17❤️

1.7K 238 9
                                    

Jeno pergi.

Lee Jeno meninggalkannya.

Walaupun Hyerin percaya bahwa suatu saat nanti Jeno pasti kembali, tetap saja rasanya tidak adil. Ia merasa kesal. Kesal karena Jeno tidak memberitahunya sebelumnya.

Setelah sebulan Hyerin mencoba untuk memahami Jeno yang terus menerus menghindarinya, tetap saja hasilnya nihil. Ia tak pernah mendapatkan apa yang ia butuhkan.

Hyerin butuh ketenangan. Dengan wajah yang masih agak sembab, ia berganti baju dan pergi ke taman dengan menggunakan taksi tanpa memberitahu Taeyong maupun ayahnya. Masa bodoh tentang berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi jika ia nekat keluyuran sendirian, ia juga tidak peduli lagi.

Di taman, Hyerin hanya bisa duduk di kursi kayu dan menatap kosong kearah permukaan danau yang tenang. Sore ini taman tidak terlalu ramai, jadi ia bisa menenangkan dirinya sedikit.

Hyerin mengaduk tas tangannya dan mengeluarkan sebuah tabung kecil yang berisi puluhan benda berbentuk bulat kecil. Ia mengeluarkannya satu dan menelannya.

Tepat saat itu, seonggok eskrim berselimut coklat leleh muncul didepan mata Hyerin. Gadis itu mendongkak dan mendapati Jaehyun yang sedang menjilati eskrimnya seperti anak kecil. Hyerin menatap heran eskrim yang masih diulurkan Jaehyun.

"Ambillah, perasaanmu akan lebih baik."

Hyerin mengambilnya, masih tidak mengerti kenapa Jaehyun tiba-tiba muncul lagi disaat-saat seperti ini. Alih-alih memakan eskrimnya, Hyerin malah menatap sayu Jaehyun.

"Kudengar coklat bisa membuat perasaan seseorang membaik. Kebetulan tadi aku melihatmu—dan oh, jangan lupakan mata bengkak itu—jadi aku membelikannya. Sekarang cepat habiskan dan ceritakan padaku."

Hyerin tidak akan bertanya bagaimana Jaehyun bisa mengetahui bahwa ia sedang ingin mengeluh kepada seseorang sekarang. Ia cepat-cepat memakan eskrimnya sementara Jaehyun duduk disamping Hyerin.

"Ada apa?" Tanya Jaehyun setelah eskrim mereka habis.

Hyerin tidak menjawab. Ia ingin menangis lagi, tapi tentu saja hal itu tidak akan bagus mengingat ia sedang berada di tempat umun dan matanya yang sudah kacau.

"Tentang Jeno? Dia menyakitimu?"

Ya, dia menyakitiku. Sangat.

"Tidak."

"Lalu kenapa?" Jaehyun mulai tidak sabar.

Hyerin terdiam lagi. Melihat itu Jaehyun ingin melakukan sesuatu untuk Hyerin. Apa saja. Asalkan gadis itu tidak seperti sekarang. Tanpa disadari, Jaehyun rela menjungkir balikkan dunianya hanya untuk Hyerin.

Entah berapa lama mereka berdua sama-sama sibuk dalam pikiran masing-masing. Sampai Jaehyun tiba-tiba melihat air mata gadis disampingnya turun ke pipinya perlahan. Jaehyun merangkul bahu Hyerin, menyandarkan kepala gadis itu ke bahunya dan memeluk Hyerin dengan penuh perasaan.

"Sudah senja. Biar kuantar kau pulang."

***

"Astaga, darimana saja kau. Kami mencarimu kemana-mana."

Kata-kata itu terlempar dari mulut Taeyong ketika Hyerin baru membuka pintu. Dengan segera kakaknya berlari menghampirinya dan memeluknya. "Kau tidak apa-apa?"

Hyerin tersenyum di bahu Taeyong. "Aku tidak apa-apa, oppa, memangnya aku kenapa?"

"Aku—kami semua khawatir. Kau tidak kelelahan?"

"Semuanya baik-baik saja, oppa."

"Hei, kita kedatangan tamu." Taeyong melepaskan pelukannya dan menatap malu Jaehyun yang sedang menatapnya sambil tersenyum. "Hai, Jaehyun. Terimakasih sudah mengantar Hyerin pulang."

"Kenapa kalian malah diam disitu, ayo masuk. Wah, ada Jaehyun juga. Kemarilah nak." Ucap Sooman yang tiba-tiba datang.

"Selamat malam, paman." Jaehyun menundukkan badannya sambil tersenyum.

