10❤️

2.3K 296 2
                                    

"Kenapa wajahmu merah sekali?"

Jaehyun mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Ah itu, aku..."

Alis Hyerin terangkat, menunggu jawaban.

"Aku hanya kebetulan lewat dan bertemu dengan dua orang ini, lalu kami sedikit bercanda tadi." Jaehyun menunjuk Johnny dan Taeyong.

"Kebetulan lewat?" Tanya Johnny yang kini sedang berusaha tidak tertawa lagi.

Jaehyun memberikan tatapan mautnya. Hyerin hanya bisa geleng-geleng kepala dn bertanya pada Taeyong, "oppa, pulang sekolah nanti aku tidak akan pulang bersamamu."

"Wae?"

"Lee Jeno yang akan mengantarku."

Jaehyun hampir saja tersedak ludahnya sendiri. "Apa? Jeno mengantarmu? Jeno? Lee Jeno?"

Hyerin mengangguk. "Apa yang salah?"

"Kukira anak itu alergi terhadap perempuan. Kau tahu, dia tidak pernah dekat atau bahkan berteman dengan gadis manapun, walaupun ada sejuta gadis yang ingin dekat dengannya."

"Oh..? Benarkah? Bukankah itu bagus, Jeno jadi bisa lebih membuka diri?" Gumam Hyerin setengah tertawa.

Bohong jika Hyerin tidak merasa senang. Jantungnya berdegup kencang menyadari bahwa Lee Jeno hanya ramah kepadanya, tetapi tidak pada perempuan lain.

Jaehyun hanya bisa cemberut menanggapinya. "Cih, apanya yang bagus? Sepertinya dia menyukaimu, bodoh."

Hyerin dengan segera melirik kearah Taeyong yang sedang menatapnya balik dengan tatapan seolah berkata 'akhirnya kutahu rahasiamu'.

Hyerin tidak akan memedulikan Jaehyun lagi. Ia lalu menoleh kearah Chenle yang sejak tadi terdiam. "Ayo kita pergi."

***

Lamunan Lee Jeno buyar oleh suara bel pulang sekolah. Ia tersentak dan menutup bukunya dengan semangat. Suara yang ditimbulkan Jeno ketika menutup buku mengundang Hyerin untuk menoleh.

"Kau kenapa?"

Jeno membuat wajahnya menjadi se-innocent mungkin. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sangat bosan, jadi aku bersemangat ketika bel berbunyi, jadi aku bisa cepat pulang dan beristirahat."

Hyerin kurang yakin dengan jawaban asal itu, tetapi ia memilih diam dan membereskan buku-bukunya.

"Kau jadi pulang bersamaku, bukan?"

Hyerin mengangguk. "Tentu saja. Kau... tidak keberatan?"

Jeno tertawa. "Aku keberatan, secara harfiah."

"Aku tidak gendut, kau tahu? Lagipula memangnya kita akan pulang dengan posisi kau menggendongku sepanjang jalan?" Protes Hyerin.

Melihat wajah Hyerin yang sedang marah lebih menggemaskan dibandingkan ketika Hyerin mengeluarkan aegyo nya. Jeno tertawa dan berkata, "Aku akan bersedia jika kau minta. Itu juga jika kau ingin aku absen keesokan harinya karena sakit pinggang."

Setelah keluar kelas, mereka berjalan berdampingan kearah parkiran. Dan seperti biasanya, mereka menjadi bahan sorotan. Bagaimana tidak? Yang satunya adalah pangeran tampan, satunya lagi adalah putri jelita.

Hyerin memutuskan menunggu digerbang sekolah ketika Jeno berkata ia akan mengambil kendaraannya. Matanya membulat ketika Jeno muncul dengan membawa motor, bukan mobil seperti yang dikiranya.

Piece Heart -Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang