Blank 2 "Seseorang yang mengagumimu"

374 48 6
                                    

Semilir angin sejuk di pagi hari menyedarkanku dari mimpi yang
tak tahu kapan kan terwujud
Cinta sepihak yang begitu menyakitkan namun tak kuasa tuk kuhidari
Entah sampai kapan perasaan ini terombang-ambing
Menunggu balasan yang tak tahu kapan kan datang menghampiri

.
.
.


Angin pagi berhembus pelan, menerbangkan harum semerbak embun pagi yang menenangkan jiwa. Seorang pemuda duduk seraya menatap suasanan pagi yang meneduhkan.

Tersenyum kecil mengingat bagaimana pertemuannya dengan gadis cantik yang menjadi cinta masa kecilnya. Gadis dengan rambut pirang yang kontras dengan lensa mata berwarna hijau terang. Elizabeth telah menawan hatinya hingga saat ini. Seolah atensi cintanya hanya untuk gadis itu seorang.

Gadis itu begitu baik dan periang. Sungguh malang nasibnya dijodohkan dengan bangsawan arogan seperti Ciel Phantomhive. Dirinya bersumpah akan merebut gadis itu, jika Ciel sampai membuat Elizabeth menderita.

Sungguh dirinya hanya menginginkan kebahagiaan selalu menghampiri gadis pujaannya. Tidak ada hak mengganggu urusan gadis itu, jika pada kenyataannya Elizabethlah yang menginginkan untuk tetap berada di sisi Ciel.

Pemuda tinggi berambut hitam itu sejenak terdiam. Sungguh tidak ada niat jahat untuk merebut gadis itu secara paksa. Nathan hanya akan memeperhatikan dari kejauhan. Dan jika sampai Elizabeth merasa lelah dengan semua itu, dirinya akan maju. Pemuda itu akan membahagiakan Elizabeth sebagaimana seharausnya.

Kemarin hanya sedikit gertakan yang dirinya lakukan untuk membuat cemburu pewaris perusahaan Funtom itu. Tapi nyatanya ekspektasinya tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Pemuda itu seolah acuh. Seolah tidak terjadi apa pun, dan membuat emosinya seketika menguar. Nathan tak habis fikir dengan isi kepala pewaris perusahaan Funtom itu. Pemuda itu bahkan tidak bisa sedikit berbasa-basi.
.
.
.

Lizzy mengepang dan menyampirkan rambutnya ke sisi sebelah kanan bahunya. Pita putih gading mempercantik rambut pirangnya. Gadis itu berencana menemui Ciel di Phantomhive palace. Sudah hampir sepekan tidak ada kabar dari tunangannya itu. Sungguh Lizzy hanya takut akan suatu hal dibandingkan cinta tak terbalas. Namun segala pemikiran buruk segera ditepisnya. Bodoh berfikir jika Ciel akan menghianati dirinya.

Gadis itu kembali memastikan penampilan untuk yang kesekian kalinya. Mencoba menemukan cela yang nyatanya tak sedikit pun terlihat. Mengukir senyum kala dirasa semuanya terlihat bagus.

Hari ini moodnya benar-benar baik. Tak sabar bertemu sang pemilik hati. Mengajak berkencan atau sekedar minum teh di halaman phantomhive palace yang indah. Gadis itu begitu mendamba hari indah yang akan dilaluinya bersama Ciel.

Namun angannya terlalu tinggi. Semua yang difikirkannya pupus begitu saja. Pemuda itu tidak berada dirumahnya.  Pergi keluar kota untuk urusan bisnis yang tidak dapat ditinggal barang sedetik.

Lizzy menghapus sudut matanya yang sedikit berair. Mencoba tersenyum ketika calon ibu mertuanya mengatakan perihal kepergian Ciel. Berusaha tegar tentu, mengapa menjadi cengeng padahal tidak ada hak untuk melarang apapun yang dilakukan Ciel.

Gadis itu segera pamit dengan dalih melupakan suatu urusan yang sangat penting. Hanya senyum kecil yang trukir diwajah putihnya. Menerima hal serupa, Lizzy segera membungkukan tubuhnya sedikit.

Entahlah gadis itu tidak pernah sesedih ini sebelumnya. Perkataan seorang pemuda bernama Nathan Swarts terus terngiang di otaknya. Mengalun memekakkan bagai kaset kusut yang telah usang. Kenyataan ini memang telah lama diketahuinya. Perjodohan atas dasar janji keluarga tidak akan pernah berjalan indah. Lizzy tidak tahu sampai kapan menunggu hati yang beku itu mencair. Cinta sepihak memang menyakitkan.
.
.

Kutatap langit cerah tanpa gumpalan awan. Sebiru samudera, sebening berlian. Menyejukan hati , menenangkan hati yang dilanda gundah. Rasa putus asa memang sempat terlintas.

Tapi apakah menyerah menjadi pilihan terbaik?. Seolah melupakan perjuangan yang selama ini telah dilakukan. Memberi kesan sia-sia atas banyak hal yang telah di perbuat. Tapi hati ini lelah dilukai. Hanya berharap Ciel membalas senyumannya pun sudah lebih dari cukup. Berbincang hal kesukaan, tertawa bersama bahkan saling bergandeng tangan seolah kemustahilan.

Ciel tidak pernah membuka hatinya untukku. Walau selalu ada, mencari sedikit perhatiannya, tidak pernah sedikitpun atensi Ciel teralihkan. Seolah diri ini tidak ada artinya.

Perkataan Nathan tidak sepenuhnya salah. Tapi kenapa pemuda itu mengetahui banyak hal. Bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi pemuda itu seolah mengenalku. Ku tahu perbuatannya waktu itu sangatlah tidak sopan. Tapi raut kekhawatiran terpancar dari wajahnya. Lalu apa maksudnya memasang raut seperti itu, padahal kami tidak saling mengenal.

Entah perasaan perempuan memang aneh. Terus mendamba cinta yang nyatanya tisak semudah itu di raih. Mengetuk pintu hati yang nyatanya tidak ingin dibuka. Mencoba mendorong paksa pun seolah tidak kuasa. Ku harap semua kan baik di waktu yang tepat.

***

Welcome LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang