Bunga Pita Biru (B-I)

5 0 0
                                    

Suasana rumah masih sama. Yang berbeda adalah kini terdapat beberapa dekorasi di dinding putih tinggi menjulang itu. Pita-pita yang menggantung itu menambah keindahan.

"Pak, itu gimana sih. Masa pitanya warna biru? Aku kan maunya yang pink. Pokoknya gak mau tau! Pink titik!" omel Sila sambil menghentakkan kaki pada pekerja yang dekorasi rumah untuk acaranya nanti malam.

"Tapi Non, kemarin Non sendiri yang mau warna biru." Tukang dekorasi itu menunduk lesu. Tidak mungkin semua pita-pita yang telah terpasang itu harus diturunkan lagi dan dipasang ulang. Waktunya tidak akan cukup.

"Aku nggak mau tau, Pak. Kemarin emang mau biru. Hari ini aku maunya pink. Suka-suka aku." Sila melangkah keluar dari rumah besar itu karena kesal. Meninggalkan ibu serta ayahnya yang hanya melihatnya marah sedari tadi. Kemudian memasuki mobil pribadinya dan menyetir entah kemana.

Sila melajukan mobilnya ke luar dari pekarangan rumah. Kemudian ia menepikannya di samping trotoar. Gadis itu menangis sendiri. Menopang kepalanya di atas setir mobil hingga terkena klakson yang menimbulkan bunyi nyaring. Ia merasa semua tak pernah memahaminya. Semua orang tidak ada yang mempedulikannya. Bahkan ketika hari ulang tahunnya.

Tak ada angin tak ada hujan, seorang anak kecil yang lewat, mengetuk kaca mobilnya.

Sila dengan cepat menghapus air mata itu dan menurunkan kaca mobil.

"Kak, mau beli bunga?" tanya anak itu dengan suaranya yang kecil. Sila memandanginya dari atas sampai bawah. Baju putihnya lusuh. Celananya sedikit sobek di bagian ujung, seperti terkena paku. Tangannya membawa sekeranjang bunga untuk dijual.

"Berapa satu?" Sila akhirnya bersuara.

"Sepuluh ribu, Kak," jawabnya.

Sila memutuskan untuk keluar dari mobil dan berkata, "Kakak beli semua ya."

Anak kecil itu girangnya bukan main. Ia seperti mendapat hadiah undian kemarin malam. Wajah sumringahnya terpancar seketika.

"Orang tua kamu di mana?" Sila bertanya lagi.

"Ibu sama Ayah ada, Kak. Di sini," kata bocah itu sambil menunjuk dadanya.

Sila sontak memeluk anak itu tanpa melontarkan pertanyaan apapun lagi.

Ia menangis kembali. Memikirkan betapa kuat seorang anak kecil menjalani kehidupan ini sendiri. Tanpa mengeluh, tanpa putus asa. Tidak seperti dirinya.

Segera ia membayar dan meninggalkan anak kecil yang masih terheran-heran, mengapa ada wanita yang memeluk dirinya begitu erat.

Mungkin Sila sudah tersadar sekarang. Bahwa dirinya cukup beruntung daripada anak-anak lain di luar sana yang hidup dengan jerih payah sendiri dan berjuang untuk hidup sendiri. Bahwa hidupnya harus penuh rasa syukur.

#REBELMENSIVE

Cast : chilasyaaa 

I M A G I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang