BAB 11

31 1 0
                                    

Tahun ajaran baru dimulai...

Hari ini semua anak baru telah menikuti pelajaran. Masa orientasi siswa atau disingkat MOS telah dilaksanakan beberapa hari yang lalu. Motor Gio masuk ke arena sekolah. Semua murid baru takjub melihat Gio.
Mereka pun mulai memperhatikan mereka.

Gia turun dari motor Gio. Lalu Gio membuka helmnya. Semua anak baru yang melihat itu langsung berteriak. Gia hanya geleng geleng kepala. Lalu Gio tersenyum manis pada mereka. Mereka pun membalasnya. Setelah itu mereka langsung masuk ke dalam sekolah.

Gia tertawa. Gio menatap Gia.

"Lo kenapa ketawa kayak gitu ?" tanya Gio.

"Enggak kok. Ternyata lo cukup populer sekarang ya. Gue aja sampai heran. Kok mau ya fans sama Gio." ucap Gia.

Gio menatap Gia datar. Gia tertawa. "Becanda. Ih.. Seriusan amat deh."

Gio bangkit dari motornya. Tiba tiba Gia pun berbicara,

"Aduh.. gue kayaknya ke toilet dulu deh Gio. Lo duluan gih lihat di papan pengumuman. Gue nanti aja." ucap Gia.

"Yaudah deh. Gue duluan." jawab Gio.

Gio langsung meninggalkan Gia. Gia segera pergi ke toilet.

Di papan pengumuman

Gio mencari namanya. Dia pun menelusuri beberapa nama dari kelas kelas yang ada. Setelah itu, dia melihat namanya ada di salah satu kelas jurusan IPS. Lalu dia menuju kelas itu.

Tak lama, Gia sampai di papan pengumuman. Dia langsung mencari namanya. Dan dia senang karena dia masuk di kelas IPA. Dia pun menuju kelas yang di tuju.

Di kelas Gio

Gio masuk kekelas dengan gaya santainya. Semua anak cewek memandangnya dengan tatapan memuja. Dia hanya melewati mereka dengan senyuman. Semua cewek cewek itu pun tersipu malu. Dia hanya tersenyum menatap mereka.

Dia melihat Dila yang ada di kelas ini. Gio pun terkejut. Dila juga terkejut. Lalu Gio menghampiri Dila.

"Wah... kita satu kelas lagi. Gak nyangka ya." ucap Gio senang.

"Biasa aja. Lagi pula gue bosen juga lihat wajah lo itu." ucap Dila.

Gio menatap Dila marah. Dila hanya menatapnya datar. Lalu Gio duduk di sebelah Dila. Dila pun memelototkan matanya terkejut. Gio menatapnya, lalu tersenyum.

"Numpang dulu, nanti kalau Gia datang, gue juga duduk sama dia kok. Tenang aja." ucapnya.

Dila tertawa mendengar ucapan gio. Gio menatapnya heran.

"Mana mungkin Gia bisa masuk IPS. Dia itu pintar dalam bidang IPA yang jelas dia pasti masuk IPA lah. Gak mungkin banget dia masuk ke sini." ucap Dila sambil tertawa.

Gio hanya terdiam. Dia gak berpikir sampai situ. Dia hanya berpikir bahwa Gia akan sekelas dengannya lagi seperti biasa. Tapi, benar kata Dila. Tak mungkin Gia masuk disini.

Gio pun langsung meletakkan tasnya begitu saja dan langsung pergi dari kelasnya.

Sementara itu...
Di kelas Gia

Gia tersenyum menatap kekelas barunya. Semua menatapnya. Mereka hanya diam. Gia lantas langsung masuk.

Gia tau, mereka adalah fansnya Gio. Dari yang Gia lihat, dia hanya dianggap saingan. Dia hanya menghela nafasnya. Gia bingung dengan semua bangku yang sudah terisi. Akhirnya dia melihat satu bangku yang kosong. Lantas dia pun menuju tempat itu.

Gia duduk di bangku itu. Tak lama orang yang disampingnya menatapnya. Gia langsung tersenyum.
Gia mengulurkan tangannya.

"Gia." ucap Gia dengan riang.

Orang itu membalas jabatan tangannya. "Nita." ucap Nita sambil tersenyum.

Gia pun membalas jabatannya tangan Nita. Lalu mereka tersenyum. Setelah itu mereka mulai percakapan kecil. Dan berbincang ria.

Tak lama, Gio akhirnya sampai di kelas Gia. Gio langsung masuk setelah melihat Gia. Gia terkejut melihat Gio. Lalu Gio menarik tangannya ke luar kelas. Semua menatapnya dengan penasaran.

Setelah itu, Gio pun melepaskan tangan Gia. Dia menatap Gia dengan pandangan marahnya.

"Kenapa bisa masuk ke IPA?" tanya Gio.

"Kan lo tau, gue ingin jadi dokter. Jadi gue harus masuk ke juruaan ini." jawab Gia.

"Iya.. gue tau. Tapi gak gini juga Gia. Gue gak mau lo kenapa kenapa. Kalau lo disamping gue kan lo aman. Lagi pula orang tua lo udah titipin lo ke gue." ucap Gio khawatir.

"Gue tau. Tapi, gue udah terlanjur masuk ke kelas ini. Jadi... gue pasti gak apa apa." jawab Gia.

"Gia... Lo..." ucapan Gio terpotong karena Gia yang lanjutkan.

"Kali ini gue mau mandiri. Gue gak mau bergantung terus sama lo. Biarlah kayak gini. Biar gue jadi orang yang kuat dan gak cengeng lagi. Pliss.. Ya..." ucap Gia memohon.

Gio menghela nafasnya. "Oke deh. Tapi, kalau ada apa apa lo harus kasih tau gue. Oke."

"Oke." ucap Gia sambil menunujukkan tanda oke di jarinya.

Gio pun tersenyum. Lalu dia mengelus kepala Gia. Lalu Gio pergi dari kelas Gia. Tak lama Gia masuk kekelasnya.

Dia tak menghiraukan tatapan teman sekelasnya yang penasaran. Dia hanya melamun. Hanya menatap ke arah depannya.

Mungkin inilah yang terbaik buat kita. Gue gak sanggup berada di dekat lo terus. Gue gak sanggup lihat lo dideketin cewek. Hati ini sakit. Tapi, gue gak mau rusak persahabatan ini. Lo sendiri yang bilang kalau kita sahabat. Jadi.. dengan begini, gue bisa sedikit tenang. Gue gak mau rusak hubungan lo dengan wanita kedepannya. Gue gak mau itu terulang lagi. Cukup untuk itu. Cukup. Ucap Gia dalam hati.

###

Vote dan komentarnya...

Gio dan GiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang