My villain my hero

230 3 3
                                    

"bukannya kemaren lu abis nganterin gueh?" ana mengingat kejadian kemarin, siang hari dan keadaan ana yang basah oleh becekan dan dibungkus oleh jaket milik gavin, cowok ini baik banget kemaren. tapi sifat nya berubah 360 derajat sekarang, kemarin hangat sekarang dingin. ada musimnya kaliyah, entahlah.

"gue ga afal jalanya cewek kurakura" tetap dengan tatapannya, datar. tapi menawan

"emang lu mau anterin gue ampe rumah? ini kan sepeda gue"

"gapapa, nanti dari rumah lo gue jalan"

"emang rumah lo dimana?"

"dibumi"

"dibagian mana?"

"asia tenggara"

"dimana tuh? gue gatau"

"indonesianya"

"bukannya di samudranya?" gavin menjitak lembut kepala ana dan dibalas ringisan dari ana "depan ada gerbang masuk aja vin" ana mengelus rambutnya yang masih sakit hadiah dari jitakan gavin

"yang mana rumah lo?"

"tuh cat coklat"

"okeh otw dannn nyampe"

"yeeeeee, nyampeeeee, akhirnyaaaaaa... terimakasih tuhan" ana loncat dari tempat duduknya tadi dan gavin pun oleng dibuatnya. "bisa pelanpelan ga turunya?" gavin melirik kesal ke arah ana, ana emang cantik tapi sifatnya terlalu ekspresif dan dia terangterangan nunjukin kalo dia gasuka duduk disitu. dan ana pun sekarang hanya nyengir lebar seperti tak bersalah "senyumannya lembut banget tuhan' bantin gavin

"rumah lo dimana vin?"

"tuh, beda dua rumah dari rumah nenek lo" ana menganga lebar dan matanya serasa pengen keluar, tak percaya sangat tek percaya. ana menatap mata gavin ragu, mencari kejujuran disitu. sekomplek dengan gavin marteen gareth? waw. "gue pulang yah, makasih tumpanganya" gavin tersenyum, tersenyum? iya gavin senyum. jarang banget liat moment ini, gavin senyum. ana hanya mengangguk ragu dan matanya mengikuti arah gavin berjalan memastikan apakah perkatan dia benar. dan bingo, yak dia masuk kerumah itu.

♡♡

"yaampun, jangan ditutup kek pintu koridornya" ana berlari kencang mengejar pintu koridor dan tersenyum lega melihat pintu itu masih terbuka, dengan nafas yang ngosngosan perlahan ia memasuki kelasnya dan bersyukur ternyata gurunya sedang sakit dan membiarkkan anak muridnya mengalami jam kosong.

"nanti latihan pulang sekolah" dengan seramnya gavin memberi informasi kepada ana. dengan perkataan penuh datar dan dingin membuat riana langsung menengok cepat kesumber suara dan mendapati seseorang dengan membaca buku berbicara kepadanya tapi anehnya, pandangannya tak kabur dari buku.

riana memiring kan kepalanya untuk meyakinkan prediksinya kalo yang ngomong beneran si tukang es "dimana?"

"diruang musik"

"oh okehhhh" riana duduk tenang di tempat duduknya dan mengetuk ngetuk iphone nya sambil menyumpalkan headset ke telinganya

gavin emang cowok misterius dia ganteng tapi tukang es. kalo di ibaratin yah, gavin itu kayak eskrim, dingin tapi manis nya naujubilah terus nyegerin kayak gavin nyegerin kalo terus dipandang tapi kalo kebanyakan makan eskrim pilek makanya jangan keseringan mandangin gavin nanti sakit. tapi hal itulah yang bikin riana penasaran setengah mati sama sikap gavin dan apapun tentang gavin begitu menarik menurutnya

"vin?" ana beranjak dari tempat duduknya dan duduk manis disebelah gavin yang kosong gada orang "ha?" gavin menoleh pelan lalu kembali fokus ke bukunya

"lu lagi baca apa?" ana mendekatkan diri ke gavin dan melihat ragu isi buku itu dan langsung kembali lagi setelah gavin menatapnya tajam "buku" singkat padat jelas dan da-tar

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang