with you

244 4 0
                                    

ana mengekerutkan keningnya dan memiringkan tubuhnya untuk memastikan siapa yang menyebut namanya "ada apa vin?" tatapan dingin gavin hanya dibalas suara lembut oleh ana

"dipanggil ka ami, suruh ke ruangan musik sekarang"

"ada apa yah?"

"gatau, tanya aja sama ka ami nya" gavin langsung berdiri dari sandarannya dan berjalan santai menuju ruang musik tetap dengan wajah gantengnya yang datar itu

"eh tunggu, lu mau kemana?" ana mengkerutkan keningnya dan menatap penuh kebingungan melihat anak ini

"ruang musik"

"eh? yaudah bareng" gavin tidak menatap ana sama sekali bahkan dia berjalan tanpa mempedulikan sekitarnya. 'gila ni orang keturunan eskimo kaliyah, dingin bet kayak es' batin ana yang disusul oleh tawa kecil. mereka berdua--lwbih tepatnya ana dibelakang gavin menyusuri koridor dengan ditemani rasa sunyi yang sangat dominan. kadang ana mengutuk dirinya sendiri saat tanpa ia sadari memuji ketampanan pria es itu

mereka tiba didepan pintu ruang musik dan membuka pelan pintu itu agar tidak menyebabkan didalamnya merasa kaget

"hai ana" seorang gadis cantik yang mata indahnya dihiasi dengan bingkai kaca mata yang cantik dan rambut nya yg sedikit ikal membawa kesan sangat anggun menyapa ana dan tersenyum manis pada gadis itu

"ka ami? ada apayah ka?" ana langsung menghampiri ka ami dengan ragu dan senyuman yang tak hilang dari wajahnya. gila ni cewek ga pegel apa senyum mulu

"kamu bisa maen piano?" kaami menatap lembut ana, wajahnya nenangin banget cocok buat orang yang abis kebakaran bisa langsung tenang gitu liat senyumnya

"iyah, kok kaka tau?" ana mengkerutkan keningnya dan memicigkan matanya saat menatap ka ami

"gapenting de tau dari mana, tinggal jawab iya atau enggak." ka ami tertawa ringan dan langsung melirik gavin yang sedari tadi menatap percakapan mereka datar, saat ka ami menoleh kearahnya dia membuang muka dan menatap ke arah lain "sini duduk depan kaka"

"iya ka" ana mengikuti arah tatapan ka ami dan mengkerutkan keningnya dan duduk manis di kursi kokoh depan ka ami

"kamu mau kan main piano buat nama sekolah? mau ga masuk paduan suara sma bhakti harapan? mau ga ikut partisipasi di eskul ini? kalo gamau gapapasih"

"ha? emang padus kita ada piano ka?"

"sekolah kita punya piano dek, tapi gada yang bisa main aja. gatau gada yang bisa atau ga ketauan siapa yang bisa hehe" ana hanya mengangguk setuju dengan tanggapan ka ami "apalagi di gabungin sama gitar" tambahnya

"gabungin sama gitar?"

"iya de, nanti kamu latihan yah bareng gavin. coba cari cemistri antara kalian" ana setengah menganga mendengarnya. entah harus senang, bingung atau takut. otak nya terlalu gugup untuk memikirkan apa yang ia rasakan.

ka ami berdiri dari tempat duduknya yang hangat dan pergi meninggalkan mereka berdua. ya, mereka berdua. berdua, ana dan gavin. mereka diam, diam dalam suasana dingin. terjadi kerenggangan antara mereka berdua, hanya hening. mungkin kebawa suasana gavin kaliyah, dia kan dingin banget, hatinya serasa beku kayak es

"eh, vin gue gue pulang yah" ana bediri dari kursinya dengan anggun setengah gugup dan mulai dekat dengan knock pintu dan membukanya dengan lembut

"naik apa lo?" ana berhasil menoleh dan menatapnya penuh bingung "naek sepeda"

"bareng dong, gue gabawa motor, lagi dirawat" gavin terpaksa melakukan ini, sebenernya ia merasa harga dirinya hancur, sangat hancur. tapi mau gimana lagi? dia memang sangat nyaman berada dekat dengan gadis itu, kalo ditanya kenapa, dia sendiri juga gatau kenapa. ditambah motor kesayanganya emang butuh perawatan dibengkel

whattttt? kesambet apa nih cowok? batin ana

"ha? gimana bisa?"

gavin mengedipkan bahunya "gue yang bonceng lo, gada yang gabisa riana" gavin berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendahului ana yang sedang setengah menganga dan terlihat dimatanya penuh kebingungan

¤¤

"dimana sepeda lo?" disinilah mereka berdua sekarang, parkiran sepeda.gavin berjalan santai yang lebih tepatnya sih berjalan cepat, udah kayak balap motor gp. sedangkan si ana jalan anggun yang lebih mirip bekicot pake pita "bisa cepetan ga jalannya? panas! CEPETAN!" gavin setengah teriak dan mengeluarkan suara yang mirip tikus kejepit dan terdengar lebih dari dua oktaf dan berhasil membuat ana gelagapan dan menabrak semua sepeda didepannya karena dia langsung berlari saat terdengar suara tikus kejepit itu "aww!" ana kaget setengah mati liat apa yang ada didepannya. ia menjatuhkan sepeda dengan berantai seperti mahjong yang disusun dan didorong dari ujung, jatoh dengan rapi.

"ayuk lari, lu naiknya didepan ajayah. ini sepeda lo kan?" gavin lari membawa sepeda itu dengan tatapan panik, takut ada yang liat dan nodong mereka minta ganti, kan ga banget. ana menyusulnya mengambil langkah seribu "kok lo tau itu sepeda gueh?"

"gapenting"

"ha? gapenting? apanya yang gapenting? jangan jangan lo sering ngikutin gueyah? awww!" ana menabrak punggung gavin saat ia berlari dengan penuh tenaga dan gavin yang berhenti mendadak didepannya "woi! sarap!" ana mencoba mengatur napasnya yang terengahengah

"hhhhhhh .... punya mata untuk melihat, ana!" gavin menatap ana dengan tatapan yang takbisa dibaca, ia kagum dengan wajah gadis itu saat capek dan marah, merar banget kayak tomat keinjek. "ayok naik, udah siang. panas banget"

"manja! cowok takut matahari" ana mengibaskan rambutnya, gerah. dan menguncir rapi rambutnya "gue duduk dimana sinting?"

"didepanlah bodoh." gavin menatap datar kedepan tanpa menoleh ke ana "lo yang manja, udah jalan kayak kurakura pake highheels jatuhin sepeda udah kayak jatuhin ranting seenaknya"

"ih tapikan gue ga se-"

"cepet naik cewek lelet" gavin memotong omongan ana tanpa mempedulikan gadis itu. ana mengerucutkan bibirnya dan naik diatas batangan didepan jok sepeda tetap dengan gayanya, anggun. dan gavin mulai meengayuh pedal nya perlahan namun, perlahan tapi pasti roda itu berputar semakin cepat

"gavin gue takut, pelanin dong" ana menoleh ragu ke arah gavin dan menatapnya dengan penuh memelas untuk meyakinkan gavin iba padanya

"manja" cowok itu menoleh kearah ana dan menatapnya kagum. dia terhipnotis dengan tatapan gadis ini, manis. sangat manis. perlahan dia mengendurkan kecepatan dipedalnya

"elu manja" ana merasakan ada sesuatu yang menabrak dengan rambutnya. menempel dengan kepalanya. dagu yang runcing itu bertenger nyaman disitu, jarak mereka sangat dekat sekarang, bahkan ana merasakan nafas hangat berhembus di ubunubunya

"tadi sepedanya lu apain? bisa jatoh gitu" gavin berbicara dekat dengan kuping gadis itu dan tak sengaja menghirup bau yang dibawa rambut itu, wangi strawberry.

"gue sentuh doang, kayaknya sepedanya gugup karna ada gue" ana menjawab pertanyaan itu asal, jantungnya masih berdegup kencang menerima keadaan mereka sekarang. otaknya tidak bisa berjalan lancar

"haha lebay lo," gavin menahan apa yang berdesir dalam jantungnya setengah mati. apa yanh dia rasakan sekarang? rasa apa ini? dia langsung menggeleng kuat "kenapa lo?" ana menoleh ke arahnya dan mengkerutkankan keningnya

"gapapa, dimana rumah lo?"

TBC

PENASARAN KHAN?! IKUTIN TERUS YAH! JANGAN SAMPE KETINGGALAN. mwah

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang