Prolog

146 7 0
                                    

Senja.
Betapa indahnya senja hingga membuncahkan lamunanku tentang dia. Dia? Iya kamu. Ahh, ada apa denganku. Bukankah aku sudah move on dari dia? Nyatanya belum. Kenangan yang dilukis Indah olehnya masih berbekas di hatiku, hingga detik ini. Ya, detik ini.

"Ziaaaa...! " teriak Intan mengagetkanku.
"Ah, yaa?" setengah berteriak, padahal wajahnya hampir berjarak 1 cm di samping pipiku. Ah, ternyata sedari tadi Intan sudah meneriakiku dari luar dan aku hanya terlalu asyik dengan senja.

Namaku Fauzia, biasanya dipanggil Zia. Gadis muda, yaa terhitung muda untukku yang on the way 17 tahun sebentar lagi. Sekolah di sebuah sekolah menengah negeri, yang katanya, sekolahnya bagus dan termasuk SMA favorit di daerahku. Nyatanya, hampir 1,5 tahun aku menjalani hari di sekolah tercinta ini, rasanya nothing special seperti sekolah lainnya. Hanya saja mungkin lebih disiplin dan lebih ketat aturannya, termasuk lebih banyak prestasinya. But, lupakan tentang sekolah yaa, bukan ini point penting dari ceritaku, tapi sekolah ini akan jadi tempat bersejarah yang aku ceritakan disini.

Daann..
"Ziaaa.. ihh.." teriak Intan.

Yang sedari tadi mengganggu kenikmatanku menatap senja dengan berteriak di telingaku, dia adalah sahabatku tersayanggggg, Intan. Dia sahabat yang selalu setia menemaniku sejak pertama kepindahanku ke tempat yang ditinggali saat ini. Jadi, sebenarnya aku pindahan dari kota nun jauh disana ketika aku duduk di kelas 2 SD, guyss.. Balik lagi, Intan ini adalah orang yang paling dekat denganku, dan paling mengerti aku, sahabat main, tidur, jajan, sekolah, curhat, and another things. Meski saat ini, aku baru memaknainya sebatas itu.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi aku panggil ngga nyaut-nyaut. Kebiasaan deh, kalo belum 8 kali panggil, kamu ngga akan nyaut," ocehnya yang kesal karena tak ku balas juga teriakannya, hanya tatapan bingung yang aku tunjukkan pada sahabatku yang terus mencubit pipiku yang chubby ini.

"Ngga ko, ngga kenapa-napa. Hanya.. " jawabku dengan ekspresi datar, so mikir sesuatu sambil menatap senja kembali.

"Hanya apaa?" tanya Intan bingung dengan ekspresi melotot ala sinetron itu lohh..

"Hanyaaa padamu, tempatku mengadu, pahit yang kini menyiksaaa.. Kuu.. Uwoowoo.. " lanjutku dengan ekspresi menghayati dan gerak tangan yang mengayun layaknya orang berdoa pada Rabb-Nya.

"Euhhhhh.. Kamu! Kirain kamu masih galau gara-gara dia. Dia? Iya kamu. Hahahahaha.. Jangan nyanyi, jelek. Move on dong Ziaa sayang, " responnya mendengarkan nyanyian "merdu"ku sekaligus sedikit mengejekku dengan lafadz MOVE ON-nya. Iya merdu, MERUSAK DUNIA. Hehe..

Move on?
Aku tak tau apa itu move on, dan bagaimana caranya move on. Sepertinya hidupku kurang bergairah, seperti ada yang hilang. Iya, hilang. Karena memang aku telah kehilangan. Kehilangan sosok dia yang selama ini menjadi pemanis masa putih biru dan putih abuku, meski hanya sebentar.

Dan aku..
Galau.

****
Assalamualaikum Sahabat ^_^
Maafkan jika ceritaku agak garing ya, honestly, sebagian cerita ini diangkat dari kisah nyata penulis dan sahabat-sahabat penulis.
Semoga pada suka dan bisa mengambil pelajaran di dalamnya, yang jeleknya buang ajaa yaa 😞😞

Jangan lupa vote dan comment ya,
Kritik dan saran amat dibutuhkan
Untukku sebagai
penulis pemula 😊😊

S.E.N.J.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang