ARIANA POV
gue menatap bayangan gue di cermin.
cantik.
gue mencoba memotivasi diri gue sendiri. kaos putih yang gue balut kemeja hitam udah nempel cantik di badan gue. celana jeans panjang dengan warna biru dongkar mempercantik kaki gue. tapi ada satu yang bikin gue tidak keliatan cantik. gue gak PD!
ini gue bener bener tidak percaya diri untuk berangkat ke mall tempat gavin tampil. tadinya gue sempet mau tidur dan ngelupain permintaan gavin, tapi gue kepikiran terus, serba salah.
sekarang gue cuman bisa bengong dan menatap sedih penampilan gue. gue udah cukup cantik belum buat ketemu gavin terakhir kali? iyah terakhir kali. tapi gue ragu sih. kalo gue dateng terus dia ilfeel sama penampilan gue gimana? kalo gue dateng terus tidak sama sekali di anggap gimana? gue takut.
gue takut buat sakit hati
tapi... tapi gue kangen dia tampil. aura gavin sangat berbeda saat tampil. lebih keliatan.. ehem... cool. gue dateng aja deh, itung itung salam perpisahan
gue mengamit tas kecil dan hp gue dikasur. sebelum keluar kamar gue melirik koper gede dan beberapa ransel yang emang udah gue packing dari semalem. tiba tiba ada keinginan buat batal pergi. tapi sangat tidak mungkin
gue melirik jam tangan biru di tangan kiri gue, jam 15.00. aduh, 1 jam lagi dong! aduh gimana nih?
sambil lari gue mencoba memberhentikan taksi yang udah nyelonong ngelewatin gue. beruntungnya itu taksi peka dan berhenti
gue masuk taksi dengan grasa grusu, sumpah deh gatenang. setelah memberitahu supir arah jalan gue, gue mulai memberi harapan penuh pada pak supir itu.
gue mulai panik setelah 30 menit tidak sampai tujuan juga. kenapa sih jalanan itu macet? kenapasih indonesia banyak banget kendaraannya? duh makin gatenang. kalo udah udah tampil gimana?
tangan gue gabisa diem. jari kiri gue mengetuk ngetuk pintu taksi dan jari kanan gue, gue gigitin. jijik sih, tapi gue grogi, gue takut. setelah beberapa detik, gue jauhin jari itu dari gigi gue, gue takut cacingan.
■□
AUTROR POV
riana masuk melewati lobby utama mall yang sangat di gandrungi remaja itu. udara ac bebas melewati leher jenjang ana dan menerbangkan sebagian anak rambutnya. muka ana terlihat sangat panik dan tidak tenang. kakinya tak berhenti berlari mencari tempat dimana acara itu di mulai, acara dimana prince charming nya tampil.
kaki ana berhenti disaat dan waktu yang tepat. dipanggung tempat gavin tampil dan saat gavin naik keatas stage dan memulai penampilan fantastisnya.
mata indah itu berbinar. bibir manis itu terangkat. ana melangkah ke depan dan mencari sela agar dia bisa melihat gavin dari depan dan jelas.
gavin tersenyum melihat gadis itu tersenyum dan bertepuk tangan sangat ceria. sangat manis. ana hanya tersipu malu dibuatnya. dia terpesona untuk kesekian kalinya pada gavin. prince charming yang mampu membuat perasaanya campur aduk. senang sedih kecewa dan malu dalam satu waktu.
ana hanya terdiam menikmati alunan musik yang dibawa gavin. suara merdunya yang sangat serasi dengat petikan gitarnya. wajahnya yang selalu tersenyum seakan menyapa para penonton. mampu membuat gadis mungil itu terdiam dan terhipnotis untuk beberapa saat.
wajah ana tetap ceria bahkan sangat ceria. wajahnya terasa panas dan mulai memerah. ia mengigit bibirnya seakan menahan sesuatu. ada sepercik air bening keluar dari kelopak matanya. air itu mengalir bebas di pipinya yang terangkat. dia tetap tersenyum saat melihat prince charming didepannya. sedih bercampur senang, itu yang ia rasakan saat ini. sangat senang melihat prince nya begitu menawan dan tersenyum padanya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love
Teen FictionCinta emang tidak harus memiliki, asalkan dia selalu ada disisi mu itu sudah cukup. entah sampai kapan gavin maarten gareth menutupi sebuah fakta yang tidak pernah terfikirkan dan entah sampai kapan ariana kamilia carlotta memperjuangkan cinta gavin...