12❤️

1.9K 258 9
                                    

"Tadaaaaa!"

Jaehyun kembali satu jam kemudian dengan selusin kimbab. Tak lupa ia membuatkan sedikit bubur untuk Hyerin, siapa tahu Hyerin suka--karena gadis itu bilang bubur yang biasa ia makan hambar dan terlalu encer, maka Jaehyun membuatkannya dengan penuh cinta. Cinta bisa membuat segalanya lebih baik, Jaehyun percaya itu.

"Aku tidak begitu yakin dengan ini."

"Kau akan menyesal dengan ucapanmu, Johnny-ah."

Taeyong yang sudah kelewat lapar, mengambil satu kimbab dengan tangannya yang bebas dari joystick dan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv, ia melahap makanan itu dengan sekali suapan.

"Taeyong, bagaimana rasanya?"

"..."

"Aku yakin dia ingin muntah."

Alih-alih muntah, Taeyong malah mengambil satu kimbab lagi setelah apa yang dikunyahnya meluncur ke tenggorokan. "Ini sangat enak."

***

Lee Jeno memegang kepalanya yang diperban dan meringis kecil. Tidak terlalu sakit dibandingkan dengan apa yang kemarin ia lihat.

"Kau sudah sadar."

Suara itu membuat Jeno melirik kearah pintu dan mendapati pamannya yang tersenyum lemah.

"Kenapa kau bisa seperti ini." Lanjutnya.

Tentu saja Choi Siwon ingat bagaimana keponakannya dikabarkan mengalami kecelakaan parah. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa ada mobil sedan yang pengemudinya sedang mabuk dan mengemudi di arah yang berlawanan. Mobil itu oleng dan menabrak Jeno hingga tubuhnya terpental beberapa meter.

"Aku tidak apa-apa, hanya lecet-lecet ringan saja." Jeno berusaha menyunggingkan senyumnya.

"Kau sudah bisa pulang malam ini. Omong-omong, ayah dan ibumu tidak bisa menjengukmu hari ini. Mereka masih sibuk." Ucap Siwon dengan nada menyesal.

Ha! Tentu saja hal ini akan terjadi. Tidak, ia tidak membutuhkan ayah dan ibunya disaat ia kesusahan begini. Buang-buang waktu namanya jika mereka rela meninggalkan pekerjaan mereka demi menjenguk anak seperti Lee Jeno.

"Jadi besok aku sudah bisa sekolah?"

Siwon tertawa. "Ada apa dengan sekolahmu hingga kau bersemangat begini. Jika kau mau istirahat total hari ini, tentu saja besok kau boleh sekolah."

***

Keesokan harinya, Hyerin dan Jeno datang bersamaan, seperti biasa. Yang tidak biasa adalah suasana diantara mereka yang terkesan canggung. Jam pelajaran sedang berlangsung, namun ia tidak sedikitpun mencerna apa yang sedang dijelaskan pak Kyungjae. Jeno terus saja melirik Hyerin yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu sejak pagi tadi disampingnya. Objek yang ia perhatikan malah membuang muka seketika.

"Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?"

Hyerin mengangkat wajah. "Apa? Bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku terlalu mengenalmu untuk mengabaikan tingkahmu sejak tadi. Ada apa?"

"Apa yang terjadi padamu?"

"Tidak ada. Hanya lecet-lecet sedikit. Kau sendiri? Kudengar kau juga tidak masuk kemarin."

"Aku hanya kelelahan. Dan apa maksudmu lecet sedikit? Dengan kain itu kau masih ingin berkata 'lecet'?"

Jeno berusaha melirik perban yang menempel dikepalanya. Ia terkekeh pelan menyadari bahwa Hyerin memang seharusnya cerewet seperti biasanya. Tadinya Jeno ingin menghindari gadis itu untuk sementara, namun ternyata hatinya tidak cukup kuat. Ia membutuhkan gadis itu untuk mengukir tawa Jeno setiap harinya. Tawa yang tak pernah ia dapatkan dirumah, tentu saja.

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."

Suasana mendadak serius saat Jeno malah merubah topik pembicaraan. Hyerin terdiam dan menunggu kata-kata selanjutnya dari Jeno.

"Aku..."

KRIIIIIIING.

Dengan terpaksa Jeno harus menunda perkataannya ketika bel istirahat berbunyi.

***

"Ayah?"

Lee Taeyong mengerutkan keningnya ketika mendapati ayahnya yang sedang makan siang di meja makan. Setahunya ayahnya sedang ada pekerjaan di luar negeri.

"Oh, kau sudah pulang. Bagaimana kabarmu?"

"Baik, tentu saja. Ayah sendiri bagaimana? Bukankah ada pekerjaan..?"

"Ah, itu. Ayah cuti sementara, rasa rindu pada anak-anak ayah sepertinya sudah tidak tertolong lagi." Ungkap Lee Sooman sembari memeluk Taeyong. "Kemana adikmu yang manis itu?"

"Dia akan tiba sebentar lagi. Aku sudah jarang pulang bersamanya karena dia sering pulang bersama temannya."

Alis Lee Sooman terangkat tinggi. "Dia punya teman? Kau serius? Kukira dia tidak akan dengan mudahnya beradaptasi."

"Yah, setidaknya Hyerin menyukainya."

"Aku menyukai siapa?"

Lee Taeyong dan Lee Sooman serentak menengok kearah suara. Hyerin baru tiba sambil menjinjing sepatunya dengan wajah heran.

"Jeno. Kau menyukainya, kan?" Tanya Taeyong.

"Itu..."

"Jeno? Maksudmu Lee Jeno?" Sela Sooman tiba-tiba.

"Ya, Lee Jeno yang itu. Memangnya ada berapa Lee Jeno disini?" Tanya Taeyong.

Sementara kakak beradik itu melanjutkan obrolan kecil mereka, tanpa disadari tubuh ayah mereka menegang. Lee Sooman tidak ingin semua ini terjadi. Apa katanya? Hyerin menyukai seseorang? Tidak, tidak. Tidak boleh. Seharusnya ia tahu bahwa mamasukkan Hyerin ke sekolah formal merupakan keputusan yang buruk.

Karena Hyerin juga remaja normal.

Cepat atau lambat, Hyerin pasti akan jatuh cinta dengan seorang laki-laki.

Dan sialnya, laki-laki itu adalah Lee Jeno.

Sooman memijat pelipisnya yang berdenyut. Ia memejamkan mata sejenak dan memikirkan apa kemungkinan yang akan terjadi jika yang dikatakan Taeyong tadi memang benar.

Hyerin memang mengetahui ibu angkatnya. Seorang wanita penuh kharisma yang meninggal tepat saat Hyerin diadopsi. Tetapi gadis itu tak pernah tahu apa saja yang pernah terjadi di masa lalu.







Heloooo aku kambeek ^^ ada yang nunggu cerita ini? Gaada okesip😂
Thanks for read, comment and vote❤️

Piece Heart -Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang