[ 16 ; rest in peace ]

2.1K 515 14
                                    

woojin melepaskan ikatan pada leher jinyoung, namun tetap memasangnya pada leher jihoon.

"ck, homoan lo mati disini aja kali ya? nyusahin!"

"ji-jin, p-please..." jinyoung yang semakin pucat itu memohon kepada woojin, mengingat pinggangnya yang terus mengeluarkan darah.

jihoon yang melihat itu menunduk, tak kuat melihat kelanjutannya. karena jujur, ia pun sudah pasrah dengan situasi ini.

"nyoung, sorry ya. gue sebenarnya gak mau nyakitin elo. tapi gimana...

lo pernah ngambil ranking 4 gue...

gue gak suka disingkirin, nyoung...

so, have fun!"

"aaaarggghh—"

woojin menusuk dada jinyoung dengan keras, menggunakan pisau lipat yang selalu ia bawa.

satu tusukan.

dua tusukan.

lalu, ia berpindah paha lelaki itu. ia menusuknya sambil menggerakkan pisaunya sampai lutut jinyoung.

dan, lantai sekolah menjadi banjir akan darah pemuda itu.

"butuh persiapan terakhir,"

woojin kini beralih pada kening jinyoung. ia menuliskan di kening pemuda itu 'RIP' dengan pisaunya.

tawa lelaki itu kini menggema, membuat jihoon yang masih terikat tali di lehernya kini merinding.

sekarang tinggal, mereka berdua. park jihoon dan park woojin, dua bersaudara yang dulunya dikenal dengan julukan 'sibling goals'

woojin kini menatap jihoon dengan seringaiannya dan menarik pemuda itu.

namun sebelum pergi, mata jihoon tetap melihat ke jinyoung dengan perasaan yang campur aduk,

"rest in peace, bae jinyoung."

---

punishment [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang