Senja.
Senjaku menghilang, menyisakan keindahan yang tak bisa ku genggam, hanya bisa kurasakan keberadaannya. Berganti dengan rembulan yang mengambil alih tugas sang Mentari menerangi malam yang sunyi."Di malam yang sesunyi ini, aku sendiri, tiada yang menemani.. Uwooo.. " dan lagi, nyanyian galauku keluar lagi. Sedih memang, suaraku tak enak didengar orang,tapi cukup untuk mengobati galauku walau sekejap. Ya, sekejap.
Hampir sebulan sudah ku lalui, masa dimana tak ada dia yang terdeteksi hidung mancungnya, tak ada langkah kaki yang selama ini sering ku dengar melewati depan rumah untuk menunaikan shalat jamaah, tak ada lagi dering smatphoneku yang berisi pesan singkat darinya meski hanya seutas salam. Aku menunggunya, menunggu kabar darinya yang menghilang semenjak terakhir dia menghubungiku bahwa dia pergi ke luar pulau untuk bekerja. Dia adalah Ridho. Bukan artis apalagi teroris, hanya pria yang berstatus.. Maaf maksudnya pria yang berhubungan tanpa status denganku. Kata orang, hubungan tanpa status lebih nyaman dari pada pacaran. Lagian, pacaran kan dilarang dalam Islam. HARAM hukumnya. Oke, hubungan tanpa status boleh dong. Lagian aku dengan dia tidak pernah melakukan hal-hal yang dilarang agama, pegangan aja ngga, apalagi lain-lainnya, hanya sangat akrab di dalam cuit-cuitan SMS yang bisa dibilang tidak pernah lepas setiap harinya.
Kini, semenjak hari itu, tak tau lagi dimana dia berada, seolah dia lupa dengan komitmennya dahulu, dia lupa denganku, dengan rencana-rencana kita, dengan janji saling berkabar kita, dengan segalanya. Tak pernah terdengar lagi tentangnya, meski dari sahabat-sahabatnya. Semenjak itu pula, masa SMA yang ku jalani seakan hambar, tak bergairah, sedih, bingung, merasa digantung, sakit hati, dan semua rasa bercampur aduk seperti nasi goreng favoritku. Bedanya, kalo nasi goreng favoritku rasanya enak, kalo ini? Ahh, very bad.
"Astaghfirullaaahh.. " lagi-lagi intan mengagetkanku.
"Eh Ridho.. " spontan ku sebut nama seseorang yang menjadi lamunanku sedari tadi. Ups, keceplosan! Tanpa sadar, nama dia yang aku sebut. Ya Allah.. Kemana akal sehatku. Aku tersadar dari lamunan unfaedah-ku.
"Ya Allah, ziaa.. Kenapa sih, dari kemarin melamun terus. Pake sebut nama dia lagi. Belum move on ya? Cup cup cup, sahabatku sayang.. " hibur Intan sedikit membuatku tersenyum. Ya, memang Intan yang paling lucu, dan selalu bikin aku tertawa.
"Iya nih, rasanya semenjak dia ngga ada kabar, hidupku hambar, resah, galau. Setiap hari berlalu tanpa aku sadari. Biasanya kan dia yang nemenin aku berangkat sekolah bareng. Sekarang, ngga ada dia," curhatku yang tak bisa kurahasiakan lagi.
"Ya Allah, ziaa.. Inget kata guru ngaji kita, laki-laki mah banyak, bukan cuma dia, mati satu tumbuh seribu. Ziaa, mungkin dia sedang sibuk bekerja, atau disana ngga ada sinyal jadi ngga bisa ngehubungin kamu. Ya, yang sabar aja yaa, nanti juga pasti ngehubungin," terang Intan dengan bijaknya. Iya lah, orang dia mah punya pacar, yang aku sendiri sebetulnya ngga mau Intan pacaran. Tapi apa bedanya denganku, aku hanya membungkus kata pacaran dengan kata lain. Memang benar ya, lebih sulit menasehati sahabat sendiri daripada orang lain yang kurang akrab atau justru yg ngga kenal sama sekali dengan kita. Dan yang lebih sulit adalah menasehati diri sendiri. Selama ini, aku yang selalu jadi kambing guling, eh kambing conge (baca: budeg) maksudnya di hubungan mereka, dan Intan juga sih yang suka jadi kambing conge di hubungan aku dan dia. Impas ya, sahabat saling bantu.
Astaghfirullaaahh.. Pikiran macam apa itu? Saling bantu dalam kemaksiatan? Wedus.. Cinta benar-benar bisa membutakan siapapun yang tak bisa memanage-nya.
"Iya, Intan, inget ko, tapi tetep aja susah. Tolong bantu aku yaaa, biar bisa move on dan ngga galau lagi, " pintaku.
"Iya sahabatkuuu, pasti dibantu ko. Udah jangan sedih dan galau lagi yaa, jadi ngga cantik tuh. Yang sabar aja, mungkin Allah akan kasih gantinya buat ngilangin galau kamu. Semangaatt yaa. Inget, motivasi belajar mah jangan karena cowo. Itu orang tua dikemanain yang selama ini biayain kamu? Harusnya mereka ya jadi motivasi terbesar kamu. Oke?" ucapnya dengan nada yang sangat yakin. But, itu yang aku inginkan.
Tubuhku merespon kata-kata itu dengan sangat baik. Dipikir-pikir, benar juga kata Intan, ngapain mikirin cowo yang ngga tau dimana. Dalam dekapan hangat sahabatku ini, aku merasa sedikit lebih tenang. Yaa, sedikit lebih tenang.
***
Terimakasih sudah membaca
sampai sejauh ini (ah, orang baru 2 bagian ko) hihi..
Semoga bermanfaat yaa, maaf kalo agak garing ceritanya 😭😭Next bakal ada part menarik ketika masalah mulai memuncak lohh, jadi terus pantengin yaa, smoga bisa memotivasi Reader semua ^^
Kenal lebih dekat yuk..
IG dhiyafauziafm 😜
KAMU SEDANG MEMBACA
S.E.N.J.A
Spiritual"Ziaa, seburuk-buruknya penjahat, pasti punya masa depan. Dan sebaik-baiknya orang baik pasti punya masa lalu, so life must go on and do the best in life for your afterlife, " batinku disela-sela lamunan tak berfaedahku. Aku kembali menata hati, me...