03❤️

3.7K 436 30
                                    

Akhirnya pelajaran hari itu pun selesai.

Hyerin berpikir bagaimana ia bisa melewatkan pelajaran matematika yang membosankan pada jam-jam terakhir. Rasanya ia ingin tertawa. Sekolah normal ternyata lebih mudah dari yang dibayangkannya. Hanya saja Hyerin tidak tertarik untuk berteman dengan siapapun.

Mendadak ia teringat perkataan Jeno tadi pagi. Dimana laki-laki itu? Hyerin mengedarkan pandangannya ke seisi kelas, mencari sosok yang tiba-tiba menghilang saat pergantian pelajaran terakhir.

Tidak peduli, Hyerin membereskan buku-bukunya dan melangkah keluar kelas. Tanpa disangka orang yang dicarinya tadi muncul di depan kelas sambil membawa bola basket .

Hyerin mengernyit. "Kau bolos?" Tanyanya.

Jeno membalasnya dengan senyum miring. "Bukan urusanmu." Ucapnya singkat lalu berjalan melewati Hyerin. Tiba-tiba Jeno berhenti melangkah dan berbalik. "Untuk latihan hari ini, kita akan mencari ruangan kosong. Kau bisa pulang dulu lalu kembali ke sekolah dua jam lagi." Lanjut Jeno.

Hyerin tidak menjawab dan lebih memilih untuk keluar menemui kakaknya. Dimana Taeyong? Ia tidak melihatnya di koridor maupun dilapangan. Baiklah, Hyerin akan menunggu di parkiran saja.

Hyerin berjalan cepat menuruni tangga menuju lantai dasar. Ia agak risih ketika mendapati anak-anak lainnya memperhatikannya dengan teliti, seolah Hyerin adalah temuan langka. Ia tidak begitu suka menjadi pusat perhatian, namun entah kenapa diamapun Hyerin berada, Ia selalu menjadi pusat perhatian.

Menurut Hyerin sendiri, tampilannya biasa saja. Hanya gadis dengan tubuh ramping, tinggi semampai, rambut coklat panjang, mata bulat, hidung mancung, bibir mungil, dan pakaian sederhana, walaupun yang ia pakai selalu bermerk terkenal. Hanya itu.

Dalam bersikap pun, ia biasa saja. Bicara seperlunya, diam jika tak ada apapun yang menarik. Hanya saja Hyerin adalah orang yang murah senyum, sopan, dan terkenal baik hati. Mungkin itulah yang membuatnya menjadi favorit orang-orang sejak dulu.

Tepukan di bahu Hyerin membuat lamunannya buyar. Ia tersentak dan menengok, lalu memasang wajah datar ketika tahu siapa yang membuat jantungnya hampir copot.

"Hei! Sejak kapan kau dibelakangku? Aku tidak mendengar langkah kakimu?" Tegur Hyerin pada Taeyong yang muncul tiba-tiba.

"Dari tadi aku dibelakangmu, kau tahu? Bahkan orang-orang memperhatikan kita. Seperti selebritis saja." Gurau Taeyong sambil menyajarkan langkahnya dengan Hyerin.

Hyerin mendengus. Lalu ia teringat sesuatu.

"Mm... oppa?"

"Ya?"

"Ah tidak, nanti saja."

Taeyong berhenti melangkah. "Aku tidak suka kau menggantung pertanyaan seperti itu. Ada apa? Katakan saja."

Hyerin ikut menghentikan langkahnya. Ia ragu sedetik, lalu, "aku hanya ingin memberitahu bahwa guru kelasku memberi tugas kelompok yang menuntut kami harus menampilkan sesuatu. Maksudku, suatu bakat."

"Oh ya? Lalu siapa teman kelompokmu?"

"Laki-laki. Namanya Lee Jeno. Tapi.."

"Kita lanjutkan di mobil saja. Aku sudah lelah hari ini. Ayo!" Ajakan Taeyong memotong kalimat Hyerin.

Ketika didalam mobil, Taeyong bertanya, "Lalu? Tapi apa?"

Hyerin berdeham. "Tapi kami belum tahu apa yang akan kami tampilkan nanti. Mungkin aku bisa bernyanyi, tapi entah dia akan setuju atau tidak."

"Siapa namanya tadi?" Tanya Taeyong.

"Jeno. Namanya Lee Jeno. Kenapa? Oppa mengenalnya?"

"Tidak, hanya ingin tahu. Lalu bagaimana latihannya?"

"Kami akan latihan disekolah dua jam lagi. Oppa... mengizinkannya?"

Taeyong terdiam sejenak. "Tentu. Asalkan aku yang mengantarmu."

Hyerin tersenyum. "Baiklah. Terimakasih."

Taeyong ikut tersenyum melihat adiknya tersenyum. Semoga saja Hyerin bisa cepat membaur dengan teman-temannya dan nyaman dengan suasana sekolahnya yang sekarang. Dan semoga saja Lee Jeno adalah orang yang baik.




Hai hai^^ jangan lupa kritsar & vomment^_^

Piece Heart -Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang