BAB 10

30 1 0
                                    

Di kamar Gia

Gia sedang memasang dasinya. Dia teringat akan cerita Gio tentang putusnya dia dan Tiwi. Sungguh hati Gia merasa sangat senang. Tapi, apa boleh dia senang di atas kesedihan Gio? Apa dia keliatan begitu egois? Gia hanya tersenyum kecut.

Setelah itu, Gia turun untuk sarapan. Setelah sarapan dia pun berpamitan untuk pergi kesekolah.

Setelah sampai dibawah, Gia melihat Gio sudah ada dimotornya. Gia langsung menghampiri Gio.

Gio tersenyum. Gia pun membalasnya. Gio menyerahkan helmnya. Gia menerimanya. Lalu terdengar suara Gio.

"Udah beberapa bulan gak bonceng lo, kangen juga."

"Oh ya. Bagi gue biasa aja tuh." ucap Gia.

Gio menatap Gia. Gia tertawa. "Ya deh, gue bohong. Sebenernya kangen sih."

Gio tertawa. Lalu Gia memasang helmnya dan dia langsung menaiki motor Gio. Setelah itu motor Gio pun meluncur meninggalkan rumah mereka.

Di sekolah

Gia turun dan membuka helmnya. Gio pun melakukan hal yang sama. Lalu mereka jalan beriringan.

Sementara itu, Tiwi dan teman temanya melihat Gia dan Gio bersama. Tiwi cemburu. Dia masih tak menyangka dia putus dengan Gio hanya karena sahabatnya, Gia.

"Apa bagusnya sih tuh cewek?" ucap Tiwi tiba tiba. Teman-temannya pun melihat kearah Tiwi. "Gue rasa lebih bagusan gue." ucapnya lagi.

Temannya pun menyambung. "Yaiyalah bagusan lo lagi. Udahlah, biarin aja deh Tiwi. Lo kan cantik masih banyak yang suka sama lo. Lupain aja deh tuh sih Gio." ucap teman temannya.

Tiwi pun mengangguk. Lalu mereka berlalu dari tempat itu.

Di kelas.

Gio duduk di bangkunya sambil mengunyah permen karet. Gia menatap Gio. Gio masih asyik melamun. Tiba tiba beberapa anak anak mulai bergosip.

"Lo taukan kalau putusnya sih Gio sama kak Tiwi itu sebabnya karena Gia. Kayaknya beneran deh Gia ini mau rebut Gio perlahan lahan." ucap cewek pertama.

"Ya lo tau kan biasanya kalau cewek sama cowok sahabatan itu ujungnya ya jatuh cinta. Gak jauh jauh lah. Ya gak?"

"Iya." jawab mereka serempak.

Gio tiba tiba memukul meja dengan keras. Dia sudah muak dengan gosip yang beredar beberapa hari ini. Gosip itu memojokan sahabatnya. Padahal masalahnya mereka bahkan gak tau.

Gio menatap cewek cewek itu. Tatapannya menusuk dan sadis. Lalu terdengar suaranya,

"Kalau gue masih denger kalian mojokin sahabat gue lagi, gue gak segen segan buat kasih pelajaran. Bahkan kalian gak tau penyebab gue putus sama Tiwi. Gak usah bawa nama Gia. Bahkan Gia gak ada ikut campur dalam masalah gue. Gak usah terlalu percaya gosip. Coba tanya kebenarannya sama orangnya sendiri. Ngerti!" ucap Gio membela Gia.

Gia hanya menundukkan kepalanya. Dia gak tau kalau seberat dan serumit ini masalahnya. Memang Tiwi gak memojokkannya, tapi gosiplah yang membuat dia terpojok.

Gio menatap kesebelahnya. Dia melihat Gia menunduk. Berarti, Gia sedang bersedih. Lalu Gio mengusap punggung Gia.

"Lo gak usah denger mereka. Dan gak usah sedih juga. Ada gue disini." ucap Gio lembut.

Gia mengangguk. Gio pun mengusap kepala Gia. Gia cukup tenang karena usapan Gio.

###

Beberapa hari kemudian..
Di rumah Gio

Gio sedang mengerjakan beberapa soal pelajaran. Gia pun meletakkan pulpennya. Gio lalu melihat Gia.

"Gue sedikit lega. Untung aja gosipnya lama lama hilang. Gue gak pernah berpikir akan separah ini." ucap Gia.

"Padahal lo gak ada ikut dalam masalah hubungan gue. Kalau dilihat-lihat lo bahkan jauh banget dari gue setelah gue pacaran. Dan setelah gue telusuri, gue tau siapa yang nyebar gosip aneh aneh itu." ucap Gio.

"Lo tau?"

"Jelas. Mereka temen deketnya Tiwi. Mereka ngaku sama gue dan teman teman gue kalau dia marah sama gue karena putusin Tiwi. Ya gue bilang aja. Ini bukan karena lo, Tiwinya aja yang egois. Mereka langsung malu. Yaudah Gitu." ucap Gio.

Gia pun tersenyum. "Lo hebat. Yaudah deh kita belajar lagi aja." ucap Gia.

"Kalau kita nanti tiba tiba pacaran gimana ya, Gia? Apa benar kata mereka persahabatan kita akan berubah jadi cinta?" ucap Gio tiba tiba.

Gia terkejut. Lalu mengalihkan keterkejutannya dengan mengerjakan soal.

"Entahlah. Gue masih gak tau. Kalau lo lebih milih mana? Cinta atau persahabatan?" tanya Gia.

"Sahabat." jawab Gio.

"Alasannya?"

"Karena gue gak mau kehilangan lo. Lebih baik kita sahabatan, kayak sekarang. Kalau kita pacaran gue takut jadi egois. Lalu kita putus. Kemudian kita saling benci dan lama lama menjauh." jawab Gio.

Hati Gia cukup sakit mendengar pilihan Gio. Dia hanya bisa menghela nafasnya.

"Kalau lo, lo milih apa?" tanya Gio.

"Gak tau. Tapi, gue ingin lo bahagia. Itu udah cukup." jawab Gia.

"Gue tanya yang itu lo jawab yang lain. Aneh deh lo."

"Suatu saat lo ngerti kok, Gio." ucap Gia sambil tersenyum.

Gio masih memikirkan perkataan Gia. Cukup aneh sih jawaban Gia. Kayak teka teki yang harus dipecahkan. Tapi, Gio anggap itu hanya pendapatnya. Setiap orang punya pilihan dan pendapat masing masing.

Gia sendiri gak tau kenapa dia malah menjawab dengan jawaban itu. Dia merasa ada yang aneh di dirinya.

###

Vote dan komentarnya ya...

Gio dan GiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang