05❤️

3.3K 403 1
                                    

Park Hyerin melangkah gontai kearah kelasnya. Taeyong sudah masuk lebih dulu ke kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Hyerin. Saat sampai di dalam kelas, hanya terlihat beberapa anak perempuan sedang mengobrol ria. Kelas masih lumayan sepi, mungkin karena ia berangkat lebih awal.

Hyerin menjatuhkan tasnya ke kursi. Ia duduk dan memandangi kursi kosong disampingnya. Jeno belum datang. Hyerin menghembuskan napas. Ia bosan, haruskah ia keluar kelas?

"Kau dan Jaemin akan menampilkan apa nanti?"

Suara-suara anak perempuan yang mengobrol itu masih bisa tertangkap oleh telinga Hyerin. Penasaran, Hyerin mengurungkan niatnya untuk menghirup udara segar diluar.

"Aku? Kami akan berduet. Tentu saja aku memilih lagu yang romantis. Coba kau pikir, kapan lagi aku bisa bernyanyi berdua dengan Jaemin? Bertatapan dengannya sambil mengalunkan nada-nada indah sebagai pengungkapan perasaanku. Namun dia tidak menyadarinya sedikitpun." Jawab anak perempuan yang dikuncir kuda.

"Aaah, kau beruntung sekali. Omong-omong bagaimana dengan Jeno? Mereka akan menampilkan apa?" Tanya salah satu anak yang berponi kependekan.

Kening Hyerin berkerut. Kenapa Lee Jeno menjadi bahan sorotan? Jika memang begitu, maka dirinya pun akan ikut tersorot.

"Syuut. Kau ini bagaimana! Apakah kau tidak melihat rekan kelompok Jeno sudah ada di kelas?" Bisik anak satunya lagi.

Ketiga anak perempuan itu pun serentak melihat ke arah Hyerin. Tidak tahu harus berbuat apa, Hyerin hanya membalas tatapan itu dengan senyum tipis. Sayangnya senyum itu tak berbalas lagi. Hyerin menghela napas dan menatap kosong ke arah meja selama beberapa waktu.

"Kau kenapa?"

Hyerin lagi-lagi tersentak oleh kedatangan Jeno yang selalu tiba-tiba muncul disampingnya. Jeno menatap Hyerin dengan tatapan polos, lalu matanya beralih pada anak-anak perempuan tadi yang sekarang sudah pura-pura sibuk membaca buku.

Hyerin mengelus-elus dadanya dan berdecak sebal. "Kau ini manusia atau apa? Mengapa kau selalu mengendap-endap setiap bertemu denganku? Kau tahu, jika kau terus mengejutkanku seperti itu, sesuatu yang berbahaya akan terjadi."

Jeno mengangkat alis. "Aku tidak mengendap-endap, aku sudah ada sejak semenit yang lalu dan melihatmu melamun. Lalu apa yang kau maksud dengan 'sesuatu yang berbahaya akan terjadi'?"

"Tubuhku.... ah, lupakanlah. Tidak penting."

"Kutanya sekali lagi, kau kenapa?" Tanya Jeno lagi.

"Apa maksudmu?" Hyerin menatap Jeno.

Jeno tersenyum. "Kau terlihat kacau. Wajahmu pucat dan matamu terlihat seperti panda. Kau kurang tidur?"

Hyerin hanya berusaha tersenyum. "Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja."

"Baiklah... mari kita tebak. Kau kelelahan?" Tanya Jeno sambil tersenyum jahil.

Astaga. Orang ini sangat keras kepala. "Sudah kubilang aku tidak apa-apa, kau tidak perlu mengkhawatirkanku." Jawab Hyerin dengan raut wajah kesal.

Jeno menegakkan tubuhnya dan mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. "Apa? Aku tidak pernah berkata bahwa aku mengkhawatirkanmu. Aku hanya bertanya, siapa tahu karena latihan kemarin. Aku tidak ingin kau jatuh sakit dan merepotkanku sebagai orang yang bertanggung jawab kemarin, bukan karena aku mengkhawatirkanmu." Jelas Jeno panjang sambil berusaha menahan tawanya.

Wajah Hyerin sudah tidak terkontrol lagi sekarang. Ia benar-benar kesal. Ia tahu Jeno hanya bercanda, namun tetap saja rasanya sakit.

Melihat wajah Hyerin yang sudah sangat kusut, Jeno tergelak berkepanjangan.

"Terserahlah." Ketus Hyerin pada akhirnya. Ia memalingkan wajah dan memilih menatap ke luar jendela.

Jeno menghentikan tawanya. Ia berdeham, lalu memandangi Hyerin yang cemberut disampingnya. Aku hanya bercanda, Hyerin-ie. Kau kenapa? Aku minta maaf karena kita latihan keras kemarin. Tapi menurutku latihan kita tidak terlalu keras, atau itu karena tubuhmu lemah dan mudah sakit? Semoga kau cepat sembuh. Aku berjanji tidak akan membuatmu seperti ini lagi. Batin Jeno sambil terus menatap Hyerin yang enggan mengalihkan pandangan dari jendela sambil tersenyum kecil.

***

Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda.

Lee Taeyong membuka lembaran-lembaran bukunya. Keningnya berkerut menyimak. Dengan sekali sentakan ia menutup buku itu. Dimana Johnny? Taeyong melirik bangku yang tak berpenghuni disampingnya.

"Ah, ada anak rajin rupanya."

Jaehyun tiba-tiba sudah duduk ditempah Johnny, disebelah Taeyong. Taeyong menoleh perlahan dan mendapati Jaehyun sedang tersenyum lebar. Dan senyum itu seperti...

Ah, sudahlah.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Taeyong, suaranya dibuat senormal mungkin.

Tentu saja Taeyong tahu siapa Jaehyun. Anak pemegang juara umun setiap tahunnya. Pujaan semua anak perempuan disekolah. Lesung pipi yang membuat gadis manapun mati rasa. Anak itu nyaris sempurna.

"Aku? Hanya ingin berkenalan denganmu. Kemarin kita tidak sempat berkenalan bukan? Ah, apa kau telah mengenalku?" Tanya Jaehyun.

Taeyong berpura-pura polos dan menggeleng. "Tidak, aku tidak mengenalmu sebelumnya."

"Aku Jung Jaehyun. Hanya murid yang biasa-biasa saja."

Cih, biasa-biasa saja, katanya.

"Aku ingin bertanya suatu hal padamu. Kau.. mempunyai adik perempuan, bukan?" Lanjut Jaehyun.

"Maksudmu Hyerin? Ada apa?" Taeyong menatap Jaehyun serius.

Jaehyun tersenyum semakin lebar dan mengangkat alisnya sambil mengibaskan tangannya. "Ah, tidak apa-apa." Tangannya kini sudah kembali diatas meja. "Dia cantik."

Taeyong yang sempat mengalihkan pandangan kini kembali menatap Jaehyun dengan mata disipitkan. Baru saja ia akan membalas, teman sebangkunya datang.

"Hei, ini tempatku. Sedang apa kau disini?" Tanya Johnny sambil membawa tumpukan kertas.

Jaehyun mengangkat wajah menatap Johnny. "Ah, kau datang. Tadi aku hanya melihat Taeyong-ssi sendirian, jadi kupikir aku bisa berkenalan dengannya dan mengajaknya mengobrol. Baiklah, karena kau sudah datang, aku akan pergi."

Jaehyun berdiri, menatap dan tersenyum singkat kepada Taeyong dan Johnny, lalu berderap ke bangkunya sendiri.

"Dari mana saja kau? Dan omong-omong, ada apa dengan dia?" Tanya Taeyong sambil menaikkan dagunya untuk menunjuk Jaehyun.

Mata Johnny beralih pada Jaehyun yang duduk tenang di bangkunya. "Aku tidak tahu. Hanya saja dia akan bersifat lebih agresif jika memiliki saingan. Kau ingat kau mendapat nilai sempurna saat mengerjakan tugas kemarin? Mungkin dia merasa posisinya sebagai murid terpintar sudah terancam."

Taeyong tidak membalas kata-kata Johnny. Ia hanya menatap Jaehyun dengan kening berkerut selama beberapa saat, lalu menoleh kepada Johnny. "Kau membawa tugas dari guru? Sini, biar kubantu membereskannya."

Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda, Taeyong dan Hyerin sama-sama berpikir. Ada apa dengan anak-anak dikelas ini?




Part ini agak panjang ya? Hehe. Jangan lupakan kritsar & vomment^^

Piece Heart -Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang