Tanda

157 5 0
                                    


Dear teman2, 

Terimakasih sudah membaca dan beribu-ribu terimakasih yang udah vote dan follow. Kritik dan sarannya Rea tunggu ya...

Cerita ini hanya fiksi belaka. Walau ada beberapa pengalaman penulis, yang diselimuti bumbu fiksi disana-sini.

Maaf, karena masih banyak kekurangan.

Regards,
Rea

_______________________________________

Ari's POV 

Aku pertama melihat ia seorang yang sangat pemalu dan pendiam. Ia bahkan tidak pernah memulai percakapan. 

Kali ini aku lihat ia sangat berbeda. Ia menjadi orang yang riang. Ia juga bisa menghidupkan suasana dan mudah berbaur. Apalagi ia memiliki sahabat yang sangat luar biasa. 

Via sangat cantik dan menawan, tapi entah kenapa aku tertarik dengan perempuan yang disampingnya. Pipi nya yang tembem dipadukan senyum melebarnya bak senyum Tyas Mirasih, ingin sekali aku mencubit pipinya.

Saat pertemuan perdana karang taruna. Ia hanya terdiam di pojokan bersebelahan dengan Via, yang selalu mengungkapkan pendapatnya dalam rapat. Semua mata tertuju pada Via, terutama kaum laki-laki. Via juga sangat aktif dan cekatan waktu menangani lomba 17 an dan menjadi MC malam Tirakatan. Sementara, Dita hanya menulis nama-nama peserta yang mendaftar lomba makan krupuk saat 17an dan hanya memegang toples yang berisi nomer undian doorprize saat malam Tirakatan. 

Via adalah bintang utama, sedangkan Dita seorang Assisten. Mungkin kebanyakan orang berfikir demikian. Namun, aku kira Dita seorang teman yang baik. 

Hari ini kami akan mengadakan turing. Sayang sekali aku tidak berkesempatan berpartner dengannya. Apalah aku yang hanya punya sepeda motor tua, yang tidak bisa diajak dalam perjalanan yang panjang. Aku membonceng pada Andi, sohib ku. Hatiku sedikit gembira, karna Seto yang menjadi partnernya pada turing, itu artinya, aku bisa dekat-dekat dengannya.

Kami berhenti di lampu merah. Sepeda motor kami bersampingan. Aku menawarkan sebatang rokok pada Seto, yang juga Sohib ku. Ketika Seto mulai menghisap rokok, kulihat ekspresinya berubah dan sedikit terbatuk, sepertinya ia tidak suka orang di sekitarnya merokok.

Sesaat kemudian ia menawarkan sebungkus snack padaku. Tanpa berkata-kata, aku hanya menunjukkan sebatang rokok di tanganku. Ia memanyunkan bibirnya, dan berkata "yaudah."

Turing itu membuatku lebih mengenal dirinya. Ia sangat ceria ketika berada di sisi orang yang ia kenal dengan baik, Via. Ia bermain ombak, berfoto-foto, tertawa lebar diiringi suara ombak laut. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

Aku sudah mengenalnya sejak kecil. Namun kami tidak pernah bekomunikasi, walaupun rumah ku hanya terpisah 5 rumah darinya. Aku sering melihat ia bersepeda saat berangkat sekolah sejak ia SD. Aku juga sering melihat ia berjalan-jalan bersama bapaknya di hari minggu pagi. 

Waktu itu minggu pagi yang sunyi, aku ingin berjalan-jalan pagi. Kulihat seperti biasa ia berjalan pagi bersama Bapaknya. Aku mengikuti track mereka, melewati gapura kampung sebelah. Disitu ada pos kecil dengan bangku di depannya, bergerombol beberapa orang yang bermain kartu dengan botol-botol minuman keras di samping mereka. Tiba-tiba ada seorang yang mabuk memanggil namanya.

"Dit... Dit... Dita..." dengan suara keras dan gaya bicara nglantur orang mabuk.

Aku lihat ia mendekatkan diri dan memegang lengan Bapaknya, ia nampak ketakutan. Lalu Bapaknya mengatakan sesuatu lirih, setelah kata-kata itu selesai, ia terlihat lebih tenang.

Kembalinya Saat itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang