icecream is my hero

189 3 1
                                    

"mau?" gavin menyodorkan pokypoky kepada teman sebelahnya. ana hanya menggeleng lembut dengan senyum diwajahnya. sebenarnya ia ingin mengambil itu, tetapi ia tak enak hati dan tanganya begitu berat untuk mengambil

"gue tadi dibawain bekel'" ana meneluarkan kotak makan yang berisi dua potong kebab yang lezat dan menawarkan kepada gavin. "mama gue bawainnya dua"

gavin tetap menggeleng kuat dengan wajah yang datar namun menggemaskan "abisin sendiri aja, biar kenyang"

"tapi gue ga abis, ayolah vin nanti mubadzir" ana bersikeras menyodorkan tempat makan itu dan dengan malas gavin menghargainya karena tak kuat menatap mata biru laut yang mempesona itu. mereka pun menikmati makanan turki yang lezat itu bersama.

hari semakin malam, langit sudah semakin gelap. namun gavin tidak menunjukan tanda kantuk sama sekali, hari yang panjang tak mampu membuat gavin lelah, dia emang eskrim yang beku sempurna.

berbeda dengan gadis disebelahnya, matanya sudah mengerjap beberapa kali dan menguap tak henti henti. wajah lembutnya kini menunjukan kelelahan yang begitu dalam. perlahan namun pasti ana mulai menutup kelopak matanya dan kepalanya terasa berat, ia mulai mencari tumpuan yang mampu menahan kepalanya dan berhenti dipundak gavin yang kokoh.

jantung gavin berdegup kencang saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh pundaknya, dan saat ia menoleh ia mencium harum yang sangat ia sukai. rambut ana yang wanginya sangat manis, wangi strawberry membuat gavin merinding hebat. ia sangat gugup dan tak tau apa yang harus dia lakukan "riana?" ia mencoba memastikan gadis lembut ini sudah terlelap

tapi hening, tak ada suara yang menjawab sapaanya. tangan gavin mulai terangkat dan menyentuh lembut rambut beraroma manis itu. mengelusnya lembut dan memandang wajah yang penuh ketenangan itu. wajahnya begitu tenang dan nyaman saat dipundak gavin. 'wajah mu begitu tenang dan lembut seperti air ariana, kau mampu menghancurkan batu yang keras ini. mendenyutkan nadi ku sangat cepat.'  batin gavin

gavin langsung sadar dari lamunannya dan mengambil tangan itu yang menempel pada rambut manis itu. gavin mulai mencoba tidur dan menahan sebuah bom atom yang meledak dalam jantungnya.

■■

keindahan yogya dan sinar gemerlap kota yogya membangunkan gadis lembut yang nyaman dipundak gavin. namun dia hanya mengerang dan terus tertidur pulas disitu. "ariana?"

"egh" kelopak mata itu tak kunjung buka

"ariana kamilia carlotta? udah nyampe na" gavin berusaha membangunkan ana dan menepuk pelan pipi ranum itu. gadis itu membuka mata beratnya perlahan dan akhirnya terbuka sempurna. mata abuabu terang lah yang pertama ia lihat. tatapan mereka bertemu, dan berhenti sesaat. samasama mengangumi mata masing masing dan sibuk dengan fikiran mereka sendiri. jantung mereka berlomba dan berdegup kencang. "na?"

"hmm?" ana tetap menatap mata abu abu terang itu tanpa kedip dan seakan tak mau lepas

"udah nyampe. berhenti ngeliatin gue horror gitu"  ana langsun sadar dan bangun dari pundak gavin. pipi ranumnya mengeluarkan semburat merah yang begitu lucu sangat mirip dengan tomat, keinjek. ana mengutuk dirinya sendiri karena melakukan hal yang bodoh. kenapa dia bisa menatap mata gavin tak kedip dan takmau lepas? entahlah. dia sendiri pun taktau.

"ehiyah, maap. duuuh turun yuk" ana mendorong pelan tubuh gavin "daritadi juga gue mau turun, tapi kebo pake rok nongkrong dipundak gue"

"ih gavin" rona merah di pipinya pun tak kunjung hilang bahkan semakin terlihat jelas saat ia membayangkan mata abu abu itu "pipi lu kenapa?" gavin pun penasaran dan memberanikan diri utuk bertanya saat mereka turun dari bus

"emang kenapa vin?" ana pun langsung menoleh ke arahnya dan melotot seakan mata bulat itu akan lepas "merah gitu, kayak cabe rawit"

"ha?" ana pun memegang pipinya dengan kedua telapak tanganya "udaranya panas kayaknya"

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang