "Dit... " "Ya ada apa?" Aku mencoba biasa "Tak ada apa2" jawabnya dengan menatap mataku... Konsentrasi ku terpecah, pikiranku mulai bergeliat... "Ah kok liat aku kayak gitu? Apa dia masih ingat yang du...