Jika saat di halte tadi mood Jisoo sudah jelek karena Taeyong, maka sekarang mood-nya dua kali lipat lebih buruk karena orang yang sama. Ia bahkan belum menyentuh grilled tasmanian salmon di hadapannya yang dihidangkan beberapa menit lalu.
Jisoo lebih memilih untuk diam dan menatap lurus ke arah Taeyong yang sedang berkonsenterasi melahap makanannya. Bahkan kekasihnya yang tengah memasang wajah masam sejak tadi pun diabaikan oleh lelaki itu.
Jisoo tak habis pikir. Bagaimana bisa ada orang setidak peka seperti lelaki di hadapannya ini. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah Jisoo yang masih sabar dan sanggup bertahan dengan si gunung es berjalan.
Setelah bermenit-menit mengabaikan dengan tanpa sengaja, akhirnya Taeyong mengangkat wajahnya. Menangkap sosok cantik yang tengah melipat tangan di depan dada sambil menatapnya kesal. "Kok nggak makan?" ujar Taeyong seadanya sebelum kembali menyuapkan sepotong daging ke dalam mulutnya.
"Nggak nafsu," jawab Jisoo tak kalah singkat.
Taeyong mengernyit sambil menunjuk piring makanan Jisoo dengan garpu yang ada di tangan kirinya. "Di review-an zomato katanya itu enak kok. Cobain dulu, Yang. Lagian dari kemaren bukannya kamu pengen banget makan ini?"
Jisoo mendengus, hampir menyerah atas usahanya mendiamkan Taeyong yang berakhir sia-sia. Bahkan sejak tiba di sini, Jisoo sudah bersikap dingin pada Taeyong. Namun, bukan Lee Taeyong namanya kalau langsung peka tanpa diberitahu lebih dulu.
Lihat saja, Taeyong malah kembali asyik makan tanpa rasa bersalah. Tanpa menanyakan alasan muramnya wajah Jisoo. Dan itu benar-benar membuat Jisoo tidak tahan, karena bukan tanpa alasan dia berlaku seperti ini.
Saat di perjalanan menuju ke tempat ini, Jisoo menerima pesan chat dari seorang sahabatnya--Rose--yang mengatakan bahwa ia melihat Taeyong sedang berduaan dengan Irene di tempat parkir samping gedung fakultas.
Memang kata Rose nampaknya hanya seperti mengobrol biasa tapi waktu kejadiannya hampir bertepatan dengan ketika Jisoo menerima pesan singkat dari Taeyong yang menyatakan mereka tak bisa berangkat bersama. Jelas ini menimbulkan seribu pertanyaan di otak Jisoo.
Apakah Taeyong yang membatalkan janjinya untuk berangkat bersama Jisoo ada hubungannya dengan Irene? Tapi apa?
"Kamu nggak merasa berhutang penjelasan apa gitu ke aku?" tanya Jisoo pada akhirnya, menyerah akan siasat bungkamnya yang tak menghasilkan apa-apa.
Taeyong mengadahkan kepalanya lagi, menatap Jisoo sambil berpikir. "Penjelasan apa, ya?"
"Kamu bareng sama Irene 'kan tadi?" Jisoo menyipitkan matanya, menganalisa. "Tadi ada temenku yang liat kamu barengan sama dia di tempat parkir. Ngapain?"
Bukannya merasa terciduk, sikap Taeyong malah sangat tenang saat kekasihnya menjejalkan pertanyaan yang lebih mirip interogasi ini. Lagipula menurutnya ia tidak melakukan kesalahan apapun, jadi kenapa harus panik?
"Iya memang tadi aku ketemu sama Irene yang lagi mau ke tempat parkir juga, jadi nggak sengaja barengan. Kenapa memang?"
Jisoo memelototkan matanya kesal. "Kamu lupa sama yang aku bilang kemarin tentang si Irene-Irene itu?"
Taeyong terdiam saat mendengar ucapan Jisoo barusan. Bukannya apa, namun ia tidak mengerti apa maksud Jisoo. Kalau Taeyong bertanya 'kemarin yang mana ya?' yang ada Jisoo akan semakin kesal. Lelaki ini memang pintar, namun untuk hal-hal di luar pelajaran maupun pekerjaan dia akan mudah lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretending --lty & kjs
Fanfiction"Kita pura-pura nggak saling kenal ya pas di kampus kamu. Cuma 2 bulan kok." Kim Jisoo harus mati-matian memendam kedongkolan ketika mayoritas teman-teman perempuannya di kampus menaruh hati pada kekasihnya, Lee Taeyong. Satu-satunya yang ia yakini...