Asyik

231 3 0
                                    

Tas ransel, jaket, sepatu warrior pendek, sarung tangan, helm, motor yang sudah dicek kemarin. Semua sudah siap, di pagi yang masih buta ini. aku bergegas mengambil kunci dan memacu motorku ke rumah Via, sahabatku.
"Vi, aku di depan rumahmu. Send"
"Oke, bentar." Balasan SMS dari via

Tak lama kemudian Via keluar rumah disusul ayahnya
"Berangkat dulu, pah"
"Pamit om" sambil bersalaman
"Ya hati hati di jalan" jawab ayah Via

Kami segera Menuju ke tempat kumpul yang sudah ditentukan. Oiya, Hari ini aku akan Turing untuk pertama kalinya. Turing ini diadakan oleh karang taruna Bangun Rukun.

Sesampainya Di tempat kumpul kami di briefing tentang pelaksanaAn turing dan pembagian partner. Tentu saja aku dan via mendapat partner cowok, apalagi kami masih 15 th, belum punya SIM.
Seto - Dita.         Brian - Putri
Tio - Via.            Bambang - Tomi
Ari - Andi.         Edo - Jono. dll....

± 15 motor dipimpin oleh Edo - Jono yang motornya telah dimodifikasi , sehingga lampu sein belakang selalu berkedip. Paling belakang adalah Bambang - Tomi yang menjaga rombongan kami. Kami bukan klub motor yang 'pro' dalam Turing, kami hanya sekumpulan anak muda yang ingin piknik bersama. Tujuan kami adalah pantai Nampu di kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri.

Kami memulai menghidupkan motor, dengan laju lambat di jalanan kota Solo menuju ke Selatan. Memasuki Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo kami mulai mempercepat laju motor kami.
*Yah, saat itu daerah Solo Baru masih tampak asri, jalanan sepi dan sedikit ruko di kanan kiri jalan. Sedangkan saat ini sudah penuh dengan pusat perbelanjaan dengan beberapa titik macet di area masuk Mall.*

Dari Solo memerlukan ± 3 jam untuk sampai di sana. Di jalan aku sedikit berbincang dengan Seto.
"Mas, sorry ya bebannya berat"
"Santai aja dit, kan pake motor kamu..."
"Kalo perlu apa-apa bilang aja ya mas..."
"Siap..." Jawabnya dengan nada santai.

Mas Seto usianya 3 tahun di atasku, saat ini ia sudah kuliah mengambil jurusan Diskomvis di Universitas terkemuka di Solo. Posturnya tidak terlalu tinggi, memakai kacamata dengan frame besar, dengan kulit sawo matang, dan gaya pakaian yang santai ala mahasiswa sastra dan seni rupa. Dibandingkan dengan anak karang taruna lain ia termasuk urutan ke 3 good looking setelah Bambang dan Brian. Seto 'sohib' -an dengan Ari dan Andi yang seumuran dengannya. Ia juga dekat dengan Tio yang satu fakultas dengannya. Walau terlihat cukup keren, namun Seto ini terkenal nggak modal hehehe. Ia Nebengers, tiap ke kampus ia nebeng Tio. denger-denger, ia juga sering minta dibayarin saat di kantin, ia juga sering pinjem duit ke temen-temennya.

***
Lampu merah menyala. Sebagian rombongan kami sudah menyebrang jalan. Sebagian lain terhenti oleh lampu merah, termasuk aku dan Seto.

"Rokok bro?" Kata Andi sambil memberikan rokok yang sudah menyala pada Seto.
"Nuwun bro" kata Seto.

Aku lihat Ari yang motornya berhenti di sebelahku juga sudah memegang rokok di tangannya sambil mengendarai motor. Mereka bertiga menghisap rokok, dan asap putih pun mengepul.

Uhuk... Uhuk... Aku terbatuk lirih.
"Eh sorry lho dit, tak jauhin rokok nya"
Kata Seto.
"Gapapa mas, aku agak serak dr kemaren." Jawabku
Mas Seto mulai menghisap dan menghembuskan rokoknya agak membungkuk maju ke depan motor, agar asapnya jauh dariku. Kataku dalam hati, "yaelah mas, walau agak maju, tetep sama aja kali, jaraknya cuma nambah dikit. Besok kalau aku jadi DPR, bakal aku tambahin aturan lalu lintas : dilarang merokok sambil berkendara."

Masih di lampu merah yang sama, dari belakangku ada yang memanggil.
"Dit... Dit... Maeman nih" kata Via
Ia menyalurkannya pada Tio, lalu memberikannya padaku.
Kress... Kress....
Aku mengambil sedikit dari plastik hijau itu, dan ku makan. Snack berwarna putih berbentuk seperti nett itu Berasa rumput laut. Tak lupa aku menawarkan kepada teman-teman yang berhenti di sekitarku.
"Snack mas?" Sambil aku memajukan tanganku ke arah Ari dan Andi.
Andi memberi isyarat, ia melambaikan tangannya dan lalu menunjukkan rokok yg dipegangnya.
"Yasudah" kataku membalas isyarat Andi.

Kembalinya Saat itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang