With you

75 3 0
                                    

Bersamamu.. Kini hidupku lebih berwarna.
Bersamamu.. Kini hariku tak lagi gegana.
Bersamamu.. Kini smartphoneku tak henti berkicau.

Ahh, begitukah rasanya jatuh cinta, lagi?
Setiap hari, handphone tak sepi.
Setiap hari, ada yang peduli.
Setiap hari, ada yang melakukan banyak hal untukku. Iyaa, dia.

Fajrin
Pulangnya aku antar ya?

Aku
Ngga usah, aku sama Intan aja.

Fajrin
Bener? Udah sama aku aja yaa..

Aku
Yaudah deh, tapi jangan sampai depan rumah ya. Jalannya muter.

Fahrin
Oke :-)

Begitulah kira-kira aku akhiri chat dari dia. Pelajaran Fisika berlangsung, tapi aku malah asyik chat dengan dia. Kebiasaan baru setelah kejadian itu, aku lebih sering membuka handphone ketika pembelajaran berlangsung. Padahal teman-temanku sudah sering menegurku.

"Ziaa,udah dong jangan main hp terus, dengerin tuh,nanti ketinggalan loh pelajarannya, " tegur Erna, teman sebangkuku yang paling baik dan Setia dengar curhatanku. Tapi, ah gaakan ketauan, udah biasa. Begitu batinku. Tak bisa dipungkiri, dia menjadi salah satu alasan pembenaranku yang salah dalam hal biar semangat belajar dan sekolah. Menjadi alasan semangat45 berangkat lebih pagi ke sekolah. Alasan bisa belajar bersama dengan dia. Ini virus pertama.

Bukan hanya itu, antar jemput yang biasanya sangat ANTI kulakukan, menjadi hal yang sudah biasa aku lakukan dengan dia, meski aku yang meminta dia menurunkanku jauh sekitar 60 meter sebelum rumahku. Ahh, aku takut ketauan guru ngajiku atau tetangga, malu, nanti jadi bahan omongan deh. Selama itu pula aku menjadi candu untuk pergi kemanapun dengan dia, mau kesini, diantar dia, mau kesana, diantar dia, itu pun jika bukan ayahku yang mengantar. Padahal aku tau, boncengan dengan cowo itu ngga boleh dalam Islam, jatuhnya khalwat tau. Tapi aku selalu luluh dan membela diri dengan alasan pembenaran yang salah.

Ngga apa-apa deh, kan darurat, ngga ada yang mengantarku.

Sekali ini ngga apa-apa deh, lagian kan dia yang menawarkan. Dan intan juga sudah pulang duluan.

Ngga apa-apa deh, asal jangan ketauan mamah atau ayah.

Hemm.. Ngga apa-apa deh, sekalian aku ada perlu, jadi ngga usah naik angkot. Lumayan, ada ojek gratis (:D)

Ngga apa-apa lah, udah biasa (Laahhh..  :/ akhirnya menjadi hal yang biasa)

Ini virus yang kedua.

Bukan hanya itu, apa-apa musti izin sama dia, mau pergi kemanapun, dia harus tau, dengan siapa aku pergi, musti laporan dulu kaya tamu yang berkunjung ke suatu kampung yaa, "Tamu Harap Lapor". Begitupun dengan dia, always laporan padaku. Karena kita juga satu ekstrakurikuler, akhirnya kita sering berkegiatan bareng, diskusi bareng, ngobrol bareng, belajar bareng, (meski realitanya bukan belajar, tapi jajan bareng) dan nonton film bareng. Ahh, kita sudah tak bisa dipisahkan. Orang satu sekolah sepertinya sudah tau, setiap ada aku, pasti ada dia. Ada dia, pasti ada aku. Dan ketika orang yang memperhatikan kami mulai berkata:

"Ciee kalian berdua terus.. " celoteh mereka.

Kami hanya diam, sedikit tersenyum, dan parahnya biasa aja. Tapi aku mulai risih, kalo pada akhirnya setiap waktu ada orang yang berkomentar seperti itu. Ini virus ketiga.

Tak hanya itu, hal yang biasa melanda pasangan pun, kerap kami hadapi. Drama queen dan king karena hal-hal yang kecil sampai besar pun sering kami mainkan di sela-sela hubungan kami. Yaa, kami ngga pacaran, tapi, kami saling menyayangi. Pertengkaran-pertengkaran pun sering kami hadapi. Sahabatku, Intan pun sampai bosan mendengar curhatanku yang sedikit sedikit sedih, kesal, marah, yaa kata orang begitulah kisah asmara. Kalo ngga ada bumbunya, ngga rame. Fiuuhh.. Kalo keseringan mah lama-lama makan ati dong yaaa...

Sakit, ngga ngabarin, marah. Ngga jenguk, marah. Deket sama cowo lain, ngambek. Ngga bales chat, bete. Ngga mau diantar, marah juga. Lama bales, bilangnya chatan sama cowo lain ya?.

Terkadang, tak sengaja dia menyentuh tanganku dan minta maaf. Dia tau, aku tipe orang yang taat agama. Ahh, sepertinya bahasa itu kurang tepat. Karena realitanya, aku seperti orang yang melanggar aturan agamaku sendiri. Meski bagus sih sikapnya, melindungi dan menjagaku, tapi namanya setan, selalu mencari celah sekecil apapun dari Umat Nabi Muhammad SAW. Ahh, dimana ilmu agama yang selama ini aku pelajari? Bukankah agama melarangku untuk mendekati zina. Apa aku sudah terlampau jauh dalam berzina?

Mendekati setahun sudah kami berkomitmen seperti ini, hingga aku merasa ada yang salah dengan hidupku selama ini. Rasanya, teman-temanku semakin jauh, pelajaranku menurun, hati selalu gelisah, kurang mikir otomatis kurang dzikir, hidup menjadi sumpek, rasanya begini begini aja, ngga ada perubahan, parahnya hafalanku tertumpuk jauh dibawah, dibawah tugas sekolah, tugas ekstrakurikuler, dan maybe, dibawah kisah asmara. Astaghfirullaaahh..

Hari demi hari berlalu, tanpa terasa aku mulai liar. Pikiranku berkelana entah kemana. Setiap hari aku merasakan gelisah yang benar-benar dalam. Setiap hari itu pula, air mataku sering menghujani pipi chubby-ku ini. Dan aku, menangis!

S.E.N.J.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang