Joon Gi berusaha tak melirik Jieun yang datang lagi saat jam makan siang. Dia memilih fokus dengan makanan yang dikirimkan Jieun.
"Oppa, bagaimana jika kita makan malam?"
"Aku sibuk. Bisakah kamu diam aku sedang makan." Joon Gi enggan melanjutkan percakapan dan kembali asyik dengan makanannya.
Jieun terdiam, disela waktu itu Jieun pun tidak berkata apa-apa. Ketika Joon Gi menyelesaikan makanannya Jieun lalu pamit dengan menahan perasaan sakit di dadanya.
Jieun berjalan gontai dengan mata berkaca-kaca. 'ah ini mungkin yang namanya sakit hati. Apakah aku harus menyerah?' bisik hati Jieun. Ia merasa harus menenangkan hatinya, Jieun memutuskan untuk izin tidak akan kembali ke kantor Inna eonni. Jieun merogoh tasnya namun ia tak menemukan ponsel yang dia cari. Jieun menepuk jidatnya, sepertinya tertinggal di kantor Joon Gi. Sebelum melangkahkan kaki kembali ke kantor, Jieun memilih untuk masuk ketoilet untuk mengatasi matanya yang sembab.
Jieun mengamati pantulan dirinya di cermin. Setelah merasa dirinya sudah tidak menunjukkan wajah sembab lagi. Jieun lalu bergerak menuju kantor Joon Gi.
"Apakah anda sudah punya pacar, pak?"
"Ha?" Joon Gi memandang sekretarisnya, "Apa maksusdmu?"
"Hampir setiap hari anda kedatangan tamu yang selalu membawa bekal makan siang untuk anda."
Joon Gi mulai sadar arah pembicaraannya. "Dia adalah perempuan yang dijodohkan oleh orangtua ku. Aku menjadikannya sebagai alasan agar orangtuaku berhenti mengganggu ku dengan perjodohan lainnya. Dia hanya orang asing bagi . . . ku..." Joon Gi tidak lagi melanjutkan kalimatnya. Jieun sudah ada diruangannya dengan mata berkaca-kaca. "Maaf aku hanya mau mengambil ini." Ujar Jieun sambil membawa ponselnya yang tergeletak di meja. Jieun berbalik dan air mata yang sedari tadi ditahan berhamburan keluar. Dia berlari meninggalkan ruangan itu berusaha menjauh secepat yang dia bisa.
Joon Gi berdiri dari kursi, sang sekretaris menunduk meminta maaf atas pertanyaan tadi sehingga tercipta situasi yang tidak menyenangkan.
"Anda tidak mengejarnya, pak?"
Joon Gi memilih membalikkan badan dan memandang jendela besar yang ada di hadapannya. Memandang langit biru yang bersih. "Mungkin ini yang terbaik." Gumamnya dengan suara nyaris tak terdengar.
@ @ @
Jieun menangis dipelukan Inna, Inna mengusap punggung Jieun pelan.
"Sudahlah Jieun-a banyak laki-laki yang lebih baik dari dia di luar sana. Mau eonni perkenalkan satu untukmu?"
Jieun menggeleng tanpa bersuara dan tetap menangis. Inna akhirnya hanya bisa terdiam mendengar tangis Jieun.
"Minum." Inna menawarkan segelas air putih.
Jieun mengambil air yang disodorkan Inna. Dirinya sudah lebih tenang hanya tersisa isak yang membuat badan Jieun bergetar mengikuti isaknya.
"Apa kau sudah mau cerita?"
"Ini kali pertama aku tertarik dengan seorang pria tapi kenapa aku malah mendapat cinta bertepuk sebelah tangan." Jieun sesekali terisak.
"Apa yang dia katakan sampai kau menganggap dia tidak menyukaimu?"
"Aku mendengar dia berkata pada sekretarisnya kalo aku hanyalah alasan dirinya agar tidak lagi dijodohkan dan dia hanya menganggap aku orang asing." Jieun kembali berkaca-kaca.
Inna mengusap bahu Jieun dan menenangkannya. "Araseo.. araseo.. sudah kau tidak usah menangis lagi, sudah aku katakan banyak laki-laki yang lebih menawan dari dia. Nanti eonni kenalkan satu. Sudah jangan diingat-ingat lagi ya?"
Jieun mengangguk. "Aku tidak akan lagi jatuh cinta. Aku akan hidup dengan hobiku saja."
"Iya baiklah lakukan apa yang kamu sukai. Sekarang pulang saja, baru kemarin edisi bulan ini sudah diposting jadi kamu bisa beristirahat. Kembalilah besok untuk bekerja. Hari ini tenangkan dirimu seharian dan lakukan apa yang kau suka."
Jieun menurut dan melangkah pergi dengan mata bengkaknya.
@ @ @
Malam tiba. Jieun menenteng tas belanjaan yang penuh ditangannya. Jieun memegang ponsel dan berbicara dengan Inna.
"Apakah sudah baikan?"
"Ye, eonni.. aku berbelanja banyak hari ini dan banyak makan makanan manis. Jangan marah jika karyawanmu ini berubah jadi doraemon."
"Haha, seperti aku tidak tahu saja. Kau kan memang selalu makan dengan porsi besar tapi setauku kau tidak pernah gemuk deh."
"Semua wanita pasti iri denganku kan, eonni?"
"Iye, aku juga iri dengan ke-imutan mu itu. Pulanglah dan istirahat yang cukup. Besok kembalilah dengan Jieun yang aku kenal dengan pribadi cerahnya. Ok?"
Jieun tidak menjawab.
"Yoboseoyo? Jieun-na?"
Samar-samar Inna mendengar suara Jieun. "Siapa kamu? Daritadi aku merasa ada yang mengikutiku. Jangan mendekat. AAAAAA.."
"YYAA... YYAAA... Jieun-na? We Geurae? Jieun-na? Yoboseoyo?" Inna berteriak panik dan disambut dengan nada panggilan yang terputus.
to be continued
NB: waaa... sudah lama tidak update.. semoga masih ada yang berkenan sama FF yang ini. Minggu-minggu selanjutnya semoga bisa update seperti sebelumnya satu pekan sekali, semoga... kekeke >,< terimaksih buat yang bersedia membaca, vote, dan komentar.. Maaf atas update-an yang pendek..
YOU ARE READING
[FF] Psycho's Love (END)
FanfictionJoon Gi seorang anak tunggal dari keluarga Chaebol yang menderita APD atau orang-orang mudah mengetahuinya dengan istilah psycho. Dia bisa hidup normal ditengah masyarakat karena terlatih untuk mengeluarkan emosi. Jieun seorang anak perempuan dari...