Gundah mu adalah lara bagiku.
Senyum manis di bibirmu adalah penyemangatku.
Bisakah takdir mengizinkan bersama.
Yang ku tahu kata cinta hanyalah kata tak bermakna.
Ku harap perasaanmu bermetamofosa tuk dapat mencintaiku.
.
.
.
Memandang langit malam seolah menjadi rutinitasnya kini. Gadis itu kembali mengingat percakapannya dengan Ciel. Rasanya tak baik memaksa kehendak sendiri pada orang lain yang jelas-jelas tak mau menerimanya. Tapi bolehkah bersikap egois walau hanya satu kali.
Memanglah menaklukan hati bukanlah hal yang mudah maupun sulit. Gadis itu yakin jika kali ini usahanya akan membuahkan hasil. Tak peduli rasa sakit yang akan diterimanya nanti. Lizzy sudah menyiapkan hati untuk patah yang kesekian kalinya.
Kesempatan ini tidak boleh di sia-siakannya. Hanya 20 hari untuk menaklukan hati Ciel yang dingin. Setidaknya jika semua tak sesuai dengan yang diharapka, biarah menjadi kenangan yang mengingatkannya pada arti kata patah hati.
"Apa ini benar?"
Gadis itu tersenyum kecut, terlebih mengingat perkataan Ciel yang menyakiti hatinya tempo lalu. Kenyataan bahwa pemuda itu menyukai Kattie Watson, membuat hatinya berdenyut nyeri. Rasa sakit yang melebihi perasaan tak terbalas. Tapi apakah menyerah menjadi sebuah pilihan yang tepat? , jawabannya tentu tidak. Rasanya pengorbanan yang selama ini dilakukan seolah sia-sia dan tak berarti. Andai bahagia memang selalu datang tanpa diduga dan di waktu yang tepat, Lizzy selalu berharap agar hal itu akan segera tiba.
"Kuatlah hati, kita pasti bisa"
.
.
.
Ciel kembali mengulas senyum, berada di dekat Kattie membuat hatinya menghangat. Gadis itu selalu membuat semua orang terpesona dengan kesederhanaanya. Kattie menginap di Phantomhive palace untuk dua minggu kedepan lantaran kerjasama antara perusahaan Funtom dengan perusahan Wilson milik kedua orang Katie. Ciel menggangap bahwa ini adalah takdir, Tuhan telah mengatur pertemuannya dengan Kattie. Sungguh pemuda itu berharap jika kelak wanita yang akan menjadi isterinya adalah Kattie.
Rasanya memang egois mengingat terdapat ikatan antara dirinya dengan Lizzy. Ciel sadar jika semua ini tidaklah benar, tapi bolehkah jika dirinya memilih kebahagiaannya. pemuda itu tahu benar bahwa Lizzy mencintainya, tapi tidak denganya. Ciel tidak memiliki perasaan apa pun selain rasa antara sesama teman. Lizzy tidak bisa menggetarkan hatinya, sesering apa pun mereka bertemu tak akan mengubah rasa di hatinya yang memang tak pernah ada untuk Lizzy.
Namun kilasan memori malam itu kembali terngiang, wajah sedih Lizzy yang berurai air mata seraya memohon. Tentu Ciel tak kuasa mengatakan tidak, walau kini dirinya sadari jika semua ucapannya hanya akan menyakiti gadis itu. Memberi harapan yang kenyataannya tak kan pernah berakhir indah. Tapi satu hal yang pasti Ciel tak pernah sedikit pun memiliki kebencian pada tunangannya.
"Hah ini sungguh berat"
Pemuda itu bergumam, namun dapat di dengar oleh gadis di sebelahnya yang kini memasang wajah khawatir.
"Kau kenapa ?"
Kattie Wilson menepuk bahu pemuda itu guna memberikan ketenangan, dan tentu benar efeknya sangat terasa oleh sang pemuda yang kini membalas dengan senyum sumringah. Seolah melupakan fikiran yang berkecamuk di otakya, Ciel kembali fokus pada makan malam yang sempat tertunda lantaran selera makannya mendadak hilang.
"Mau ku buatkan cokelat hangat?"
"Tidak perlu"
Untuk kesekian kalinya pemuda itu kembali tersenyum, merasakan perasaan hangat yang menjalari dadanya. Kini pemuda itu berkesimpulan bahwa Kattie benarlah jodoh yang dikirim Tuhan untukknya.
Enjoy it:)
