11❤️

2.1K 288 14
                                    

Lee Jeno menancap gas meninggalkan kawasan kompleks rumah Hyerin. Ia kesal. Marah. Kecewa. Sudah beberapa kali ia memergoki Hyerin dan Jaehyun sedang bersama.

Dan sudah beberapa kali juga dirinya sadar bahwa ia tak berhak cemburu.

Sial. Jeno tak bisa mengendalikan dirinya sekarang. Laju motornya dipercepat sampai melebihi batas aman. Tiba-tiba terdengar suara klakson yang diikuti dengan decit rem mobil, detik berikutnya pandangannya menggelap.

***

Lee Taeyong membuka pintu kamar Hyerin yang berada diseberang kamarnya sendiri. Hatinya sakit melihat Hyerin yang terbaring dengan kompresan yang menempel dilututnya.

"Hai." sapa Taeyong yang dibalas dengan senyum lemah dari Hyerin. "Sudah merasa lebih baik?"

Hyerin mengangguk. "Semua ini berkatmu, oppa."

Taeyong tak bisa mendeskripsikan perasaannya ketika mendapati Hyerin pulang dengan lemas dan wajah pucat. Rasanya ia ingin membunuh Lee Jeno saat itu juga.

Ini bukan pertama kalinya Hyerin menderita karena Lee Jeno. Ingat saat Hyerin berkata bahwa ia akan menari bersama Jeno? Saat itu Hyerin selalu pulang dengan keadaan tak berdaya, bahkan pingsan. Hyerin terlalu memaksakan untuk terlihat baik-baik saja didepan Lee Jeno, padahal nyatanya tidak.

Taeyong menatap cemas adiknya itu. Seandainya rasa sakit bisa berpindah, maka harusnya Taeyong saja yang merasa sakit.

Tadinya ia kira Jeno akan langsung mengantar Hyerin pulang, makanya ia mengizinkan. Entah laki-laki itu membawa adiknya kemana sehingga Hyerin bisa seperti ini.

"Kau kemana saja bersama Jeno tadi?"

Seolah bisa membaca pikiran Taeyong, Hyerin menjawab, "Kami tidak melakukan hal-hal yang berbahaya, oppa. Dia juga tidak melukaiku dan semcamnya."

"Lalu?"

"Sudah kubilang aku tidak apa-apa. Besok pasti sembuh."

Taeyong mendesah. "Baiklah, baiklah." Ia berderap kearah pintu. "Kau pasti belum makan. Aku akan membuatkan roti dan susu kesukaanmu."

Hyerin hanya mengangguk dan menatap langit-langit kamarnya.

***

"Dia tidak masuk hari ini."

Taeyong menoleh ke sumber suara. Ia menatap Jaehyun yang sedang menunduk disampingnya. Johnny belum datang, jadi hanya ada dua anak teladan yang datang pagi buta seperti ini.

"Apa?"

"Dia tidak masuk. Kemana dia?"

"Siapa? Johnny?"

"Adikmu, bodoh."

"Hyerin? Dia sedang sakit."

Jaehyun mengangkat wajah dan matanya membulat. "Sakit? Sakit apa? Kenapa kau tidak memberitahuku?!" Ia mengguncang-guncangkan bahu Taeyong dengan sedikit kasar.

Taeyong yang sedikit mabuk dengan guncangan tadi, kini balik menatap garang Jaehyun. "Dia hanya kelelahan. Kudengar Jeno juga tidak masuk."

"Tahu darimana kau?"

"Biasanya Jeno selalu datang paling awal sepertiku dan Hyerin. Tapi sampai sekarang dia belum melewati kelas kita juga."

Piece Heart -Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang