Sebuah pesan masuk. Aku membuka pesan itu seraya menyesap lembut secangkir kopi hitam yang tinggal setengahnya.
From: Fajar_S@gmail.com
Hi... Amran. Apa kabar? Masih ingat aku? Pasti kau sudah lupa. Tak Masalah. Tapi kau pasti tak akan lupa wajah cool milikku ini? Yups, kuharap begitu, hehe. Sudah nyaris 10 tahun lebih aku menghilang dan kini aku ingin muncul kembali kepermukaan. Bosan sekali hidup di belakang bayang-bayang masa lalu. Ada banyak cerita yang ingin kusampaikan padamu, Kawan. Ayolah kita bertemu sekaligus melepas rindu berlipat-lipat ini. Minggu depan aku sudah sampai ke kota. Kirimi aku pesan, dimana kita bisa bertemu, ke nomer ini saja 081324445***. Ok!
Salam rindu
Fajar S
Usai membaca pesan itu, sejurus tubuhku bergetar. Seperti tersengat gelombang aneh menjalar merayapi tubuh hingga bermuara pada desir hati yang absurd. Entah aku tak paham perasaan apa yang mendadak muncul ini.
Lima detik berikutnya aku hanya menatap kosong layar monitor. Bingung, hendak menjawab apa. Seakan ada gumpalan kabut gelap menyerang otak setelah membacanya, terlebih baru membaca nama pengirimnya saja.
"Mas, ayo makan dulu. Nayla sudah nunggu dari tadi nih," seru sebuah suara tak asing, terdengar dari luar kamar.
Aku tersentak. Buru-buru ku balas pesannya seadanya.
For: Fajar_S@gmail.com
Ok
Lantas aku segera menutup email, mensutdown laptop dan melangkah menuju pintu kamar bersamaan desirnya perasaan aneh menggetarkan dinding hati. Perasaan aneh yang belum mampu kuterjemahkan pada detik ini juga.
***
Pesan darinya itu menimbulkan efek amat kuat, mengakar begitu dalam di memori kepala. Setiap kali aku melepas lelah, merefleksikan segala penat. Sekonyong-konyong untaian kata dari pesan itu kembali hadir di depan mata, bahkan kini telingaku seperti menangkap suara berat yang dulu selalu hinggap di telinga. Ya, dulu. Itu dulu, dan sekarang kehidupanku tak ada sangkut paut lagi dengannya. Namanyapun sudah kukubur dalam-dalam bersama cerita pahit-manis masa lalu. Itu wajar kan, karena setiap orang pasti memiliki masa lalu masing-masing. Sudahlah... yang lalu biarlah berlalu, tidak perlu mengungkitnya lagi. Sudah basi. Kalaupun terpaksa menengoknya, cukup sebentar saja. Tak perlu malah terkungkung dalam kubangan masa lalu itu, hingga seolah berusaha menciptakan kembali masa lalu itu. Apalagi masa lalu yang penuh noda-noda hitam, bukan yang dipenuhi cajaya kebahagiaan. Perlukan berharap untuk terulang kembali?
Namun mengapa perasaan aneh itu menyusup halus ke dalam rongga dada, semakin bermetamorfosa. Mungkinkah ini ialah rasa rindu? Aku menggigit bibir. Sulit kujawab, ada tekanan batin memaksaku untuk diam membisu. Bahkan hanya untuk mengangguk sekalipun, enggan.
Suatu malam saat aku tengah mengobrak-abrik laci lemari, mencari berkas-berkas pekerjaan kantor yang sudah lama tak tersentuh. Tidak sengaja sebuah buku agak tebal bersampul coklat polos –jatuh. Aku raih dan membersihkan sisa-sisa jamur berbintik putih yang menempel, sudah sangat lama. Entah berapa usia buku ini, kapan aku memilikinya, mungkin sejak pakaianku masih mengenakan seragam putih abu-abu.
Kubuka lembaran tengah yang jelas terselip sebuah daun kering berbentuk bintang. Sejurus tatapan mataku terhenti menubruk sebuah foto yang menempel di sebelah kanan halaman. Foto itu menampilkan dua orang lelaki berseragam sekolah SMA, saling merangkul dan tertawa lebar. Dengan satu tangan mereka memegang selembaran kertas.
Kuteguk ludah. Bersamaan detak jantuk yang berpacu semakin cepat, seketika tubuhku seakan terlempar pada sebuah pusaran hitam berbentuk bulat, menyerupai terowogan hitam lebih tepatnya. Tersedot masuk kedalamnya hingga seperti kembali menyaksikan segala sendi kehidupan masa lalu. Ini lebih dari sekedar video, nyata!
![](https://img.wattpad.com/cover/119698486-288-k812337.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut Cinta Diujung Senja
General Fiction(Part complete) Siapa yang mampu menolak hadirnya rasa cinta dari sang maha pencipta cinta itu? bukankah cinta itu ialah anugrah? tetapi bagaimana cinta yang hadir berupa cinta yang salah? bukankah sang pemberi cinta tidak mengenal kata salah? ceri...