Sooman lalu menggiring mereka ke ruang makan. Sudah jam tujuh malam, semoga tidak terlalu cepat untuk makan malam. "Jaehyun, kau tidak keberatan jika ikut makan malam bersama kami, bukan?"

Ternyata di meja makan sudah tampak penuh dengan makanan-manakan yang sepertinya membuat Jaehyun tidak tega untuk menolak. "Tentu saja."

"Bagaimana di sekolah?" Tanya Sooman.

Jaehyun dan Taeyong bertatapan.

"Semuanya baik-baik saja, kami juga bersaing secara sehat." Ucap Jaehyun yang membuat Taeyong tertawa.

"Hyerin? Bagaimana denganmu?"

"Semuanya sempurna."

Tidak, tidak. Yang benar adalah semuanya menyakitkan.

"Kalian semua pasti akan menjadi anak yang sukses." Sooman tersenyum bangga. "Hyerinie, kenapa kau tidak memakan makananmu?"

***

Lee Taeyong memandangi adiknya yang terlihat murung. Seperti biasa, mereka datang terlalu pagi dan mereka akhirnya menunggu bel sambil duduk-duduk di pinggir lapangan sekolah.

"Maaf akhir-khir ini aku jadi jarang menghabiskan waktu bersamamu."

Hyerin tersenyum. "Gwaencanha. Oppa pasti sibuk."

"Lagipula ada Lee Jeno, kalian baik-baik saja kan?"

Hyerin hampir tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar kata-kata Taeyong. "Oh? Aku lupa memberitahumu, Lee Jeno pergi ke Jepang dua hari yang lalu."

"Kenapa?"

"Entahlah."

Taeyong terdiam sejenak, seperti berpikir keras. "Aku tidak percaya aku akan mengatakan ini, tapi sepertinya temanku yang satu itu benar-benar serius dengan ucapannya."

Hyerin mengikuti objek yang sejak tadi terus diperhatikan Taeyong. Jung Jaehyun yang sedang berusaha mencuri buah di pohon seberang mereka, tampak kesulitan menggapai buah itu, padahal ia sudah naik ke atas pohon.

"Apa maksudmu?"

"Kemarin saat selesai makan malam, Jaehyun mengatakan sesuatu kepadaku. Sesuatu yang membuatku marah sekaligus bingung.

"Katanya saat awal kita masuk sekolah ini, dia mengincarmu hanya untuk main-main, sekaligus menjatuhkanku karena aku berhasil mendapat nilai ulangan lebih besar. Tapi tak lama kemudian dia termakan omongannya sendiri. Katanya dia ingin serius denganmu.

"Tentu saja aku marah, apa maksudnya hanya karena nilai dia berani mempermainkan adikku tersayang. Tapi setelah kuperhatikan, dia memang tak pernah menyakitimu, kan?"

Hyerin terdiam. Benar juga. Selama ini Jaehyun bersikap ceria padanya, mungkin Hyerin yang terlalu sensitif sehingga menganggap hal itu menyebalkan. Tanpa disadari, perasaan kesalnya tiap kali ia bertemu Jaehyun kini sudah menghilang. Hyerin jadi merasa bersalah.

"Aku tidak memaksamu untuk menerimanya, tetapi pertimbangkanlah. Sekarang Jeno-mu itu sudah pergi, entah ia akan kembali atau tidak. Siapa tahu setelah sukses di Jepang nanti dia akan melupakanmu."

"Jeno akan kembali, oppa. Jeno bukan orang seperti itu." Lirih Hyerin. Hatinya sakit membayangkan kemungkinan yang dikatakan Taeyong. Bagaimana jika semua itu benar? Bagaimana jika Jeno melupakannya? Di Jepang sana banyak gadis-gadis yang tentu saja lebih menawan dari Hyerin, dan kenyataan itu membuat dadanya sesak.

"Dia memang tampan, terkenal, dan sangat boyfriend-able. Tapi anak bodoh yang mencintaimu dengan tulus itu, jauh lebih baik, kau tahu?"

Hyerin terkekeh melihat Jaehyun yang kini sedang kerepotan memisahkan rambutnya yang tersangkut ranting ranting pohon. Jaehyun menangkap tatapan Hyerin dan laki-laki itu menyeringai tanpa dosa.

Dan Hyerin tidak mungkin menunggu Jeno selamanya, bukan?










HOREEEEEEE 1k yaampon 1k kuingin menanges😭😭
Alay emang baru 1k aja hebohnya udah kayak dapet tiket fansign, tapi apalah namanya juga cerita pertama namanya juga penulis amatiran yang kadang2 bikin cerita ngaco😂
Mulai saat ini q akan belajar menyayangi silent readers🤞

Big thanks❤️

Piece Heart -Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang